Konvergensi

Digitalisasi memang tak terelakkan lagi. Generasi kiwari cenderung menaruh apa saja ke dalam perangkat mobile dalam bentuk digital – mulai dari catatan, gambar, musik, hingga video.   

Di ranah industri penerbitan, platform majalah digital mulai menjadi tren, dan para publisher yang sadar dengan perkembangan zaman, berlomba-lomba untuk menangkap peluang ini. Apalagi smartphone dan tablet sudah mulai menjadi populer dewasa ini.  

Salah satu fenomena yang paling menonjol dari dinamika komunitas digital di dunia – dan di Indonesia tentu saja – saat ini adalah mulai tumbuhnya kecenderungan positif pada penggunaan tablet. Berdasarkan data yang dirangkum oleh Philip Elmer DeWitt selaku pengelola blog Apple 2.0 Fortune dari 34 analis, angka penjualan iPad untuk kuartal kedua tahun 2014 diperkirakan akan mencapai 19,3 juta unit.

Memang, angka penjualan tersebut turun 0,7% dibanding tahun lalu, apalagi dibanding periode 2012 – 2013 yang pertumbuhannya sempat mencapai 55%, tapi 19,3 juta masih tergolong besar. Penurunan kecil ini konon berkaitan dengan akan hadirnya dua varian iPad Air dan iPad Mini Retina Display versi terbaru. Pasar memang belum kondusif, wait and see, yang sebenarnya wajar saja untuk produk yang perkembangan teknologinya selalu dinamis.  

Rumornya, Apple tengah menyiapkan sebuah versi iPad terbaru berlayar jumbo dengan layar 12,9 inci, yang diberi nama iPad Air Pro, tapi kemudian belum terdengar kabar lanjutannya. Tapi yang jelas, bentuk tablet di masa depan, akan terus berubah sesuai dengan tuntutan zaman. Ada yang meramalkan, kelak ada tablet yang transparan, atau bahkan yang bisa digulung seperti kertas toilet.  

Meski perjalanannya tidak selalu mulus, tablet adalah pilihan masa kini dan masa depan – dan tidak bakalan set back ke era cetak, misalnya. Tablet tidak hanya menggantikan semua yang ada di cetak, tapi aplikasinya memberikan pengalaman baru di era digital.

MALE, misalnya, tidak hanya memberikan artikel yang informatif, tapi juga konten khas multimedia – meliputi foto-foto yang artistik, video yang keren dan menghibur untuk beberapa rubrik andalan, video behind the scene yang ekskulif untuk cover dan Lights On. Halaman demi halaman juga, tidak tampil monoton, termasuk bisa dilihat dalam format landskap dan potret, sesuai selera. Ada pun daftar isinya sangat interaktif, yang jika di-tap bisa langsung masuk ke halaman yang dimaksud.  

Majalah cetak adalah masa lalu, meski platform digital memang bukan jawaban tunggal atas kebutuhan saat ini. Bicara soal konsistensi jangka panjang, sebenarnya tidak ada faktor yang membatasi secara kaku antara majalah cetak dan majalah digital untuk mengembangkan bisnisnya. Tapi yang jelas, dunia teknologi saat ini tidak bisa menafikan lagi realitas konvergensi.  

Jika dihubungkan dengan sisi komersial, menurut Janoe Arijanto dari Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, pemasaran dengan medium digital yang kini digandrungi pengiklan adalah media baru yang mengandung unsur interaktivitas produsen, intermediari pasar, dan konsumen sebagai hasil penggabungan faktor psikologis, humanis, antropologi, dan teknologi multimedia. “Periklanan Indonesia makin kaya dengan media-media non-konvensional dan sangat cepat mengadopsi pola komunikasi kontemporer, khususnya di digital dan mobile,” ujarnya. (Burhan Abe)

Source: MALE 78

Related Stories

spot_img

Discover

Malam Magis Penuh Pesona di Ubud: Primbon Night dari...

Bali selalu punya cara untuk menghipnotis kita. Kali ini, pesonanya hadir dalam balutan budaya...

📚 Buku Kilat Buat Kamu yang Mau Posting Tanpa...

"Karena feed yang rapi itu nggak harus ribet. Cuma butuh buku ini dan sedikit...

Villa Beatrice: Manifestasi Villeggiatura Modern di Liguria Bersama Belmond

Ada tempat-tempat yang tidak hanya sekadar destinasi. Mereka adalah panggung hidup, di mana waktu...

Your Cheat Sheet to Bali Bliss

Resensi Buku “Bali: The Little Black Book" Pernah nggak sih merasa overwhelmed pas mau liburan...

Jakarta After Dark: City of Sins & Dreams

Jakarta di malam hari itu semacam kekasih gelap. Menggoda, sedikit berbahaya, tapi bikin kamu...

Terus Mau Sampai Kapan Cuma Jadi Penonton? Ini Dua...

Iya, maaf kalau judulnya pedes. Tapi coba tanya diri sendiri:“Usahamu sekarang benar-benar berkembang, atau...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here