Home Blog Page 8

The Shady Pig Perkenalkan Konsep Bersantap Baru: Mulai dari Koktail, Baru ke Piring

0

Di balik pintu tersembunyi di Bali, lahirlah cara baru menikmati rasa—di mana setiap tegukan membuka jalan bagi setiap gigitan.

Bagi para penikmat malam Bali, nama The Shady Pig bukanlah sekadar bar. Ia adalah sebuah pengalaman. Suatu ruang tersembunyi yang menyambut Anda dengan cahaya temaram, aroma kayu tua, dan gemuruh musik blues dari pojok ruangan. Kini, tempat ini memperkenalkan babak baru yang menggoda indera: sebuah pengalaman bersantap yang diawali dengan koktail, dan dilanjutkan dengan sajian yang menjadi jawabannya.

Koktail sebagai Pembuka Kisah Rasa

Biasanya, kita memilih minuman untuk melengkapi makanan. Di The Shady Pig, narasinya dibalik. Setiap koktail disajikan terlebih dahulu, dan dari sana, makanan dirancang secara khusus sebagai respons yang harmonis. Kolaborasi antara Chef Lius dan Jonathan, sang Head of Beverage, melahirkan kombinasi yang tak hanya menyatu secara rasa, namun juga dalam konsep dan cerita.

Beberapa pasangan rasa menggunakan bahan dasar yang sama, yang lain bermain dengan tekstur atau menyentuh akar budaya yang seirama. Semuanya berpijak pada filosofi flavour-first—menyusun pengalaman bersantap yang terarah, intens, dan mengejutkan.

Sentuhan Eropa dengan Jiwa Bebas

Menu yang ditawarkan memiliki dasar dari dapur Eropa, terutama Italia dan Prancis, namun dengan karakter khas “Shady”: bebas, berani, dan tak pernah membosankan. Formatnya ringan dan bisa dibagi, cocok untuk momen sosial—mulai dari pinchos ala Spanyol, sandwich artisan, hingga piring kecil yang padat rasa.

Baca juga: Wine Not? Ketika Segelas Anggur Menyimpan Cerita

Semua dirancang untuk dinikmati baik sambil duduk nyaman, berdiri santai, atau berbincang hangat di tengah irama musik yang mengalun.

Beberapa Pasangan yang Mencuri Perhatian:

  • Bloody Pristine dengan Wagyu Beef Tartare – Membawa keseimbangan melalui bahan yang saling beririsan, menciptakan kedalaman rasa yang nyaris intuitif.
  • Cap Town Bees Knees dengan Fish Crudo dan Lada Andaliman – Sebuah eksplorasi rasa yang membawa kita pada petualangan kuliner Batak yang segar dan memikat.

Menyalakan Api Inovasi Kuliner dari Bali

Bagaimana YUKI dan Meimei Menjadi Model Baru Restoran Berbasis Budaya dan Komunitas

Di tengah kompetisi tinggi dan konsumerisme yang kian cepat dalam industri kuliner Bali, dua brand lokal mencuat lewat pendekatan yang tidak biasa: mengakar kuat pada budaya, kepemimpinan kolaboratif, dan pengalaman multisensori yang dikurasi dengan presisi. Mereka adalah YUKI, restoran Jepang bergaya izakaya modern, dan Meimei, barbeque Asia Tenggara kontemporer—keduanya lahir dari visi dua entrepreneur lokal, Rai Sutama dan Dewa Wahyu Bintara.

“Kami tidak hanya membangun restoran. Kami membangun ruang sosial, tempat komunitas dan budaya bisa hidup berdampingan dengan bisnis yang sehat dan berkelanjutan,” – Rai Sutama, Founder YUKI & Meimei

Dari Melbourne ke Bali: Transformasi Visi Bisnis

Rai Sutama membawa pulang lebih dari sekadar pengalaman dari Melbourne—ia membawa pemahaman mendalam tentang hospitality modern dan bagaimana menciptakan “tempat” bukan sekadar “produk.” Setelah sukses memimpin ikon beach-bar Old Man’s di Canggu, ia memulai YUKI di tahun 2021, saat dunia masih dalam ketidakpastian pasca-pandemi.

Baca juga: Wine Not? Ketika Segelas Anggur Menyimpan Cerita

Dengan positioning yang tajam, YUKI menyajikan reinterpretasi izakaya Jepang yang dirancang untuk konsumen global namun berakar pada nilai-nilai lokal. “Kami mengambil konsep makan bersama—yang sangat kental di budaya Jepang dan Bali—dan menjadikannya inti dari pengalaman bersantap,” jelas Rai.

Meimei, yang diluncurkan pada 2024, adalah langkah strategis berikutnya: menghadirkan masakan Asia Tenggara dengan pendekatan modern, desain kontemporer, dan storytelling yang kuat. Kedua brand ini kini menjadi bagian dari kolektif kuliner yang tumbuh organik dan memadukan kreativitas dengan sistem manajemen yang terstruktur.

Rai Sutama dan Dewa Wahyu Bintara

Kepemimpinan Ganda: Kreatif & Operasional

Sukses YUKI dan Meimei tak lepas dari duet kepemimpinan yang saling melengkapi. Jika Rai adalah otak kreatif dan visioner strategis, maka Dewa Wahyu Bintara, Co-Founder & Managing Director, adalah arsitek operasional di balik pengalaman konsumen yang konsisten.

Sendiri, Tapi Tidak Kesepian

0

Cenizaro Hotels & Resorts Perkenalkan “Solo Soulcation” untuk Tahun 2025

Ada masa di mana perjalanan dilakukan untuk mencari pengalaman. Kini, semakin banyak orang melakukannya untuk menemukan keheningan. Bukan dalam arti sepi, tetapi keheningan yang menghadirkan kembali fokus, kejernihan, dan, mungkin, jati diri yang sempat terlupakan.

Dengan semangat itu, Cenizaro Hotels & Resorts meluncurkan program “Solo Soulcation”—sebuah undangan bagi mereka yang ingin bepergian tanpa rombongan, tanpa agenda padat, tanpa kompromi. Hanya Anda, destinasi yang memesona, dan waktu yang berjalan sedikit lebih lambat dari biasanya.

Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI 

Pelarian yang Dipilih dengan Sadar

Data terbaru menunjukkan bahwa 76% Milenial dan Gen Z merencanakan perjalanan solo tahun ini. Bukan lagi karena tidak ada teman, tapi karena ingin lebih mengenal diri sendiri. “Solo Soulcation” menjawab kebutuhan itu dengan menawarkan diskon 20% untuk masa inap 4–5 malam, termasuk sarapan dan makan malam, serta sesi pijat relaksasi untuk melepas penat yang menumpuk diam-diam.

Setiap malam ditutup dengan ritual berendam bunga dan teh herbal hangat—rangkaian kecil yang terasa seperti kemewahan pribadi.

Mengenal Diri Lewat Budaya, Alam, dan Sunyi

Di Zanzibar, Anda bisa memulai hari dengan meditasi di taman tropis dan menutupnya dengan berjalan santai di pasar tradisional. Di Tunisia, belajar membuat roti gurun di dapur lumpur yang hangat oleh api.

Di Maldives, yoga saat matahari terbit ditemani debur ombak Samudra Hindia. Di Bintan, sentuhan terapi penyembuhan ala Nusantara membawa Anda pada titik tenang yang langka ditemukan di kota.

Di setiap titik, Solo Soulcation menempatkan Anda sebagai tokoh utama dalam cerita perjalanan yang tak perlu dikejar waktu.

Lebih dari Liburan, Ini Investasi Emosional

Program ini bukan tentang “menyendiri”, tetapi tentang memberi ruang bagi diri untuk bernapas. Di dunia yang terus menuntut perhatian Anda, Solo Soulcation adalah jeda yang disengaja. Sebuah kesempatan untuk menyadari bahwa kenyamanan, keindahan, dan keheningan bisa berpadu menjadi satu bentuk perawatan diri paling elegan.

Cipriani 2.0: Venice Gets a Power Upgrade

0

Hotel Legendaris di Venice Ini Bersiap Hadir Dengan Wajah Baru Berkat Sentuhan Peter Marino

Venice — Ketika hotel menjadi legenda, tak banyak yang berani menyentuhnya. Tapi Hotel Cipriani bukan hotel biasa. Dan Peter Marino bukan arsitek sembarangan.

Di bawah bendera Belmond, hotel ikonis yang berdiri di tepi laguna Venesia ini akan membuka lembaran baru. Renovasi besar-besaran—yang dimulai 27 Mei 2025—dipercayakan pada maestro desain dunia Peter Marino, pria di balik interior butik Chanel, Louis Vuitton, dan sederet properti supermewah lainnya.

“Sejak berdiri, Cipriani adalah panggung Dolce Vita. Kini saatnya menghidupkan kembali atmosfer itu, dengan rasa yang lebih tajam, lebih modern,” ungkap Marino.

Let’s Get Real: Lokasi, Privasi, Gaya Hidup

Terletak di ujung tenang Pulau Giudecca, Hotel Cipriani punya apa yang tak dimiliki hotel lain: privasi, sejarah, dan pemandangan 270 derajat ke arah San Marco dan laguna Venesia. Di balik taman rindang dan kolam air asin legendaris, hotel ini adalah pelarian untuk para jetsetter dunia—dari George Clooney hingga Madonna, dari Yves Saint Laurent sampai Sophia Loren.

Baca juga: Wine Not? Ketika Segelas Anggur Menyimpan Cerita

Cipriani bukan tempat selfie. Ini tempat menyerap energi kota, sambil menyeruput Bellini di Bar Gabbiano, makan siang di Cip’s Club, atau menikmati oyster segar di Il Porticciolo. Dan ya, kolam renangnya yang terkenal itu tetap yang terbesar di kota.

Desain Baru, Rasa yang Sam

Renovasi besar ini akan dibuka dalam beberapa tahap. Untuk tahap pertama, Marino memilih mempertahankan lobby lama yang cozy dan penuh nostalgia. Tapi bersiaplah untuk pengalaman baru: area kedatangan dua lantai yang terang benderang dan desain 13 kamar eksklusif.

Di antaranya, dua master suite—Serenissima dan Laguna—yang dirancang bak apartemen Venesia pribadi: lengkap dengan ruang makan, perpustakaan, dan salon pribadi. Sisanya? 11 suite dan junior suite dengan balkon pribadi menghadap Taman Casanova.

Eat, Drink, and Rock Out at Mondrian Hong Kong

0
Perpaduan kuliner kelas atas, koktail mantap, dan musik live dalam satu paket gaya yang sulit dit

Hong Kong punya banyak hotel mewah, tapi Mondrian Hong Kong bukan sekadar tempat menginap—ini tempat lo hidup maksimal. Sepanjang Mei, hotel ini menyajikan brunch yang gak main-main, koktail penuh karakter, steak Italia, sampai musik jalanan yang bikin lo betah nongkrong lebih lama.

Avoca: Koktail di Atas Awan

Berlokasi di lantai 38 dengan pemandangan kota yang bikin speechless, Avoca bukan bar rooftop biasa. Ini arena bagi para penikmat minuman sejati dan foodies yang suka eksplorasi rasa. Lewat program “Guest Shift”, bartender top dari Asia—seperti Tokyo Confidential dan Bar Wakabayashi—datang membawakan racikan spesial dengan sentuhan lokal.

Baca juga: Wine Not? Ketika Segelas Anggur Menyimpan Cerita

Akhir pekan lo? Udah aman. High Spirits Brunch hadir tiap Sabtu, Minggu, dan hari libur dengan sajian mini tak terbatas, hidangan utama lezat, musik dari DJ, dan paket minuman mulai dari HK$200. Datang lapar, pulang puas (dan mungkin sedikit teler).

Ta’aktana Labuan Bajo Rayakan Global Wellness Day 2025

0

Rehat Sejenak, Reconnect, dan Gas Pol Nyalain Energi Baru

Kalau selama ini lo mikir “wellness” itu cuma buat cewek-cewek yoga atau meditasi di Bali, lo bakal berubah pikiran setelah mampir ke TA’AKTANA, a Luxury Collection Resort & Spa, Labuan Bajo. Sabtu, 14 Juni 2025, resor kece ini ngerayain Global Wellness Day dengan cara yang nggak biasa—full day experience buat ngasah tubuh, nyegerin otak, dan ngisi ulang semangat lo.

Tema tahun ini? #ReconnectMagenta—warna magenta diartiin sebagai simbol empati, keseimbangan emosi, dan kebangkitan diri. Tapi jangan khawatir, ini bukan acara mellow. Ini soal bagaimana lo bisa reconnect sambil tetap nikmatin sisi maskulin dan petualangan lo di alam liar Labuan Bajo.

Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI 

Mulai jam 5 pagi, lo udah diajak jalan bareng tim recreation TA’AKTANA buat trekking ke Sylvia Hill. Jalurnya nggak terlalu berat, tapi cukup bikin badan panas dan mata melek total. Di atas bukit, lo disuguhi panorama laut yang bikin lo mikir, “Ini sih worth it banget buat bangun pagi.”

default

Yoga & Meditasi: Tenang, Nggak Cuma Buat Cewek

Habis trekking, lanjut sesi sunrise yoga & meditasi jam 6 pagi di Salang Hill Garden. Jangan salah, yoga itu bukan cuma lentur-lenturan. Dengan latar hutan hijau dan view laut yang terbentang luas, lo diajak buat ngatur napas, ngerileksin pikiran, dan ngasih waktu buat reset diri lo sendiri. Peace of mind, bro.

Jam 9 pagi, pindah ke kolam renang ukuran olimpiade. Di sini, lo bisa belajar teknik freediving dan renang bareng Susan Gosal, freediver profesional yang bakal ngajarin lo cara gerak efisien di air. Lo juga bakal dikasih tips soal kontrol napas dan rileksasi saat di dalam air. Siapa tahu lo pengin lanjut jadi penyelam beneran?

Jam 10 pagi, lo diajak ngobrol sama marine biologist TA’AKTANA. Nggak bosenin, karena lo bakal dapet insight soal ekosistem bawah laut Labuan Bajo, plus gimana pentingnya jaga kelestarian laut. Habis itu, langsung terjun snorkeling ke Clownfish Garden buat lihat langsung dunia bawah laut yang penuh warna dan (tentu saja) Nemo!

Il Ristorante – Niko Romito: Italia Bertemu Uluwatu

0

Ada restoran. Ada pengalaman. Dan ada Il Ristorante – Niko Romito, yang berdiri anggun di tepi tebing Uluwatu dalam kompleks Bvlgari Resort Bali. Ini bukan sekadar pembukaan restoran baru—ini adalah perayaan rasa, warisan, dan kemewahan yang diracik dengan presisi khas Italia.

Setelah sukses besar di Milan, Dubai, Tokyo, dan kota-kota lain yang mengerti arti fine dining, Niko Romito membawa visinya ke Bali. Tanggal 19 Mei 2025 jadi tonggak hadirnya kuliner Italia kontemporer yang dipadukan dengan keindahan alam dan kehangatan rasa khas Bali.

Makan Malam yang Tak Sekadar Makan Malam

Hanya tersedia saat malam. Hanya 24 kursi. Dikelilingi kolam refleksi dan pencahayaan lembut yang menghanyutkan. Lokasinya? Di puncak tebing batu kapur, menghadap langsung ke lautan lepas. Di sini, setiap malam terasa seperti pertunjukan—dengan cita rasa sebagai aktor utama dan pemandangan samudra sebagai panggungnya.

Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI 

Romito tak datang membawa menu klise. Ia datang membawa filosofi rasa: bersih, autentik, dan berani. Mengangkat bahan lokal seperti vanila Kintamani, tomat Plaga, dan berbagai rempah yang tumbuh di kebun resort sendiri. Ini adalah Italia—tapi dengan aksen tropis Bali yang subtil namun memikat.

Tiga Pilihan, Tiga Karakter

Tasting Menu “I Classici” – 4 Hidangan

Untuk pencinta klasik: sebuah komposisi yang membawa Anda melintasi daerah-daerah kuliner Italia. Dimulai dengan L’Antipasto all’italiana, berlanjut ke Tortelli ricotta Bali dan ikan trout karang dengan udang serta tomat, lalu ditutup dengan Bread and Chocolate—cokelat Bali yang dikemas dalam kehangatan kenangan masa kecil ala Italia.

Tasting Menu “La Degustazione” – 7 Hidangan

Bagi yang siap menyelami sisi eksperimental Niko Romito. Dari kerang dengan krim udang, cod rebus dalam susu ikan kod, hingga Wagyu bersaus lada hitam lokal yang dalam dan berkarakter. Penutupnya? Sorbet buah beri liar, mousse serai, dan meringue renyah—kesegaran yang menyegarkan, bukan hanya palate, tapi juga pikiran.

Overthinking: Ketika Pikiran Tak Mau Diam

0
Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob

Pernah merasa otak seperti macet? Tubuh ingin istirahat, tapi pikiran terus memutar ulang kejadian masa lalu yang kita sesali. Atau sebaliknya, terlalu sibuk membayangkan segala kemungkinan buruk yang mungkin terjadi esok. Hasilnya sama: lelah, gelisah, dan tetap tidak bergerak ke mana-mana.

Selamat datang di dunia overthinking—kebiasaan memikirkan sesuatu secara berlebihan hingga tak tahu lagi mana yang realita, mana yang asumsi. Di era kerja modern yang penuh tekanan, informasi berlimpah, dan ekspektasi tinggi, overthinking bukan fenomena langka. Justru jadi gaya hidup yang diam-diam melemahkan performa.

Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI 

Terlalu banyak mikir bikin kita ragu, lambat, dan akhirnya kehilangan peluang.

1. Rumination: Mengunyah Masa Lalu

Kita tahu kita sedang ruminasi saat terus mengulang adegan-adegan gagal dalam hidup. “Kenapa tadi saya nggak ngomong begini?”, “Harusnya saya lebih siap.”—dan seterusnya.

Masalahnya: kita bukan mesin waktu. Mengutuki masa lalu tak akan mengubah hasilnya. Tapi mengubah narasinya bisa. Ganti “Saya gagal” jadi “Saya belajar.” Ambil jarak. Ceritakan pada orang lain. Dapatkan perspektif baru.

2. Future-Tripping: Terjebak Masa Depan yang Belum Terjadi

Overthinking jenis ini bikin kita hidup di “nanti”—tempat di mana segala hal bisa salah. Kita sudah buat Plan A, B, sampai Z, tapi tetap merasa belum siap. Selalu ada kemungkinan buruk baru yang belum dipikirkan.

Solusinya? Kurangi asupan informasi. Kita tak harus tahu semua hal buruk yang bisa terjadi. Fokus pada apa yang bisa dikontrol. Hidup bukan soal mengantisipasi semua risiko, tapi soal bergerak meski risiko tetap ada.

3. Overanalyzing: Tenggelam dalam Kedalaman Tak Perlu

Ini yang sering terjadi di ruang meeting: terlalu banyak data, terlalu banyak pertimbangan, keputusan jadi tertunda. Menunggu “momen sempurna” yang tak pernah datang.

Cukup. Ambil keputusan yang “cukup baik”. Tentukan 3 kriteria penting, lalu jalan. Keputusan sempurna itu mitos. Bahkan keputusan terbaik pun tetap punya risiko.

Kuncinya: Fokus Pada Saat Ini

Mengelola overthinking bukan berarti berhenti berpikir. Tapi belajar mengatur arah pikiran. Karena menyesali masa lalu tidak menyembuhkannya. Mengkhawatirkan masa depan tidak menjaminnya.

Detox dengan Djokovic

0
Program Kebugaran Eksklusif di Aman Resorts

Novak Djokovic bukan hanya legenda tenis dunia dengan 24 gelar Grand Slam. Ia adalah simbol kedisiplinan, konsistensi, dan kontrol diri tingkat tinggi. Di tahun 2024, ia membawa filosofi hidup sehatnya ke level baru dengan bergabung sebagai Global Wellness Advisor pertama Aman, jaringan resort mewah paling eksklusif di dunia.

Lewat kolaborasi multi-tahun ini, Djokovic mempersembahkan Longevity Pathways — serangkaian program kebugaran berstandar atlet elit yang dirancang khusus untuk tamu Aman. Seri pertamanya, Detoxification Programme, kini tersedia sepanjang tahun di tujuh properti Aman pilihan.

Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI 

“Saya bangga bisa menjadi bagian dari Aman. Visi dan misi kami sangat sejalan. Kami berbicara dalam bahasa yang sama,” kata Djokovic.

BEBASKAN TUBUH, TENANGKAN PIKIRAN

Program Detox ini bukan sekadar spa atau liburan. Selama tiga hari, kamu akan dibimbing dalam ritual pemulihan yang dirancang langsung oleh Djokovic berdasarkan pengalamannya bertahun-tahun menjaga performa puncak.

  • Hari Pertama: Signature Aman Treatment (90–150 menit) untuk membuka aliran energi dan relaksasi.
  • Hari Kedua: Terapi khas lokasi — bisa berupa yoga saat matahari terbit di Amangiri, Utah, atau Pinda Sweda di Amanbagh, India, teknik Ayurveda menggunakan bola herbal hangat.
  • Hari Ketiga: Aktivitas keseimbangan body-mind-spirit (60 menit), membekali kamu dengan tools untuk menjaga hasil detoks jangka panjang.

Setiap destinasi menyuguhkan pengalaman yang berbeda, namun dengan benang merah yang sama: transformasi total tubuh dan pikiran.

Apa Saja Tools Wellness Favorit Djokovic?

0

Dikenal sebagai salah satu atlet paling disciplined di dunia, Novak Djokovic punya ritual kesehatan yang konsisten — dan nyaris suci. Berikut beberapa tools andalan yang jadi bagian dari kesehariannya:

1. Alat Detoks Usus (Colon Cleanse Kit)
📍 Digunakan rutin saat jeda turnamen.
Membantu pencernaan optimal, meningkatkan energi, dan menjaga daya tahan tubuh.

2. Red Light Therapy Panel
🔥 Pemulihan otot dan kualitas tidur.
Cahaya LED khusus yang merangsang regenerasi sel dan mengurangi inflamasi.

3. Alat Pemantau HRV (Heart Rate Variability)
🫀 Bukan sekadar detak jantung.
HRV memberi data soal stres tubuh & kesiapan fisik secara real-time.

4. Travel Water Filter Bottle
💧 Hydration is sacred.
Djokovic hanya minum air yang sudah melalui filtrasi molekuler. Yes, he’s that precise.

5. Yoga Mat + Travel Roller Set
🧘‍♂️ Pagi hari? Gerakan peregangan, meditasi, dan pernapasan adalah wajib.
Matras portabel dan foam roller jadi bawaan wajib ke mana pun ia pergi.

“Kesehatan itu bukan tren. Itu gaya hidup. Dan saya menjaga detail kecil setiap hari.”
Novak Djokovic