Home Blog Page 65

Cantik ala Antropologi

0

PARA antropolog sudah lama melanglang buana untuk mengungkap berbagai kebudayaan di seluruh jagad. Salah satu temuan mereka adalah kenyataan bahwa manusia memiliki berbagai macam standar kecantikan. Leher jangkung seperti jerapah dan daun telinga lebar seperti gajah adalah di antara standar yang sudah lama dikenal oleh para antropolog.  

Namun, seriring dengan pesatnya teknologi informasi, perbedaan itu pun kian mengecil. Maklumlah, kini informasi dan gambar tentang trend kecantikan bisa menyebar ke seluruh penjuru dunia secara real time dan murah. Sementara itu kontes-kontes kecantikan, yang menggunakan standar Barat untuk menentukan pemenang, juga kian marak di mana-mana.  

Standardisasi kecantikan, yang hampir seluruhnya berkiblat pada kebudayaan Barat, kini memang tak  terbendung. Miliaran dolar diputar oleh para industrialis kecantikan di sana untuk melakukan globalisasi standar tersebut, yang sering membuat kaum hawa keranjingan ke salon atau menjubeli beauty shop. Para dokter bedah plastik pun tak perlu kerja keras untuk menarik pelanggan. Industri kecantikan, yang kebanyakan berada di belahan bumi utara, pun kian berjaya. 

Produk-produk baru hampir setiap menit digulirkan, membuat perpuataran uang selalu kencang. Mereka juga sangat serius melakukan survai untuk mencari kegandrungan baru kecantikan. Survai terbesar telah dilakukan The Aesthetic Anthropology Survey, yang bertujuan menguak perbedaan budaya dalam perawatan dan kecantikan wanita dan pria di Eropa dan Amerika Serikat. Survai kolosal ini melibatkan 10.000 partisipan!  

Survai ini tentu saja sangat bermanfaat bagi para industrialis kecantikan untuk merancang pengembangan bisnis. Utamanya tentu saja tekait dengan pengembangan poduk dan strategi pemasaran. Para eksekutif di industri ini paham betul bahwa secara antropologis konsep dan definsi kecantikan masyarakat selalu berubah, seiring dengan dinamika kebudayaan budaya yang tengah berkembang.       

Salah satu yang sangat diuntungkan oleh survai seacam itu tentu saja jaringan salon rambut terbesar di dunia: Regis Corportion. Perusahaan ini ini kini menaungi lebih 11.000 salon tata rambut di seluruh dunia, dan dua sekolah kecantikan – Empire Beauty Schools dan The Hair Design School – berkelas dunia. Kedua sekolah ini memiliki lebih 100 cabang di 20 negara.

Raksasa kencantikan Shiseido dari Jepang juga tak ketingalan. Menyadari bahwa produk kecantikan juga telah menjadi simbol prestise, konglomerat kecantikan ini meluncurkan krim kulit wajah seharga Rp 128 juta per botol dengan bobot isi 50 gram. Krim ini diberi nama La Crème. Menurut Shiseido, krim ini bisa membuat wajah pemakainya awet muda dan tampak selalu segar.  

Perlu juga dicatat, yang juga membuat La Crème super-mahal adalah wadahnya. Setiap wadah krim ini dibuat dengan tangan oleh Crystal Saint-Louis, yang sulit dicari tandingannya di dunia. Wadah ini sungguh wah karena terbuat dari 30 lapisan Kristal, dan tiga jenjang platina. Nah!  

Di Indonesia, meski dalam skala lebih kecil, perlombaan untuk merebut pasar kecantikan pada dasarnya sama saja. Bedanya, meski didominasi produk Barat, di Indonesia telah bermunculan produk dalam negeri yang berorientasi pada budaya lokal. Salah satu yang kerap dieksploitasi adalah perawatan kecantikan para putri keraton Jawa, dengan perputaran uang mencapai triliunan rupiah per tahun.  

Mustika Ratu dan Martha Tillar adalah dua nama besar dalam hal ini, dan keduanya mengandalkan resep kecantikan keraton Jawa untuk memikat hati para pelanggan. Dalam soal pencitraan, Mustika Ratu tampil sebagai “Cantik Paripurna Indonesia”, dan Martha Tillar memilih “The Total Natural Beauty Inspired by Eastern Value and Culture”. Hebatnya lagi, meski berorientasi pada budaya lokal, kedua raksasa kecantikan Indonesia ini telah mengekspor produknya ke lebih dari 25 negara di berbagai belahan bumi.  

Bos Google: Usia Majalah Cetak Tinggal 5 Tahun

0

Bos Google Eric Schmidt meramalkan berakhirnya era majalah cetak. Menurut dia, era majalah tablet akan menggantikan majalah cetak dalam lima tahun ke depan.  

Dalam konferensi Magazine Publishers Association pada Rabu, 23 Oktober 2013, Schmidt bicara tentang masa depan perangkat mobile dan majalah. Dia bicara satu panggung dengan pemimpin redaksi Wired, Scott Dadich. “Tablet kini lebih populer ketimbang PC,” kata dia, seperti dilansir mashable.com, Kamis, 24 Oktober 2013. “Anda bisa membacanya, dia tahu dimana Anda berada, dan dia punya akselerometer. Ada banyak hal yang penerbit bisa lakukan di majalah tablet ketimbang yang mereka lakukan di majalah cetak,” dia melanjutkan.  

Menurut Schmidt, lima tahun kedepan, dunia akan punya perangkat mirip tablet yang powerful–perangkat yang terlihat seperti tablet– sebagai pengganti untuk media tradisional. Tablet tersebut akan punya aplikasi yang luar biasa, termasuk aplikasi majalah, yang akan memiliki keuntungan pada grafik sosial pengguna, data lokasi, dan fitur lainnya yang menawarkan pengalaman yang lebih interaktif.  

“Itu akan sangat positif bagi penerbit,” kata Schmidt. “Dalam dunia advertising online, sinyal lokasi memungkinkan Anda beriklan lebih terarah ketimbang iklan cetak saat ini. Semakin terarah, semakin pembaca cenderung untuk mengklik, dan semakin cenderung pengiklan tertarik,” kata dia.  

Schmidt memang meramalkan masa depan majalah, tapi dia tidak melihat pada bentuk konten yang panjang. Ia percaya rentang perhatian seseorang yang semakin pendek dan lebih pendek. “Saya tidak berpikir kita akan kembali ke buku,” katanya. “Ada jumlah besar cara membaca, tetapi lebih banyak tipe ADD dalam membaca.  

Sumber: TEMPO

17,5 Juta Downloader!

0

Sebanyak 52 edisi sudah MALE terbit, setahun sudah majalah ini hadir ke hadapan Anda. Kami memang bukan yang pertama menerbitkan majalah dalam format digital, tepatnya digital interaktif, tapi kami salah satu trendsetter, bahkan berani mengklaim terbesar di Indonesia saat ini. Jumlah pengunduhnya terbanyak – tidak hanya dibandingkan dengan majalah sejenis dalam format digital, tapi juga edisi cetak sekali pun. Dalam setahun mampu menembus 17,5 juta downloaders!  

Yang juga istimewa, MALE terbit mingguan serta hadir dalam tiga platform sekaligus, dalam format digital interaktif yang bisa dinikmati melalui iPad dan tablet yang berbasis Android, serta dalam format PDF dalam platform PC, laptop, bahkan mobile. Gratis pula, tidak perlu membayar.  

Interactive digital magazine adalah format baru di bidang media, yang kehadirannya memberikan pengalaman interaktif kepada pembacanya, serta memberikan kesempatan pengiklan untuk menampilkan iklan-iklan kreatif yang tidak mungkin diberikan oleh majalah konservatif (cetak) bahkan online sekalipun.  

Membaca majalah bukan satu-satunya hal yang bisa Anda lakukan di sini! Karena di aplikasi ini, Anda bisa menikmati foto-foto, video, serta interaktifnya tentu saja. Kelebihan-kelebihan itulah yang terus kami kembangkan – meski ini adalah teknologi baru yang banyak trial and error-nya, tapi di situlah letak tantangannya.  

Banyak yang sepakat, ke depan adalah era digital, sehingga media juga beralih ke digital. Baby boomers tumbuh di era perkembangan industri televisi, tapi generasi sekarang, yang hidup di Millennium ketiga akrab dengan Internet dan mobile devices. “Tidak terbayang mereka bisa hidup tanpa Internet, ponsel, dan media sosial,” tulis  Josh Elman dalam techcrunch.com.  

Mereka boleh disebut sebagai “Generation Touch” atau GenT. Di tangan mereka selalu terhubung dengan device yang bisa ditenteng ke mana-mana, yang layarnya siap disentuh untuk melakukan berbagai kegiatan – mulai dari menyerap informasi, bersosialisasi, hingga berbelanja.

Their freedom exists in the form of the Internet and their devices — and it’s the new consumer products we see growing quickly that embody these trends,” jelas  Josh Elman.  

Yang menarik, GenT tidak dibatasi oleh usia, selagi Anda kategori mereka, yang sangat tergantung dengan Internet dan sangat tergantung dengan mobile devices untuk melakukan segala aktivitas, maka Anda juga termasuk generasi ini. MALE adalah majalah digital interaktif yang hadir untuk memenuhi kebutuhan ini, Anda yang tidak mau ketinggalan zaman. (Burhan Abe)  

MALE Magazine

More People Choose Coffee Over Sex for Morning Buzz

0

Study Also Finds Global Travelers Would Rather Say “Au Revoir” to Sex, Alcohol or Social Media than Coffee for One Year

Le Méridien to Add More Than 100 Master Baristas at Hotels around the World as Part of Initiative to Meet Growing Coffee Culture Demands  

Le Méridien Hotels & Resorts today revealed the results of a newly commissioned survey on global coffee and travel habits as the Paris-born brand begins to roll-out Master Baristas at its hotels and resorts worldwide by end of year. The Le Méridien survey, conducted in advance of International Coffee Day on September 29, found that coffee surpasses sex as the ideal wake-up call according to more than half (53%) of the global respondents.

The study also established that coffee drinkers are addicted to this morning ritual as 54% of respondents make their morning brew right at home and an overwhelming 78% would rather give up alcohol, social media or sex with their spouse for a year rather than forfeit coffee – proving that a bean buzz remains the ultimate high.  

The new global study of coffee drinkers and frequent travelers in six countries – from India to the US, China to UAE, among other key markets – uncovers how today’s ‘mega-travelers’ get their caffeine fix. While travel usually provides a break from the daily routine, the survey shows that coffee remains an on-the-go necessity as, on average, people drink more coffee when they are away from home. 

Coffee traditions and flavors from around the world are so distinct that a majority of seasoned jetsetters (53%) claim to have experienced nostalgia for a destination due to the cup of coffee they enjoyed while traveling.  

Photo by Heather Ford on Unsplash

Spilling the Beans: Coffee Habits Fuel the Day

A ubiquitous necessity and source of energy, the coffee one consumes – and how much – can say a lot.  

  • Surprisingly, the Le Méridien brand’s study found that most people (58%) prefer to drink coffee to relax, while 55% also drink it primarily for the taste.
  • A majority of respondents (51%) feel they could go longer without sex than without coffee.
  • Of all the effects felt from lack of coffee, approximately one-fourth (28%) feel less creative, 22% cannot get out of bed, and 16% say that they are not able to talk to other people without it.
  • The vast majority of people need a coffee caffeinated kick during long meetings (81%), while only 56% would request water. 

Bulgogi Brothers Masuk Jakarta

0

Lebih dari sekadar memenuhi hasrat untuk kuliner Korea, Chaswood Resources menciptakan berbagai perbedaan dalam industri kuliner melalui karyawan, makanan, dan nilai-nilai mereka.
Barbecue Beefy Bibimbab Bulgogi
Dengan dibukanya Bulgogi Brothers di Jakarta, Indonesia, warga Jakarta memiliki tempat baru untuk mengekspresikan hasrat mereka akan makanan lezat. Chaswood Resources menghadirkan Bulgogi Brothers yang berasal dari Korea Selatan sebagai sebuah restoran Korea otentik kontemporer yang akan menggugah selera dan sensasi kuliner warga Jakarta. Lebih dari sekadar makanan, Chaswood Resources juga mencoba menciptakan dampak dalam industri kuliner melalui nilai-nilai dan peluang berbeda yang diciptakan bagi karyawannya.
Berlokasi di LOTTE Shopping Avenue, Bulgogi Brother’s mengkhususkan diri dalam BBQ berkualitas baik sehingga para tamu akan merasakan cita rasa yang sama dengan Bulgogi Brothers di Korea dan di seluruh dunia. Nama restoran mewakili “Bulgogi”, salah satu hidangan khas terpopuler di dunia dari Korea dan “Brothers”, yang mewakili para tamu, berkumpul bersama dan bersenang-senang menikmati makanan lezat dan berkualitas. Bulgogi Brothers selalu memastikan unsur-unsur makanan selaras dan baik untuk kesehatan dalam menjaga kualitasnya. Di antara 40 pilihan lezat dalam menu terdapat hidangan khas mereka, Unyang-style Bulgogi; irisan daging sapi berbumbu dengan bentuk hati, Gangyang-style Bulgogi; bulgogi khas dari selatan, serta Seoul-style Bulgogi; Korean hot-pot dengan daging sapi yang direndam dengan jus apel dan pir.
Haemun Pajeon Bulgogi
Ashraf Sinclair, Co-Owner dari Chaswood Resources, mengatakan, “Berbicara tentang restoran, kami percaya bahwa seharusnya tamu tidak hanya datang untuk menikmati makanan, namun juga hubungan emosional dengan kami, melalui tim kami, selagi menikmati waktu berkualitas bersama teman–teman dan orang terdekat. Kami ingin menciptakan hubungan dengan para tamu dengan memberikan mereka pengalaman terbaik dan nilai-nilai kami di Bulgogi Brothers,”
“Kami, di Chaswood Resources, percaya pada pentingnya kualitas makanan dengan berinvestasi pada karyawan dan teknologi kami. Bisnis kami melampaui tidak hanya tentang membuka restoran baru, kami mencoba untuk menciptakan dampak yang lebih besar untuk lingkungan yang dimulai dari para karyawan kami. Kami ingin menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, mengembangkan lebih banyak bakat, dan fokus pada pertumbuhan mereka,” tambah Ashraf.
Unyang Style & Ganyang Style Bulgogi
“Seiring dengan segmen industri restoran Korea yang telah memanas selama beberapa tahun terakhir, hadirnya restoran Bulgogi Brothers pertama di Jakarta akan memberikan penduduk lokal dan para wisatawan kesempatan untuk menikmati daging barbeque Korea otentik yang disajikan dalam restoran dengan pengaturan yang nyaman,” kata Chandra Supandi, Chief Operating Officer dari Chaswood Resources International.
Restoran Bulgogi Brothers yang baru dibuka di LOTTE Shopping Avenue memiliki kapasitas tempat duduk 100 orang dengan tiap meja yang dilengkapi dengan kompor induksi yang disesuaikan di atas meja. Dalam rangka mempertahankan esensi merek dan kualitas serta ciri khas makanan, semua anggota tim termasuk manajemen sudah terlatih di Korea dan juga di restoran pada minggu sebelum pembukaan untuk memastikan semua standar yang diperlukan terpenuhi.
Ashraf Sinclair, Bunga Cutra Lestari, Chandra Supandi
 
Tentang Bulgogi Brothers
Bulgogi Brothers adalah sebuah restoran khas korea berkonsep kasual dikelola oleh ET&Zeus Co., perusahaan yang didirikan oleh Intae Jung dan Chaiwoo Yi. Restoran Bulgogi Brothers pertama kali dibuka di Gangnam, selatan Seoul, Korea pada tahun 2006. Sejak berdiri, retoran Korea ini telah memperoleh status populer dengan lebih dari 40 restoran tersebar termasuk  salah satunya di Kanada dan tiga di Filipina. Pada April 2012, Bulgogi Brothers dianugerahi penghargaan bergengsi National Brands Award untuk Restoran Korea Terbaik tahun 2012. Penghargaan ini diaudit oleh Kementerian Pangan, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Korea. Nama restoran mewakili “Bulgogi”, salah satu hidangan khas terpopuler di dunia dari Korea dan “Brothers”, yang mewakili para tamu, berkumpul bersama dan bersenang-senang menikmati makanan berkualitas. “Brothers” juga mengaccu pada dua pendiri restoran, yang merupakan ahli dalam bidang pelayanan makanan dan telah berteman baik sejak lama.
Tentang ChasWood Resources
ChasWood Resources adalah operator multi-konsep dan multi-format terbesar di industri makanan dan minuman di wilayahnya, yang telah secara konsisten memberi warna baru dalam industry dan menunjukkan keahliannya dalam memperluas pangsa pasar, menerima berbagai penghargaan dan mewujudkan nilai-nilai bagi para pemegang saham mereka. Dalam tujuh tahun terakhir, selain memegang hak waralaba untuk TGI Fridays, WATAMI Japanese Casual Restaurant dan Bulgogi Brothers Korean BBQ Restaurant, ChasWood juga merupakan operator untuk Italiannies, The Apartment, Malones Irish Restaurant & Bar, Teh Tarik Place, Teh Tarik Place, Baci Italian Café and Laundry. Sejak January 2013, ChasWood Resources telah mengoperasikan 11 merek termasuk di antaranya 4 waralaba internasional, 52 restoran, cafe, bar dan lounge dengan lebih dari 1200 karyawan dan melayani hampir 5 juta tamu setiap tahunnya di Singapura, Thailand, Indonesia dan Malaysia.
Informasi lebih lanjut mengenai ChasWood Resources: www.chaswood.com

Showbiz

0

There’s no business like showbiz! Ungkapan tersebut sangat populer di industri hiburan. Boleh saja orang jago bisnis, tapi di bidang showbiz persoalannya tidak sederhana, tapi lebih complicated, sekaligus challenging dari sudut pandang optimistis.  

Dalam industri hiburan, sebenarnya banyak buku yang bisa dijadikan rujukan, meski pada kenyataannya antara teori dan fakta tidak selalu sama dan sebangun. Bahkan untuk dunia hiburan di Indonesia sendiri ada tantangan yang lebih spesifik, seperti yang ditulis di Male Zone, MALE edisi 52.   Dunia hiburan memang menarik dipelajari dan diselami. Menurut beberapa orang yang terjun di industri ini, sebutlah Luthfi Don Fatboz, Candil, atau G-Pluck, tertarik pada dunia tersebut ketika dulu sering mengurusi hal-hal manajerial untuk band yang dimanajerinya.

“Karena banyak sekali hal baru yang bisa dipelajari, dari perencanaan merilis hingga launching sebuah album. Kita dituntut berpikir kompleks,” ujar salah seorang dari mereka.  

Yang lain mengatakan bahwa tidak gampang menyatukan visi dan misi antara artis dan manajer. Meski begitu, dengan berkomunikasi, semua masalah bisa diselesaikan. Yup, dalam pekerjaan apa pun, masalah pasti ada, dan justru di situlah seninya menjadi seorang manajer seorang artis atau band. “Kenyamanan bekerja antara artis dan manajer itu yang menjadi dasarnya,” tambah Dynie, yang telah menangani T2 sejak pertama kali muncul. (MALE 51)

SHOPDECA, Toko Online Curated Pertama di Indonesia

0

Bringing Design 2 The People

SHOPDECA.COM adalah perusahaan start-up (yang diluncurkan Juni 2013),  resmi memperlihatkan koleksi produk terbaru mereka dan memperkenalkan beberapa desainer Indonesia yang bekerja di balik merek merek lokal yang selama ini menjadi rekan kerja di online store tersebut, 10 Oktober 2013.  

Pemilihan tempat untuk acara media gathering di The Ping Pong Lounge, Jakarta sangat sesuai karena menggambarkan cara pemikiran dari pendiri online store ini yang senantiasa “mengumpan” ide-ide di antara anggota tim, para desainer dan para partner untuk selalu mendapatkan visi-visi segar dan terbaru.  

Visi dari SHOPDECA.com adalah mengedepankan desain untuk masyarakat selain itu juga membentuk komunitas yang fokus/mencintai desain tanpa terpengaruh oleh harga. Untuk itu SHOPDECA.com menyediakan pilihan produk-produk dimana setiap produk yang dihadirkan adalah yang terbaik karena telah mengalami proses seleksi oleh tim dan dengan harga yang terjangkau untuk masyarakat luas. Pada akhirnya, SHOPDECA.com akan menjadi tujuan onlineshopping utama dari para pencinta curated desain di Indonesia  

Produk yang tersedia di SHOPDECA.com sekarang ini terdiri dari desainer lokal dan internasional, semua menyandang satu kesamaan; produk dengan kualitas terbaik dan desain yang unik. “Dengan banyaknya situs yang berusaha menjual segala produk ke semua orang, kami hadir dengan pendekatan baru dengan menjadi online store pertama di Indonesia yang menyediakan produk curated. Para kurator dan tim buyer kami tidak segan-segan bertemu dengan para supplier, desainer dan pemilik merek untuk memilih sendiri (handpicked) koleksi terbaik mereka,” kata Andreas Thamrin, pendiri SHOPDECA.com.  

Pada saat ini SHOPDECA.com mempunyai koleksi lebih dari 50 merek dan lebih dari 1500 jenis barang (SKU). Herschel, Kite Design, Olenka, Cheap Monday, Nixon, Bellroy, What About Yves, Out of Print, Some are Thieves, Cut & Paste adalah beberapa contoh merek yang tersedia. Mayoritas merek masih merek internasional, namun beberapa bulan ke depan, beberapa merek lokal terpilih akan tersedia. Pada akhirnya, diharapkan tidak ada lagi batas penyebutan merek internasional ataupun lokal namun fokusnya akan lebih di tekankan pada desain yang terbaik.  

Julie De Cuyper, mitra pendiri dari SHOPDECA.com menyatakan, “Saya sangat kagum pada bakat kreatif dari desainer lokal dan saya yakin akan ada permintaan dari pasar internasional untuk merek-merek dari Indonesia. SHOPDECA.com dapat membantu para desainer lokal ini untuk mencapai pasar internasional dan bahkan menjadi merek dunia. Sebelum akhir tahun, kami akan menyediakan fasilitas pengiriman barang ke luar negeri, hal ini akan semakin memperlebar kesempatan para desainer, dari Indonesia maupun luar, untuk semakin mudah dikenal dan di dapatkan produknya.”  

Baru-baru ini Indonesia di nyatakan sebagai negara dengan pertumbuhan pasar e-commerce yang tertinggi di dunia. Jumlah masyarakat kelas menengah ke atas diperkirakan akan bertambah dua kali lipat pada tahun 2020 di tambah lagi dengan masyarakat Indonesia yang sangat terhubung dengan teknologi digital. Hal-hal ini yang menguatkan alasan SHOPDECA.com, sebagai curated online store pertama di Indonesia, untuk berani menyasar pada ceruk pasar yang terpilih (niche) yang belum tersentuh secara umum.  

SHOPDECA.com menyasar pasar dengan konsumen pada usia 25-40 tahun yang menyukai berbelanja produk berkualitas dan juga unik. Para anggota komunitas ini menyebut dirinya, design enthusiastic, pencinta traveling, trendsetting dan berbelanja online untuk mencari produk yang unik yang sesuai dengan kepribadian mereka masing-masing.  

BlackBerry

0

KALAU dulu orang tukar menukar nomer ponsel, sekarang bukan hal yang aneh kalau ditambah, “Bagi nomer pinnya, dong!” Yup, apalagi kalau bukan nomer pin BlackBerry, smartphone paling populer di Indonesia. BlackBerry memang bukan sekadar ponsel pintar, lebih dari itu merupakan status sosial. Produk asal Kanada ini memiliki momentum yang tepat saat hadir di pasaran pertengahan 2000. Ketika pasar ponsel banyak didominasi oleh merek Nokia, Samsung, dan Sony Ericsson, ponsel keluaran Research In Motion (RIM) ini melesat cepat ke garis depan.

Di Indonesia penggunanya tidak hanya memanfaatkan fungsi, lebih dari itu merupakan prestise kelas sosial tertentu. Indonesia bahkan dikenal sebagai sebagai pengguna BlackBerry tertinggi di dunia, survei yang dilakukan Symantec menjelaskan bahwa 32 persen pengguna datang dari kalangan karyawan perusahaan.

BlackBerry yang hadir dengan layanan push e-mail berbasis wireless pertama memang populer di kalangan profesional untuk mendukung pekerjaannya. Hal yang sama juga berlaku untuk fitur lainnya, BlackBerry Messenger (BBM) – sebagai layanan interaksi komunikasi yang lebih praktis antar pengguna perangkat tersebut.

BlackBerry memang tidak melenggang sendirian. Rival beratnya adalah iPhone, yang mengunggulkan layar sentuh sebagai cara pengoperasiannya. Dengan kehadiran fitur yang lebih menarik, iPhone menjadi perangkat favorit bagi penikmat teknologi komunikasi. Dalam waktu bersamaan, nama baru mulai terdengar: Android. Sistem operasi (OS) ciptaan Google itu pertama kali diperkenalkan oleh HTC dalam produk HTC Dream-nya, yang kemudian merebak ke ponsel-ponsel merek lain.

Saat BlackBerry memfokuskan diri pada keunggulan komunikasinya, ponsel Android dan iPhone mempertegas bahwa smartphone tidak hanya untuk berkomunikasi, tapi menyediakan sisi hiburan, seperti game serta musik.

Kehadiran kedua lawan besar tersebut bukan tanpa perlawanan dari pihak RIM. BlackBerry seri terbaru tetap dirilis dengan berbagai pembaruan, namun tidak terlalu berhasil, bahkan kemudian mencapai titik terbawah pada kuartal II 2013, RIM menyatakan rugi hingga US$ 965 juta. Penjualan produknya turun hingga 45 persen menjadi US$ 1,6 miliar dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Salah satu faktor penyebab adalah tidak lakunya BlackBerry Z10 – yang diklaim menjadi pesaing berat Android dan iOS.

Memang, masih terlalu dini menyimpulkan nasib BlackBerry di dunia smartphone. Apalagi setelah beberapa waktu lalu BlackBerry – yang konon sedang diincar Fairfax Financial Holdings Limited, yang sebelumnya memiliki 10 persen saham BlackBerry, untuk mengambil alih perusahaan secara keseluruhan – memperkenalkan produk terbarunya yang menyasar penikmat phone tablet (phablet), yang tengah menjadi tren dalam industri ponsel (MALE Zone).

MALE Edisi 50, 2013

Sip, Savor & Shop @ Sheraton Bali Kuta Resort’s Market Brunch @ Feast

0

Sheraton Bali Kuta Resort redefines Sunday Brunch with the launch of a first of its kind open-air market brunch concept

Sunday Brunch is getting a fresh makeover at Sheraton Bali Kuta Resort with the introduction of Market Brunch at Feast, with the theme of Sip, Savor and Shop that will transform traditional brunch with an open-air market of delicious fare, handmade crafts and services from local farmers, artisans and vendors.

Located alongside Kuta’s famed Beachwalk, Market Brunch at Feast is the ideal occasion for families and community to gather before enjoying a day in Kuta. Feast Market Brunch will feature endless array of culinary journey and serving and an option of Duval Leroy Brut Champagne, fine wines or home crafted fruit and tea inspired beverages.  

“We’re delighted to re-introduce Sunday brunch Kuta-style,” said Dario Orsini, General Manager of Sheraton Bali Kuta Resort. “Perfect for the whole family to celebrate a beautiful Sunday afternoon, Market Brunch at Feast has something for everyone with a variety of delectable selections and to-go items in casual down-to-earth ambiance with live entertainment and kids’ corner and other fun activities for the entire family.”  

Open each Sunday from 12 noon to 3 pm, Market Brunch will feature a variety of live stations and buffets emphasizing tapas and small bites so guests can sample and savor a wide variety of Asian favorites including those from Bali and beyond. The dynamic menu will change each week based on the seasonal availability of local ingredients. In addition, Market Brunch will feature retail stalls selling fresh produce, groceries and pre-made items to go – perfect for guests who want to explore Kuta Beach and Bali for the afternoon – as well as live entertainment from local bands and DJ’s.   

Market Brunch will offer close to 20 live stations and buffets featuring fresh fare that will appeal to even the pickiest of palates. Guests will enjoy familiar tastes while also discovering new favorites.  Typical offerings will include fresh artisanal cheeses and sliced meats; hand-picked fruits and vegetables; fresh-made sushi made with local fish; Japanese Teppanyaki; Middle Eastern treats and delicacies; seafood barbeque with the day’s catch; as well as more traditional brunch fare like eggs made-to-order and fresh pastries. Sweet treats include Illy’s fresh coffee and gelato, freshly made breads and pies, and Bali’s own fantastic Pod chocolate.  Kids will especially enjoy the nugget station that will serve varieties of choice.  

This deliciously rich experience is priced at just IDR 270.000 per adult and IDR 135.000 for children ages 4 – 12.  The price includes Illy iced coffees, Dilmah teas, fresh-squeezed juices and more.  A selection of locally-crafted beers, fine wines and signature cocktails are available for an additional IDR 200.000 and free-flow Duval Leroy Brut Champagne and wines from Starwood Wines of the World selection is available for an additional IDR 450.000 only. All prices are quoted in Indonesia Rupiah and are subject to 21% local government tax and service charge.  

About Sheraton Bali Kuta Resort

Located on Bali’s famed Kuta Beach with mesmerizing views of the Indian Ocean, Sheraton Bali Kuta Resort is a gathering place for the whole family to enjoy.  With 203 generously appointed guest rooms and suites with private balconies, Sheraton Bali Kuta Resort is ideally situated along the Jalan Pantai Kuta and part of the famed Beachwalk: A Sahid Kuta Lifestyle Resort where guests can enjoy easy walking access to the island’s best shopping, dining and entertainment. 

Sheraton Bali Kuta Resort offers three signature dining venues, including all-day dining at Feast®, located alongside the Beachwalk patio overlooking the Kuta Beach; Bene, a rooftop casual Italian trattoria with a panoramic ocean views; and the open-air Lounge, offering a locally inspired cocktail menu and beautiful Indian Ocean vistas.  

For information, please visit sheratonbalikuta.com

Sunday Market Brunch video youtube.com/watch?v=GUPdN7CtYfA

Celebrating A Feast On Beachwalk Bali

0

Sheraton Bali Kuta Resort New Restaurant Opens with an Energetic Concept for The New Kuta  

Sahid Kuta Lifestyle Resort unveils a world of class and sophistication with the opening of Sheraton Bali Kuta Resort, a new Ocean front retreat. This embodiment of luxury amidst a myriad of amenities and services will celebrate the New Kuta Experience with the opening of Feast multi-cuisine dining.  

Bali’s new café restaurant is breaking down the walls of traditional dining in Kuta with its unrivalled contemporary setting with emphasis on bold magenta and vibrant action. The 160-seat restaurant, appeals to food lovers by offering a stimulating dining experience with a one-price, value-for-money, multi-cuisine served on open kitchens and individual food stations. Feast also offers an option of outdoor dining, by the patio with bustling Kuta and beachwalk shopping scenery.  

“Feast reinterprets the New Kuta experience with its interactive and bustling experience fused into its cuisine – it is playful, innovative and fresh. Like a Sunday market, Feast presents a vast and irresistible array of colors, flavors and aromas; and our chefs act as maestros who orchestrate a feast for guests by cooking farm-to-table ingredients right on the spot,” said the resort’s Executive Chef, Rossano Renzelli.  

Feast’s open kitchens and the live-action food stations are loaded with an abundance of fresh ingredients and authentic global cuisines from over 10 countries — creates a vibrant visual impact and sense of anticipation. The restaurant’s signature iridescent design also allows diners to interact with culinary masters who share each cuisine’s specialty and even prepare cook-to-order recipe.  

The personalized cooking stations include a Sweet Station, a Seafood Bar with the signature live Mud Crab, a Western Grill Station, a Middle Eastern Station featuring a selection of Shwarma and Couscous, an Asian Station with special regional selections, as well as an authentic barbecue and Indian Tandoori Station.  

Complementing the multi-cuisine concept are the various ethnic Martini’s, using globally sourced ingredients for the infused spirits and liquors, as well as a selection of wines by the glass from Starwood’s Wines of The World collection. One of the must-try, the Peter Lehmann Eden Valley dry Riesling a perfect pair with the signature live Mud Crab.  

The beachwalk bustling patio is visible from the restaurant’s floor-to-ceiling windows complements the energy of Feast. The beauty of the contemporary interior is uplifted with lighting effects and the use of funky pink elements, finished with natural materials such as white marbles, glass and wood throughout the restaurant’s décor. Even the custom-designed chinaware, cutlery and glassware reflect the energetic theme.  

Along with its sister dining venues – Bene and The Lounge, Feast was formulated as part of Sheraton Bali Kuta Resort opening to Celebrate the New Kuta Experience, which takes place on 1 December 2012.   

Feast is open daily from 6 am to midnight. For reservations, call (62) (361) 846 5555.