Home Blog Page 69

Turkish Flavors

0

SUASANA Ramadhan di Indonesia selalu identik dengan Timur Tengah. Memang tidak tepat, tapi ini adalah salah satu cara umat Muslim di dunia mengidentifikasi dirinya – tentu saja di beberapa negara berbaur dengan kebudayaan setempat.  Maka jangan heran kalau masuk Ramadhan banyak restoran-restoran di Indonesia yang menghias diri dengan pernak-pernik yang berbau Timur Tengah, bahkan menu-menu yang dipilih pun berasal dari khasnah dunia Islam.

The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place, adalah salah satu contohnya. Ramadhan tahun ini, hotel yang berlokasi di Sudirman Central Business District (SCBD) ini telah mempersiapkan serangkaian acara berbuka puasa dimulai dari Pacific Restaurant & Lounge yang menghadirkan Turkish Chef Ismail Donmez dari The Ritz-Carlton, Istanbul dan beberapa paket berbuka puasa untuk perusahaan ataupun corporate iftar di meeting room dan ballroom dengan total luas 7.800m2.

Seperti biasa, saya dan teman-teman wartawan mendapat kesempatan untuk mendapatkan preview, alias icip-icip makanan, 29 Juli lalu, yang nantinya akan dihidangkan sepanjang Ramadhan. Bersama Chef Ismail Donmez kami dapat pelajaran memasak ala Turki, dan tentu saja mencicipi hidangannya. Di antaranya mantarli biorek– fillo pastry isi, kasarli kofte– domba atau ayam cincang dengan campuran bumbu rempah, chicken yayla kebab, dolmasi disertai dengan hidangan penutup istimewa baklava dan sultan lokmasi– buah ara kering Turki yang direndam.

Hidangan itulah, dalam acara yang disebut Turkish Flavors, mulai tersedia sejak 31 Juli hingga 29 Agustus 2011 di restoran, yang berlokasi di lantai 6 hotel. Berbagai hidangan Turki, Timur Tengah dan Indonesia siap menyambut para tamu berbuka puasa bersama dengan keluarga, kerabat ataupun rekan bisnis. Harga paketnya Rp 258.000++ per orang termasuk free flow jus, sedangkan anak-anak berusia 5-12 tahun dapat menikmatinya dengan harga Rp 158.000++ per anak.

Bagi para tamu yang memilih berbuka puasa dalam suasana yang lebih santai di area terbuka, Turkish Chef Ismail juga mempersiapkan hidangan panggang spesial Timur Tengah, antara lain Shawarmas, Arabic grilled fish, Egyptian beef kebab di 8 Lounge, yang berlokasi di lantai 8 hotel dengan setting taman dengan minimum pemesanan untuk 30 orang. Harganya dimulai dari Rp  288.000++.

Untuk corporate iftar, departemen Catering & Conference Services dan tim culinary yang dipimpin oleh Executive Chef Sean MacDougall telah mempersiapkan sejumlah pilihan hidangan menu Indonesia, Chinese dan Timur Tengah untuk disajikan pada waktu berbuka puasa pada saat ataupun sesudah corporate gathering. Harga dimulai dari Rp 228.000++ per orang.

Ramadhan pun ternyata bisa dilalui dengan ceria, apalagi kalau di sebuah venue yang berkelas.  Pacific Restaurant & Lounge merupakan kombinasi dari restoran dengan lounge dan bar yang nyaman dengan pemandangan kesibukan kota Jakarta yang dinamis.

Desain dengan dekorasi suasana nyaman oleh Hirsch dan Bedner Singapore, restoran ini terbagimenjadi tiga area yaitu area lounge, bar serta area restoran termasuk empat ruangan privat untuk bersantap. Desain restoran merupakan gabungan elemen marmer dan perabotan kayu dengan warna tanah dengan jendela kaca yang besar, memberikan keleluasaan tamu untuk menikmati pemandangan terbaik dari Jakarta.

Pacific Restaurant & Lounge yang elegan dapat mengakomodasi lebih dari 100 tamu untuk bersantap dengan area lounge yang akan menjadi tempat untuk berkumpul yang eksklusif dan elegan untuk acara formal maupun informal.

Restoran dengan konsep a la carte buffet, yaitu prasmanan namun dengan presentasi porsi personal yang ditata dengan detil oleh tim kulinari di bawah pimpinan Executive Chef Sean Macdougall dan Chef de Cuisine Reuben Winantyo, menawarkan pula berbagai menu yang special dengan menonjolkan premium grills dengan memperlihatkan kelezatan dari Asian dan Mediterranean dipadukan dengan tapas style.

Area lounge merupakan tempat yang cocok untuk menikmati acara minum teh sore ala tradisional inggris dengan berbagai pilihan makanan ringan, resepsi koktail, dengan beragam koleksi cerutu serta berbagai racikan cocktails untuk dinikmati dengan mitra bisnis, teman atau keluarga.

Marhaban Ya Ramadhan!

Wine for Asia 2011

0

YOHAN Handoyo, Indonesian restaurateur and Wine Director of Decanter Wine House, has joined an elite panel of judges, comprising of established international and regional wine experts to select award winning wines in The Wine Style Award (WSAA), the wine competition held in conjunction with Singapore’s Wine for Asia 2011 (WFA) show.

This will be announced at the Wine For Asia (WFA) 2011 road-show which will be organised on Thursday 21 July at 7.30 pm at Decanter Wine House with the support of the Singapore Trade Development Board Jakarta Office. The road show will also preview the new wines and wineries that will be featured at the ninth edition of WFA in Singapore in October.

Professionals and business figures from Indonesia’s wine and F&B industries have been invited to see, hear (and in some cases) taste for themselves some of the upcoming highlights of WFA 2011 and learn about the marketing campaign in place to make this one of the most comprehensive exhibition for the wine business in the region.

Indonesia’s participation 

In welcoming Handoyo onboard to the WSAA panel, WFA Programme Director, Malcolm Tham, said: “WSAA is unique because it celebrates top quality wines for the Asian palette and market and we are very happy to have Indonesia represented on our panel by such an experienced hand in the business such as Mr Yohan Handoyo.”

For the last three years, Handoyo has been the General Manager and Wine Director of Decanter Wine House and he is also an award winning author of Rahasia Wine (The Secret of Wine) which was voted the Best Wine Education Book in the world by Gourmand World Cookbook Awards in London in 2008. He has been credited for doing much to educate and introduce wines to a larger base of consumers in Indonesia.

The WSAA panel of distinguished wine experts which includes Master of Wine Kym Mylne MW consists of both international and regional judges. The former brings their international judging experience while the latter represents the expectations of the Asian markets.

Another new highlight at WFA 2011 which is also aimed at the regional market is the introduction of the South East Asia Wine Pioneer Recognition Award. Tham said: “Over the last 10 years the wine market has matured greatly and WFA has been at the forefront of this development since the first exhibition in 2003. We wanted to take this opportunity – before they retire – to pay tribute to the wine pioneers who have made significant and important contributions to the growth of the wine industry in the region.”

Some of the WFA highlights that will be touched on at the road-show include:

1. SEA Wine Pioneer Recognition Award Appreciation Lunch, 27 October, 12 – 1pm. Pioneers in the industry helped build the region’s wine industry in the 1970s. This award recognises and honours the contributions from the pioneers.

2. Wine Style Asia Award, 26 October, 7 – 10.30pm. Launched in 2004, the Wine Style Asia Award (WSAA) has gained much recognition. The panel of judges comprises an international and regional mix of influential wine personalities and there is a stringent judging system that ensures only top-quality wines receive the award. This year, the organisers expect 500 entries from overseas wineries and local importers and distributors. The awards will be presented at a high-profile gala dinner.

3. F&B Industry Forum, 28 October, 2 – 4pm. This forum brings together a panel of eminent industry players to share their experience in the rapid developments seen in the F&B industry in the past five years.

4. F&B Familiarisation Tour, 28 October, 7 – 11pm. This tour, which includes stops at popular night spots Clarke Quay and Dempsey Hill, provides participants an insight into the latest F&B concepts in Singapore.

5. Wine Master Classes, during WFA 2011. Wines from France, Australia, Chile, Spain, Portugal, New Zealand, South Africa, Greece and Germany will be showcased.

In addition, during WFA 2011, there will be a signature partner event organised by The Wine Review, which is headed by wine consultant and reviewer Ch’ng Poh Tiong. This high-profile wine dinner will feature wines from well-known chateaux in Bordeaux.

WFA 2011, organised by MP International and Wine Resources, will be held from October 27 – 28 at Suntec Singapore. Spread over 5,000 sqm, it will showcase more than 300 exhibitors from 22 countries and regions, and 10 pavilions, and will represent wines from Australia, Chile, France, Georgia, Germany, Italy, Japan, Portugal, Singapore and Spain. It is expected to attract about 4,000 visitors, mostly from Southeast Asia.

What Trucks Will Look Like in the Future

0

THESE transportation vehicles are indeed inseparable from our daily activities, with trucks being vital to the wheels of the economy.  The smaller types are pickups, while the larger ones with three axles (one in front and tandem at the back) are heavy-duty trucks and those carrying containers are trailers.

The world’s total truck production according to Global Insight increases every year. For instance, four major truck manufacturers were recorded in 2009, namely Daimler AG (Germany)  229,000 units,  Dong Feng Motor (China) 193,000 units, FAW Group (China), 182,000 units and Sinotruk (China) 125,000 units.

In line with Indonesia ‘s economic growth and business demand for trucks, demand for these commercial vehicles has never subsided. Association of Indonesian Automotive Manufacturers (Gaikindo) data indicates that in February 2011, a total of 1,025 units of trucks and buses were sold, which is 46 percent more than in the previous month when only 702 units were sold.

Trucks manufactured by various countries are sold in this country, including from Europe, Japan and China. After the entry of China’s Beiqi Foton Motor Co, Sinotruk Shandong Jixin Auto Sales Co is planning to enter the same segment. However, Hino is still the market leader in truck sales with its robust 60 percent share. PT Hino Motors Sales Indonesia, the authorized distributor in Indonesia, has targeted 23,400 truck sales by the end of this year.

During the Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011, Hino exhibited a number of new variants, including its latest Hino 700 series. What is most interesting is the question often asked: What will future trucks look like? Some believe that in the future, long distance transportation vehicles will be trucks or buses moving in a convoy that will cruise at a constant speed and be controlled by autopilot. It will be almost non-stop auto driving while the front and rear parts will almost be attached to each other.

The fantastic thing is the convoy of trucks will be on a special lane called the green corridor, similar to Jakarta’s busway. The difference will be that that the convoy will have no driver and the green corridor will be able to flow and turn by itself. This concept of future trucks or long distance transportation is the brain child of Rikard Odel, design director of Volvo Truck Corporation, and is mentioned on the company’s website.

Apart from the transportation concept, Odel has also written about the form, design and technology of the truck, called the Volvo Truck Concept 2020.

He elaborates that the realization of the autopilot truck is progressing much faster than his initial calculation, and he claims it will be applicable within the next 10 years. He also says that trucks will look very different from what we are familiar with today.

This concept will supposedly render commercial transportation, both long distance trucks or buses, much safer and more efficient. The plus point is the convoy cruising like a train at an average speed of 90 kilometers per hour will not need a track or a special joint to attach the trucks as a wireless system will be used.

For us in Indonesia, when the trans-Java toll road is completed, this concept can be considered for future transportation. Furthermore, it would be more efficient when the Sunda Strait Bridge project becomes a reality. All this will reduce traffic congestion due to trucks that move slowly! (Burhan Abe)

The Jakarta Post, July 26, 2011

Menjajal Harris dan MaxOne

0

TAUZIA Hotel Management makin menancapkan kukunya di Indonesia. Jumat 14 Juli lalu mereka meresmikan Harris Hotel & Conventions yang berlokasi di Festival CTLink Bandung.  Inilah hotel yang kedelapan dan hotel kedua yang mereka buka di tahun 2011.

Terletak hanya 5 menit dari keluar tol Pasir Koja, 20 menit dari Bandara Hussein Sastranegara dan 30 menit dari stasiun kereta, hotel ini merupakan salah satu hotel di kota Bandung yang juga menyatu dengan mal, yaitu mal Festival Citylink. Hotel yang dominan warna oranye dan hijau ini memiliki 180 kamar dan 7 meeting room ditambah juga dengan Convention Center yang merupakan Conventions Centre terbesar di Bandung, dengan luas sebesar 2.500 meter persegi dan dapat menampung hingga 4.000 orang.

Beruntung saya bisa menghadiri launching hotel tersebut, sekaligus menjajal kamar dan fasilitasnya. Bergaya minimalis, tapi tidak mengurangi fasilitasnya yang maksimalis, Harris Hotel menawarkan cara unik menikmati kota Bandung sisi selatan.

Yang menarik, harganya pun cukup terjangkau, karena ditargetkan kepada pasar menengah, khususnya pasar Asia. Asal tahu saja, Air Asia sekarang terbang dari Kuala Lumpur – Bandung empat kali sehari. “Harris adalah jawaban dari permintaan para tamu-tamu kami di kota yang terus berkembang ini,” ujar Christophe Glass, Director dari Tauzia Hotel Management.

Harris mempunyai motto ‘simple – unique – friendly’. Simpel diwakili oleh desain bangunan dan interior yang sederhana dan minimalis. Unik dengan menjadi inovatif dalam bentuk komunikasi (pemasaran), pendekatan pelayanan kepada tamu serta desain. Friendly (ramah) yang ditunjukkan dengan penggunaan warna, suasana hotel yang hangat, serta sikap karyawannya.

Menurut Budi Yanto Lusli sebagai perwakilan dari owning company menambahkan, dengan mulai dibukanya Harris Hotel dan juga convention yang berada dalam kawasan, tentunya semakin mengukuhkan Festival Citylink sebagai kawasan dengan konsep mixed-use terbaik di kota Bandung dan sekitarnya. “Bahkan bisa dikatakan sebagai satu-satunya di kota Bandung dan sekitarnya yang mempunyai konsep mixed-use sebagai mal, hotel dan convention,” katanya.

Asal tahu saja, Harris Hotels, terdiri dari 10 hotel di akhir 2011 dan saat ini 17 hotel lagi dalam tahap pembangunan. Sejumlah 27 hotel dengan 4.549 kamar akan beroperasi pada tahun 2013.

Tauzia Hotel Management, yang didirikan tahun 2001 adalah perintis dari konsep hotel dan produk sejak tahun 2002 dari merek-merek, selain Harris Hotel, juga ada Worldhotels dengan satu properti dalam taraf pembangunan,  Label Preference Hotels dengan satu properti dalam pembangunan.

Tren permintaan hotel bujet yang marak belakangan dirasakan oleh Tauzia Hotel Management, sehingga mereka juga sekarang sedang mengembangkan second line products-nya, yakni POP! Hotels, jaringan hotel yang terdiri dari 16 hotel dan 2.455 kamar yang akan selesai tahun 2013.

Design Value Hotel

Sebelumnya saya juga pernah mencoba MaxOne Hotel yang bertarif murah, kita hanya membayar yang kita pakai. MaxOneHotels.com @ Sabang, nama lengkapnya, dibangun oleh grup baru di bidang perhotelan, Milestone Pacific Hotel Group, pada 29 April 2011.

Inilah sebuah hotel berancang arstistik yang menyediakan akomodasi bergaya metropolis sekaligus berorientasi pada nilai, dengan perhatian khusus pada kebutuhan profesional yang dinamis.

MaxOneHotels.com yang berlokasi di lokasi strategis kawasan Sabang Jakarta ini berkonsep online booking hotel (maxonehotels.com/web/id) dan siap menjawab gaya hidup pengguna saat ini yang cenderung “mobile” dan menuntut servis terbaik, praktis dan ekonomis dari sebuah hotel. 

Kamar tidur yang ditawarkan dengan ketentuan semakin awal Anda memesan, semakin murah Anda membayar ini tersedia sebanyak 87 kamar dalam tiga tipe pilihan yaitu; tipe Happiness (standard room) dengan luas 14m2, Warmth (deluxe room) berluas 25m2 dan Love (suite room) yang berluas 27m2.

Menurut Daniel Sulaiman, Chief Operating Officer, Max adalah pengurus hotel yang ramah dan penyayang. Dia mendedikasikan dirinya untuk melayani teman-teman dan para tamunya dengan sikap dan layanan terbaik. Dengan cintanya terhadap industri perhotelan, dia menciptakan usaha perhotelan yang berpusat pada tiga pilar utama yang mencerminkan Jiwa Max; Happiness (Kebahagiaan), Warmth (Kehangatan) dan Love (Cinta Kasih).

MaxOneHotels.com tidak hanya mengedepankan rancang kamar yang fresh, young dan compact, namun juga memperlakukan seluruh tamu sebagai VIP di mana mereka berhak menikmati kasur eksklusif dengan empat bantal mewah, menikmati tidur malam yang nyenyak dan bangun sebagai pribadi yang baru. Hmmm…

Menikmati kenyamanan tidur  tidak harus di hotel berbintang lima. Selamat beristirahat, big hug (seperti tulisan yang ada di bantal oranye Harris Hotel)!

Cantiknya Sukhothai

0

MAKANAN Thailand sudah tidak asing di lidah orang Indonesia. Itu sebabnya restoran ala Thai di Jakarta selalu dipenuhi dengan pengunjung. Saya berkesempatan mengunjungi salah satunya, Restoran Sukhothai, Authentic Thai Fine Dining Restaurant, berlokasi di Sheraton Media Hotel & Towers, Jakarta, lantai 6.

Yang menarik, tidak hanya makanannya yang sesuai selera, dengan ciri khas masakan Thai yang pedas dan penuh bumbu, namun dipadu dengan keseimbangan rasa manis, asin, dan asam. Bolehlah saya membayangkan suasana di Bangkok, sebuah restoran yang berada di tepi Sungai Chao Phraya dengan pemandangan yang menakjubkan.

Atau menjelajah ruas-ruas jalan di Bangkok yang dipenuhi penjaja makanan yang lezat. Mencicipi Som Tum (selada pepaya pedas), mie Thai, Khao Tom Pla (sup nasi ikan), Tom Yum Talay (sup hidangan laut), atau Khao Man Gai (nasi ayam).

Memang tidak sama persis, tapi konsep Restoran Sukhothai memang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman kuliner yang lengkap ala Thai. Nama ‘Sukhothai’ dalam bahasa Indonesia berarti cantik. Sesuai dengan sebutannya, Sukhothai didekorasi dengan aneka hiasan khas Thailand, seperti stupa, patung gajah dan sebagainya. Di sisi luar restoran terdapat taman dan kolam kecil dengan tanaman-tanaman yang bernuansa Thailand. Nuansa Negeri Gajah ini diperkuat dengan seragam para karyawannya yang mengenakan pakaian tradisional Thailand.

Restoran Sukhothai berkapasitas tempat duduk untuk sekitar 64 orang dengan lay out menyerupai lesehan, dan disediakan sandaran serta bantal sebagai tempat duduk. Restoran ini menyediakan aneka hidangan khas Thailand baik berupa a la carte maupun set menu.

Menurut Mohamamd Iqbal, Marketing & Communications Manager Sheraton Media Hotel & Towers Jakarta, Sukhothai kini juga memiliki promosi Eat Till You Drop, di mana pengunjung bisa menikmati makanan khas negeri gajah sepuasnya dengan harga hanya Rp 129.000 net per orang. Minuman tradisional khas Thailand juga dihidangkan seperti Thai Ice Tea dengan daun teh yang khusus diimpor dari negara asalnya, serta Thai Coffee

Masakan Thai mencakup makanan dan minuman serta cara memasak khas Thailand. Di negara itu terdapat empat jenis masakan daerah yang berasal dari empat daerah utama: Thailand Utara, Thailand Timur Laut, Thailand Tengah, dan Thailand Selatan. Masing-masing masakan daerah mendapat pengaruh dari masakan Cina dan masakan negara-negara tetangga. Bumbu dan rempah-rempah dipakai dalam keadaan segar, mulai dari cabai rawit, cabai merah, santan, kecap ikan, jahe, bawang putih, bawang merah, daun ketumbar, serai, terasi, gula jawa, hingga asam.

Bersantap di Sukhothai seperti menjelajahi keistimewaan citarasa Thailand, dan kita tidak sadar bahwa kita masih berada di kawasan Sheraton Media Hotel & Towers, Jakarta. Hotel ini bagian dari Starwood Hotels & Resorts Worldwide, Inc., adalah satu-satunya hotel berbintang lima yang berlokasi di Jakarta bagian utara yang memberikan beraneka ragam fasilitas dan pelayanan bertaraf internasional untuk tamu bisnis baik domestik maupun internasional yang datang ke Jakarta. Lokasi hotel yang sangat strategis, dekat dengan Pusat Perbelanjaan terluas di Asia Tenggara, Mangga Dua Shopping Complex, Jakarta International Expo dan Bandar Udara Internasional.

Starwood Hotels & Resorts Worldwide, Inc. adalah salah satu perusahaan pengelola hotel dan bisnis hiburan terkemuka di dunia dengan kepemilikan 1,025 properti di sekitar 100 negara dan lebih dari 145.000 karyawan di seluruh properti yang dikelola. Starwood Hotels benar-benar merupakan sebuah jaringan kepemilikan, pengelola dan franchise hotel, resor dan perumahan dengan brand-brand ternama internasional, seperti St. Regis®, The Luxury Collection®, W®, Westin®, Le Méridien®, Sheraton®, Four Points® by Sheraton, juga Aloft(SM), dan Element(SM).

Bon Appetit. Khob Khun Krab!

Antara Manila dan Jakarta

0

SEORANG teman yang pernah mengunjungi Manila, Filipina, bercerita tentang makanan eksotis negeri tersebut, yakni balut. Balut adalah telur bebek setengah matang, tapi yang khas di dalamnya ada embrionya yang berusia 18 hari (21 hari menetas). Memakannya cukup dengan taburan garam atau merica, seperti tradisi kita saat menyantap telur setengah matang.

Tradisi makan orang Filipina itu, yang mungkin sebagian orang menganggapkan sebagai pengalaman dalam Fear Factor, bisa Anda nikmati di Millennium Hotel Sirih Jakarta (Café Sirih) 14 hingga 26 Juni 2011.

Philipina Food Festival ini diadakan dalam rangka  memperingati hari kemerdekaan yang ke-113 negara tersebut yang jatuh pada tanggal 12 Juni. Dua koki sengaja didatangkan langsung dari The Heritage Hotel Manila, Lauro Montefolka Moreno dan Karl Dorado Fortaleza, khusus untuk mengkreasikan berbagai hidangan khas Filipina.

Kedua koki tersebut menyajikan berbagai hidangan lezat dan traditional seperti: atsarang papaya (acar pepaya hijau), rellenong manok (isi ayam tanpa tulang), kilawing tanguigue (asinan king mackerel), bistik tagalog (steak sapi tagalog ), chicken adobo (ayam masak cuka), calamares fritos (cumi goreng mentega), pancit canton (mie rebus ala Filipina), guinataang langka (nangka santan), adobo rice (nasi goreng adobo), halo-halo (es buah ala Filipina), dan bilo-bilo (beras ketan dengan santan).

Penawaran spesial tersebut tidak hanya untuk warga Filipina tentu saja, tetapi bisa dinikmati oleh siapa saja yang ingin memuaskan hasrat dan rasa keigintahuan tentang pengalaman menyantap masakan Filipina, yang berasal dari perpaduan antara masakan budaya Cina dan Spanyol.

Pengunjung dapat menikmati pengalaman menarik ini selama makan siang atau makan malam hanya dengan Rp 150.000 per orang. Anak usia di bawah 12 tahun akan mendapatkan diskon sebesar 50%. Sebagai tambahan, semua pengunjung dalam acara Fiesta Filipina berkesempatan untuk memenangkan voucher menginap di The Heritage Hotel Manila, Grand Millennium Kuala Lumpur, Orchard Hotel Singapore, Copthorne Malaysia dan Millennium Hotel Sirih Jakarta.

“Bring Back Batavia”

Kalau Filipina memperingati kemerdekannnya ke 113, maka Jakarta tahun ini merayakan ulang tahunnya yang ke 484, 22 Juni lalu.  Berbagai perayaan diadakan, dan The Ritz-Carlton, Jakarta mempersembahkan Bring Back Batavia, sebuah pengalaman kulinari untuk menikmati masakan khas Jakarta tempo dulu di era Batavia, bertempat di Asia Restaurant, 16 hingga 25 Juni 2011.

Tim kulinari Asia, yang dipimpin oleh Executive Chef Rudolph Blattler dan Chef de Cuisine Syaiful Bahri telah mempersiapkan beraneka ragam hidangan untuk menikmati pengalaman bersantap dari resep tempo dulu dengan variasi yang berbeda.

Dimulai dari hidangan pembuka dengan kategori salad yang terdiri dari gado-gado, ketoprak, asinan; dilanjutkan dengan kategori sup yang terdiri dari sop buntut dan sop kaki kambing Tanah Abang; lalu pilihan hidangan utamanya adalah: pindang banding Betawi, sayur besan, gulai tikungan melawai, sayur asembetawi, pepes ikan salem mangga dua, ikan tongkol baker sunda kelapa, semur ayam betawi, gulai sotong muara karang, tumis genjer pedas, jambal goreng bumbu merah, ayam baker tanahabang, semur daging Betawi, bandeng bumbu acar pedas, udang bakar mbah priok, tongseng kambing kwitang, sayur babanci, jambal goreng petai peda dan masih banyak lagi.

Selain itu terdapat beberapa kulinari booth seperti kambing guling, ketupat sayur, lontong sayur, nasi uduklontong cap gomeh, gabus pucung, martabak (isi kambing, ayam, daging dan ikan), nasi gorengudik dan kerak telor Bang Somad.

Perjalanan menikmati kuliner a la Batavia tidak akan lengkap jika belum mencicipi Dutch Station seperti veal with red onion sauce, macaroni Dutch style, braised steak, cheese crocket with mayonnaise, mushroom crocket with mayonnaise, bitterballen with honey mustard, mushroom pie with tomato sauce; dan untuk booth minuman, para tamu diajak kembali ke masa silam dengan menikmati Bir Pletok (minuman tradisional yang terdiri dari berbagai macam bumbu singkong rebus yang manis, kentang dan kacang tanah).

Para tamu dapat menikmati allyou-can-eat buffet pada malam maupun siang hari, dimulai dengan harga Rp. 208,000 per orang dengan dihibur oleh alunan lagu khas tempo dulu seperti Jali-Jali, Kicir-kicir, Keroncong Kemayoran dan Lenggang Kangkung dari Orkes Samrah, yang merupakan salah satu orkestra tradisional Jakarta yang beradaptasi dari budaya Melayu.

Pada perayaan ulang tahun Kota Jakarta kali ini, Asia Restaurant yang berkapasitas 399 kursi ini akan didekorasi dengan nuansa kota tua Batavia dengan beberapa barang antik dipajang di sepanjang area restoran, seperti mobil antik Mercedes, becak, ondel-ondel dan sepeda onthel.

Selain itu juga akan ada window display di area samping Asia Restaurant yang dibuat seperti teras, lengkap dengan kursi dan meja kayu khas Betawi, serta lemari kayu kuno dengan beberapa barang antik di atasnya (piringan hitam jaman dahulu, setrika arang, radio tua, guci kecil tua, dan lain sebagainya). Ini semua dapat dilihat di The Ritz-Carlton, Jakarta selama acara Bring Back Batavia berlangsung. (Burhan Abe)

Selamat makan!

Melinda Dee dan Bank yang Makin Rawan

0

Terungkapnya pembobolan dana nasabah bank oleh Inong Melinda Dee menunjukkan bahwa kejahatan kerah putih bukan isapan jempol belaka. Bagaimana mengantisipasinya?

BINTANG iklan sebuah produk rokok, dengan tato lumayan penuh di tangan, nampak celingukan di kantor reserse kriminal Mabes Polri. Andhika Gumilang, nama bintang iklan itu, seringkali menundukkan wajahnya. Tidak seperti yang sering terlihat di layar kaca saat ia membintangi iklan atau main sinetron dengan segudang aksi yang penuh percaya diri, pria berusia 22 tahun itu sesekali menatap sesuatu dengan pandangan kosong.

Segala macam rasa, seperti sedih, menyesal, takut, juga malu, agaknya menumpuk jadi satu. Beberapa waktu sebelumnya, ketika ditanya wartawan tentang status hubungannya dengan Inong Melinda Dee, ia mengaku hanya sekadar anak angkat. Tapi siapapun tahu, bagaimana mungkin seorang ”anak angkat” menerima aliran dana yang lumayan gede, bahkan dihadiahi sebuah mobil mewah, Hummer V3.

Gara-gara Melinda Dee, 47 tahun, mantan Relation Manager Citibank yang menjadi istri sirinya itu, pemilik 6 (enam) Kartu Tanda Penduduk (KTP) – salah satunya menggunakan nama Juan Ferero – kini meringkuk di tahanan Mabes Polri, karena dijerat pasal pencucian uang dan pemalsuan identitas.

Melinda Dee memang fenomenal. Dalam posisinya, ia bisa membobol sedikitnya Rp 17 milyar dana para nasabah private banking Citibank, hanya bermodalkan keahliannya dalam melakukan komunikasi personal dan approachment (pendekatan) kepada nasabah. Bahkan, saking percayanya, para nasabah mau memberikan blanko kosong yang sudah ditandatangani kepada dirinya.

Fasilitas private banking memang biasa digunakan oleh orang-orang kaya yang tidak memiliki banyak waktu untuk datang ke bank melakukan transaksi. Peluang inilah, rupanya, yang dimanfaatkan oleh Melinda untuk memperkaya diri sendiri. Kerjasama dengan teller Citibank pun dilakukan. Bermodalkan blanko kosong yang sudah ditandatangani nasabah tadi, mulailah Melinda main ‘pat-gulipat’ mentransfer dana-dana nasabah ke beberapa rekening hasil rekayasa dirinya.

Belakangan, cerita kebobolan nasabah bank kembali berlanjut. Kini yang tengah pusing tujuh keliling adalah PT. Elnusa, salah satu anak perusahaan PT. Pertamina (persero). Bagaimana tidak. Depostio perusahaan yang bergerak di sektor energi hilir ini sebesar Rp 111 miliar di Bank Mega Cabang Jababeka, Bekasi, digasak oleh mantan Direktur Keuangannya sendiri, Santun Nainggolan, melalui pencairan deposito on call. Lho, kok bisa? 

Elnusa, sebagaimana banyak perusahaan lain, menempatkan dana cadangan mereka dalam berbagai bentuk, salah satunya deposito berjangka di Bank Mega. Elnusa menaruh dana Rp 161 miliar di bank milik Chairul Tanjung itu mulai 7 September 2009, di kantor cabang Jababeka-Cikarang, Bekasi. Total deposito terbagi menjadi lima bilyet, dengan jangka waktu beragam, mulai satu bulan hingga jangka tiga bulan. “Seluruh dana telah ditransfer Elnusa dan diterima baik oleh Bank Mega,” jelas Manajemen Elnusa, dalam keterangan tertulisnya.

Dokumen penempatan deposito telah ditandatangani oleh pejabat Elnusa yang berwenang, serta Kepala Cabang Bank Mega Jababeka-Cikarang. Pada periode tersebut hingga saat ini perseroan melakukan perpanjangan penempatan, pada saat jauh tempo dari masing-masing bilyet. Bank Mega juga terus membayar bunga deposito setiap bulannya.

Terhitung sejak 5 Maret 2010, total deposito Elsa menjadi Rp 111 miliar karena ada pencairan Rp 50 miliar secara resmi atas perintah manajemen perseroan.

Masalah mulai muncul saat Selasa (19/4/2011), kepolisian bertandang ke kantor Elnusa dan menanyakan perihal penempatan dana deposito di Bank Mega. Manajemen Elnusa mengakui ada penempatan dana perseroan di Bank Mega. Pada hari itu juga, secara bersama-sama, manajemen Elnusa dan polisi melakukan mengecekan ke kantor cabang Bank Mega Jababeka Cikarang. Namun hasilnya sungguh mencengangkan. Dari keterangan lisan Kacab Bank Mega, deposito perseroan ternyata telah dicairkan!

Bring the Comfort Zone to Your Home

0

YOUR home is in fact your private palace, so make sure it is as comfortable as possible to live in. A large room may not always be comfortable, and likewise, a small room may not always be tight in space. A spacious room, therefore, does not guarantee a comfortable home, so even in the case of a small house if everything is set out correctly it will result in a spacious home.

Ideally, before living in your home, the house should go through several design processes considering both internal and external factors. Both have an influence on our approach to the design and building. Our approach can be interpreted into the design orientation, both for the material selected, the building as well as our related daily activities.

Today, especially in major cities, generally speaking one seldom finds large houses. So, the solution is to arrange the available space in the house, with the help of a designer or do this by yourself.

One of the ways to ‘cheat’ a small room and make it appear larger is by using light or bright colors. Furniture also has an impact on small rooms, so avoid large pieces of furniture in this case. Nowadays rooms in small homes look more like studio apartments where partitions are not clearly defined and where furniture defines the function of each room.

If you feel that your living room is too large or too spacious then you can divide it into several zones for different activities, such as for reading, listening to music or just for chatting. On the other hand if your living room is small you can rearrange it and turn it into a multifunctional space for a number of activities.

There are several ways to make your room feel spacious without reducing its beauty, such as the appropriate choice of furniture and accessories, correct arrangement of furniture, partitions, creation of a focal point on one of the walls, carpeting, color choice for walls and furniture as well as lighting effects.

Regarding the color for the walls white and cream are the most neutral especially for your living room as such colors can respond to the colors of furniture and accessories.  These colors are especially suitable for old houses. For contemporary style houses secondary and tertiary colors will make them look more attractive.

Lighting is also quite important to make the room comfortable. Spot-lighting can be used to focus on certain accessories in the room. Lighting can also give a different meaning or interpretation to certain parts of the room.

Apart from the exterior and interior factors there are other important requirements in the house including air conditioners washing machine, refrigerator, water heater and so forth.

There are many kinds of water heaters available on the market, so do not go and just buy any brand or model, but make sure it is suited to your requirements.

Based on the energy source there are three types of water heaters: electric, gas and solar panels. The electric and gas heaters are relatively less costly in comparison to the solar panels. However, once installed, the solar heaters require no energy source.

The water heater should also match the location of the house, because for tropical countries the solar panel heater is more suitable while the gas one is more appropriate for cold or subtropical regions.

To choose the right capacity of water heater you must have a good estimate of your daily requirements for hot water. While a large capacity water heater gives more hot water it also needs more electricity. So you must consider the power available in your home. If your power is limited it is advisable to buy a water heater with low wattage. (Burhan Abe)

The Jakarta Post, June 17, 2011

Saint Emilion Grand Cru Classe

0

PESTA kuliner paling akbar di Jakarta, apalagi kalau bukan Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF), yang tahun ini berlangsung 14 hingga 29 Mei 2011.  Di sini pesta makanan dipadukan dengan dunia fashion, atau sebaliknya. Tapi yang menarik perhatian saya adalah Wine & Cheese Expo di sela-sela acara tersebut.

Acara “anggur dan keju” yang dipusatkan di Multi Purpose Hall, La Piazza, Mal Kelapa Gading ini menampilkan anggur dan keju terbaik dari sejumlah negara sahabat. Panitia bekerja sama dengan beberapa kedutaan besar dari negara-negara yang mempunyai tradisi wine dan keju, sebutlah Prancis, Chile, New Zealand, Australia, Amerika, Argentina, Italia, Jerman, Kanada, Portugal, Afrika Selatan dan tentu saja tuan rumah Indonesia.

Berbagai kegiatan menarik ada di dalamnya, seperti Meet & Greet 14 Chateau Representatives dari Bordeaux Prancis, Wine Tasting, Wine Dinner dengan lima chef ternama dunia, Wine Workshop, Wine & Food Pairing, Pastry Chef Show, Cheese Discovery, dan Foodtography Competition.

Wine adalah minuman beralkohol yang dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera yang biasanya tumbuh di area 30 hingga 50 derajat lintang utara dan selatan.

Beruntung, pada hari pertama saya dan beberapa media, diundang untuk “Saint Emilion Grand Cru Classe Wine Dinner” di Intercontinental Hotel Jakarta. Malam itu kami mencicipi makan malam ditemani oleh berbagai wine yang dihasilkan oleh Saint Emilion, Bordeaux, salah satu wilayah penghasil wine di Prancis.

Yang membanggakan, kami juga berkesempatan bertemu dengan 11 wine maker dari chateau-chateau di St Emilion untuk mencoba wine produksi mereka. Sebelas wine yang bisa kami coba malam itu adalah wine-wine terbaik dari Chateau Dassault, Chateau Bellefont-Belcier, Chateau Guadet, Chateau Laroze, Chateau Franc Mayer, Chateau Fonroque, Chateau Fontplegade, Chateau Destieux, Chateau Couvent des Jacobin, dan Chateau Moulin du Cadet. Grand Cru termasuk kelas berat, yang dalam bahasa pecinta wine dikenal sebagai full bodied. Kami, terutama saya, mencoba meninggalkan preferensi sebelumnya dalam pengalaman rasa, dan mencoba menjelejah rasa baru minuman dari Prancis itu.

Ciri wine asal Bordeaux, di dalamnya termasuk St Emilion, adalah tidak ada yang terdiri dari satu jenis varietas anggur saja, alias blend.  Varietas anggur yang digunakan untuk pembuatan red wine di sini adalah Merlot dan Cabernet Sauvignon, serta jenis anggur yang lain, seperti Cabernet Franc, Petit Verdot, dan Malbec. Rasanya rata-rata kompleks, sehingga memberikan sensasi tersendiri.

Memang, masing-masing wine memiliki karakter rasa tersendiri, ada yang ringan ada yang kompleks. Aromanya pun ada yang fruity, smokey, creamy, dan lain-lain. Semua itu akan menemukan rasa yang sempurna jika dipadupadankan dengan makanan yang pas. Semua itu membutuhkan eksperimen dan pengalaman, tapi paling gampang adalah menanyakan kepada ahlinya alias sommelier – meski rasa bersifat personal tapi mereka umumnya tidak salah memberikan rekomendasi. Cheers! (Burhan Abe)

Terpuruk Ku di Aston Marina

0

Setetes embun di daun lamban bergulir / Ketika jatuh ke tanah terserap musnah / Begitupun hatiku diayun bimbang jawabmu / Terhempas dan hampa tak terkira / Mentari tersaput mega enggan bersinar / Menusuk angin ke raga jiwa gemetar / Terpuruk ku di sini dipeluk bimbang sikapmu / Membeku dan lara tak terkira

LAGU KLa Project itu mengawali pertunjukan mereka di Aston Marina Jakarta, Jumat malam, 5 April lalu. Lagu Terpuruk Ku di Sini ini cukup akrab di telinga para pengujungnya. Meski sendu, tapi lagu tersebut sekaligus membuka nostalgia, terutama mereka yang tumbuh bersama grup berusia 23 tahun itu.

Pilihan Aston Marina Jakarta menghadirkan KLa Project sangat tepat, apalagi di tengah hiburan dengan musik yang hampir seragam. Menurut Public Relations Manager Gita Ayu Ashari, acara yang disponsori oleh Aqua, Bank BNI, dengan event organizer Lewi Yahya Production ini merupakan acara musik pertama yang diselenggarakan oleh Aston Marina di 2011.

KLa Project jelas nama besar di blantika musik Indonesia, dibentuk oleh Katon Bagaskara, Lilo (Romulo Radjadin), Adi Adrian, dan Ari Burhani tahun 1988. Nama KLa sendiri diperoleh dari inisial personel band ini, sementara penggunaan huruf “A” kecil bertujuan untuk menandakan adanya dua personel yang memiliki inisial huruf tersebut.

Pada mulanya tahun 1988 mereka hanya menyertakan salah satu lagunya, Tentang Kita, di album kompilasi, yang kemudian menjadi hits. Setahun kemudian mereka merilis albumnya yang pertama “KLa”, dan lahirlah hits-hits berikutnya, seperti Rentang Asmara, Waktu Tersisa, dan Laguku.  Pada 1991, KLa meluncurkan album keduanya bertajuk “Kedua”, dengan lagu andalannya Yogyakarta. Sementara album ketiga (Pasir Putih, 1992) mereka mencetak hits seperti Tak Bisa Ke Lain Hati dan Belahan Jiwa.

Seperti grup band pada umumnya, Kla Project sempat mengalami bongkar pasang personilnya. Ari Burhani setelah album ketiga, memilih keluar dan beralih peran sebagai manajer band. Tapi dengan formasi tiga pemain inti,  KLa tidak kehabisan kreativitas, terbukti mampu melahirkan dua album, Ungu (1994) dan V (1995).

Tahun 2001 Lilo juga sempat keluar. Tahun 2003 dengan tambahan personil baru, yaitu Erwin Prasetya, Yoel Vai dan Hari Goro, grup ini menamakan diri NuKLa – yang sempat merilis satu album pada 2004 bertajuk “New Chapter” dengan single Izinkan Ku Memuja. Pada tahun 2006 Erwin juga memutuskan keluar dari NuKLa karena perbedaan visi, dan Katon menyatakan kelompoknya kembali ke nama semula KLa Project.

Awal 2009 boleh dikatakan tonggak sejarah baru bagi KLa, sebab Lilo balik lagi, dan meluncurkan album KLa Returns. Pada 2010, mereka kembali meluncurkan album yang berjudul “Exelentia” dan menjagokan single berjudul Hidup adalah Pilihan dengan dua pemain tambahan.

Formasi inilah, yang tentu saja lebih lengkap, karena diperkuat oleh backing vocals segala, yang ditampilkan malam itu. Hampir semua lagu hits-nya dinyanyikan. Dengan kapasitas 120 kursi di Cumi-Cumi Lounge & Bar, para tamu yang membayar Rp 150.00 atau Rp 1 juta per seat (untuk empat orang, dengan bonus sebotol spirit atau wine, mixer, dan snack) itu terlihat nyaman menikmati alunan lagu-lagu KLa Project yang membawakan 16 lagu.

Saya sendiri, dan juga teman-teman HAM (Himpunan Anak Media) Jakarta, yang terdiri dari Shalfi Andri (TEMPO), Hadi Suwarno (Travel Club), Tiara Maharani (Venue), Ali Rustamaji (Investor Daily), Marcell Lahea (Shang Bao), Harry Sutanto (Garuda), Michael Petit (Hang Out Jakarta), Elizabeth dan Fathur (Event Guide), tidak hanya menikmati, tapi juga hanyut dalam pertunjukan yang berdurasi hampir dua jam itu.

Penampilan musisi kawakan itu berhasil menyuguhkan suasana romansa dan nostalgia, yang menciptakan histeria penonton hingga akhir pertunjukan. Meski sempat vakum lama, penampilan KLa Project malam itu luar biasa, dan tidak sia-sia kami malam itu “terpuruk” di Aston Marina Jakarta. (Burhan Abe)