Home Blog Page 71

Mengulik Wine di Dunia

0

WINE Spanyol memang sangat populer di dunia. Sejak tahun 1877 beberapa kota yang ada di Spanyol sudah mampu memproduksi wine yang menyebar di berbagai negara. Faktanya, negara tersebut juga tercatat sebagai penghasil wine terbesar di dunia, dibandingkan Perancis yang memiliki Champagne, yang menghasilkan sparkling wine dengan nama wilayah tersebut.

Wine Spanyol adalah wine yang diproduksi di Spanyol tentu saja. Terletak di Semenanjung Iberia, Spanyol memiliki lebih dari 2.900.000 hektar lahan anggur dengan 600 lebih varietas, yang mampu menghasilkan wine terbaiknya.

Anggur – yang diminum manusia sejak 5.000-an tahun yang lalu, adalah minuman yang populer di banyak negara. Negara-negara yang penduduknya meminum anggur paling banyak adalah Perancis, Italia, Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, Argentina, Britania Raya, Republik Rakyat Cina, Rusia, dan Rumania. (YKO)

Sumber: Nonstop, 22 April 2012

Creating a Joyful Shopping Destination

0

WHAT do you usually do to pass time at an airport? For most travelers, the answer is undoubtedly shopping. And the most popular shop at any airport is the Duty Free Shop (DFS). The DFS Galleria is heavenly for luxury shoppers, featuring many leading brands, including Bulgari, Burberry, Cartier, Celine, Chloe, Chopard, Coach, Dior, Dunhill, Fendi, Gucci, LOEWE, Mont Blanc, Salvatore Ferragamo, Tiffany & Co and Van Cleef & Arpels.

Of course it is not easy to manage a store that carries leading brands without offering discounts. Good management and creativity is very much required. This is what Craig McKenna believes in. He is the managing director of DFS the company for South Asia, Australia, New Zealand and Singapore.

In the region McKenna is DFS Global’s revenue leader. Almost everyone knows that DFS Galleria Singapore, for example, is a shopping destination. “Creativity is required due to tight competition among retailers,” said McKenna.

He is no stranger to the retail world. He hails from New Zealand and spent his initial years in Invercargill, Dunedin, Christchurch before joining DFS in Auckland in 1995. He started his career at New Zealand DFS as vice president of operations before moving to Singapore in 2003 to become the managing director for Okinawa development.

After completing the Galleria location and assuring airport operations were running smoothly, he took over the position of managing director for business in Singapore. In this role, he was responsible for the DFS portfolio at Changi airport, covering 46 outlets selling liquor, tobacco, food, watches and other luxury items. In addition, he was responsible for an 85,000-square-foot Galleria located in the heart of Singapore that serves foreign tourists, including many Indonesians.

According to McKenna, Singapore is one the group’s most important markets as the city-state has a modern and beautiful environment that makes it one of the most wanted residential places in the world. This modern, buzzing environment is also a capital for fashion shopping in Southeast Asia. “DFS Galleria is the main destination for tourists who want to enjoy a high-class shopping ambience where choices are almost unlimited,” said the father of four who was born in 1959.

Being duty free is only part of the way it draws customers – since its creation, DFS has become a symbol of a luxury lifestyle. It offers the Platinum Services Club (PSC) through which members can enjoy a number of privileges, such as limousine transportation and personalized shopping services. “We are proud to be able to provide the best service and make the customers’ needs our top priority,” he said.

Marketing luxury items goes beyond simply selling, said McKenna, and requires a personal touch with the customers. That is why promotional events that evoke customers’ emotions are often held. One such recent event was the “Master of Spirits II”, which ran from March 31 to April 1, 2012.

The event brought together the world’s most enthusiastic connoisseurs and collectors of spirits, wine and champagne to select the most exclusive and rare spirits in the world, creating one of the most prestigious events of its kind in Asia.

Such events are known as a type of experiential marketing, which are useful to enhance the image of a company or brand, differentiate from competitors’ products and persuade potential customers to purchase the company’s products. “The most important thing is creating loyal customers,” said McKenna, who is also responsible for the establishment of DFS in Mumbai and Abu Dhabi.

DFS Group, based in Hong Kong, is a travel retail store chain with more than 200 outlets in 15 countries throughout Asia and the Pacific, the United States and the Middle East. The majority of the company’s shares belong to LVMH Moët Hennessy-Louis Vuitton, with the rest of the shares belonging to the founder of DFS Group, Robert Miller. “Due to the tight competition and increasing number of new retailers, it is not enough to rely on a close relationship with leading brand owners, but requires innovation, creativity and the right marketing strategy,” said McKenna.

Craig McKenna, Managing Director

CRAIG is the Managing Director of DFS for Asia South – Australia, New Zealand and Singapore. He is a New Zealander, who spent his early years in Invercargill, Dunedin and Christchurch before joining DFS in Auckland in 1995. He started his DFS career in New Zealand as Vice President of Operations, before relocating to Singapore in 2003 to take up the post of Managing Director of the Okinawa development.

Once the Galleria was completed and the Airport Operation acquired, Craig took over the role of Managing Director of the Singapore business. In this role, Craig is responsible for the DFS portfolio at Changi Airport which includes some 46 individual locations across Liquor, Tobacco, Food, Luxury boutiques and Watches. It also encompasses an 85,000 sqft flagship Galleria in downtown Singapore, catering to inbound tourists of all nationalities. Craig was also responsible for the establishment of DFS in both Mumbai and Abu Dhabi.

Craig is married with 4 sons and is a keen follower of all sports, but most importantly the All Blacks. (Burhan Abe)

The Jakarta Post, April 28, 2012

Master of Spirits 2012

0

SAYA pernah terkagum-kagum ketika menikmati perjamuan makan malam, yang ditemani dengan cognac yang harganya USD 3.500 per botol. Dengan isinya yang tidak lebih dari 700 ml, minuman premium itu hanya cukup untuk 20 gelas saja. Minuman itu adalah L’Or de Jean Martell, merupakan produk dari seni yang unik, seni Martell tertinggi dan dikembangkan melalui kerja keras sang generasi penerus para cellar master. Botol L’Or de Jean Martell merupakan sebuah permata yang dibuat dan dihias dengan tangan adalah karya terbaik seorang master pembuat kristal di Cristal de Sevres.

Kekaguman seperti itu ternyata berlipat-lipat ketika saya hadir di acara Master of Spirits yang diadakan oleh Duty Free Shop (DFS) di Singapura, 31 Maret – 1 April 2012.  

Bayangkan di acara ini terdapat koleksi spirits yang terbaik dan paling langka. “Tahun ini, kami memilih 84 produk dari 50 merek top dunia serta sejumlah wine istimewa yang sangat langka dan indah; bernilai jutaan dolar. Ini termasuk koleksi dunia yang paling eksklusif, edisi terbatas dan pilihan bernomor seri, banyak yang diciptakan khusus untuk Master of Spirits tahun ini,” jelas Harold Brooks, presiden merchandising global untuk DFS Group.  

Master of Spirits menyajikan berbagai macam pilihan wine dan spirits mewah untuk memenuhi setiap selera yang ada. Beberapa karya yang dihormati untuk eksklusivitas tertinggi mereka – Johnnie Walker Diamond Jubilee diramu oleh John Walker & Sons adalah edisi terbatas yang dikemas dalam 60 decanter kristal tersuling sesuai petunjuk dari Yang Mulia Ratu sebagai peringatan pemerintahannya yang ke-60.   

Sebuah Maha Karya lainnya yang dihargai untuk mempertahankan teknik penyulingan tradisional mereka – Luzhoulaojiao National Salute bukan hanya sebuah spirit kelas premium asal negeri China tapi merupakan salah satu permata bersejarah pertama dalam dunia liquor yang patut dihormati sebagai warisan budaya nasional.   

Beberapa karya dinilai untuk sentuhan seni mereka – Macallan 1946 dengan Platinum Printnya memadukan dua proses seni yang sangat berbeda tetapi sangat dihormati, seni fotografi dan pembuatan wiski, karena setiap Macallan 1946 menggunakan label yang dicetak dari karya fotografer terkenal Albert Watson.   

Terakhir, beberapa karya yang disajikan di Master of Spirits II adalah wine klasik yang dicintai karena kemegahan rasa mereka – Blanc Cheval 1986 adalah sebuah “pertumbuhan pertama” bintang dari Saint-Emilion yang ample-bodied, halus namun nikmat dan pasti sulit untuk dilupakan.  

Spirits memang bukan sekadar minuman, tapi sebuah gaya hidup. A medium Vodka dry Martini–with a slice of lemon peel. Shaken and not stirred. Kalimat yang diucapkan James Bond, tokoh rekaan Ian Fleming menjadi karakter yang melekat bagaimana segelas Martini, salah satu cocktail yang paling paling populer di dunia, adalah juga sebuah positioning seorang jagoan masa kini.   

Di acara Master of Spirits tidak hanya pameran spirits terbaik di masing-masing kategori, para connoisseurs dan kolektor spirit, wine dan champagne dari seluruh dunia berkumpul. Bersama-sama mereka menemukan spirits paling langka dan eksklusif di dunia. Master of Spirits, kali ini yang kedua, di Singapura menandakan dimulainya Master Series DFS Group untuk tahun 2012. DFS dikenal sebagai pemimpn pasar global dalam ritel produk mewah, mulai dari produk-produk kecantikan, jam tangan & perhiasan, fashion mewah serta wine & spirits.  

“Acara ini adalah pertemuan impian bagi para connoisseurs dan kolektor untuk membangkitkan imajinasi mereka dan berbagi waktu sejenak lewat maha karya spirits, wine dan champagne terbaik,” ujar Philippe Schaus, presiden merchandising dan pemasaran DFS Group.  

Tidak hanya produk-produk yang ditampilkan dan ditawarkan, para tamu dapat mengikuti master class, pameran eksklusif dan pertemuan gala yang elegan, serta mendapatkan kesempatan sekali seumur hidup untuk berbagi sejenak dengan para maestro yang dihormati, brand ambassador, connoisseurs dan pembicara tamu.   

Master of Spirits II di Singapura adalah perhentian pertama pada tahun 2012 untuk Master Series dari DFS Group – program khas yang belum pernah diadakan sebelumnya termasuk “Masterpieces of Time”. Master Series diadakan kembali ke Singapura untuk melanjutkan pertemuan legendaris spirits, wine dan champagne terbaik, membawa eksklusivitas dan kemewahannya ke tingkat yang lebih tinggi.  

Berburu Diskon Sampai Mati

0

NONTON di bioskop Rp10.000, makan sepuasnya diskon 50%, bahkan dengan Rp700.000 BlackBerry Gemini bisa dibawa pulang. Inilah bentuk baru belanja online yang mengubah perilaku konsumen.

Sejak beberapa bulan terakhir, Zila Safira memiliki hobi baru. Dia rajin berselancar di dunia maya. Namun, browsing yang satu ini berbeda. Alih-alih membuka situs belanja online, dia justru mengecek situs layanan gratis favoritnya yang menawarkan berbagai diskon menarik dengan harga yang amat miring. ”Wah, lagi ada paket perawatan tubuh seharga Rp150.000 cuma dengan harga Rp50.000. Ada voucher makan juga di restoran favorit cuma Rp20.000, beli ah,” sorak Zila gembira di hadapan layar komputernya.  

Diakui Zila, program voucher diskon ini seakan menjadi candu bagi dirinya. Zila, yang sebelumnya kurang suka berbelanja atau makan-makan di restoran, sekarang malah keranjingan berburu barang atau jasa di situs-situs diskon. Sebelum mulai bekerja di pagi hari, dia pasti membuka situs diskon untuk melihat penawaran menarik yang diberikan pada hari itu.Saat jam makan siang, daripada ngobrol dengan teman-temannya, dia lebih suka melanjutkan berburu diskon lagi di situs-situs diskon.  

Bahkan, sebelum berangkat tidur pun dia pasti berkutat dengan ponsel pintarnya guna membandingkan harga yang ditawarkan masing-masing penyedia layanan diskon ini. Tren situs voucher diskon berkonsep daily deals yang kini digandrungi konsumen Indonesia awalnya bermula di Amerika Serikat, sekitar 5 tahun silam. Groupon adalah pencetusnya. ”Situs tersebut banyak membuat orang tertarik hingga akhirnya memiliki lebih dari 15 juta member,” kata Head of Content Diskon Gokil, Burhan Abe.

Sementara di Jakarta sendiri, meski tren voucher ini baru masuk dua tahun lalu, tapi telah berhasil menarik animo masyarakat yang cukup besar. Hal ini dibenarkan oleh CEO Groupon Disdus Indonesia Jason Lamunda. Dia melihat masyarakat sangat terbuka dengan konsep semacam ini dan setiap harinya tak sabar menunggu penawaran menarik. Buktinya, sejak dirilis pada Agustus 2010, Disdus sejauh ini sudah memiliki 1 juta pelanggan dengan rentang usia 18–35 tahun.  

Setali tiga uang dengan diskongokil.com yang sejak diresmikan pada September tahun lalu, berhasil menjaring 6.500 anggota. Situs ini juga mencatat, terjadi transaksi belanja kupon 300–600 transaksi per minggunya, dengan pertumbuhan 30% hingga peluncuran Diskon Gokil pada Desember. ”Siapa sih yang tidak suka diskon? Masyarakat kelas atas sekalipun juga menyukai diskon. Artinya, tren ini tidak memandang usia dan golongan ekonomi,” urai Abe.  

Masing-masing situs penyedia layanan voucher ini sendiri pun memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya. Diskon Gokil, misalnya, akan mengembangkan sistem e-voucher. Jika sebelumnya member masih mencetak voucher untuk ditukarkan ke merchant, ke depan giliran voucher elektronik yang akan menggantikan voucher cetak ini dan dapat diaplikasikan melalui semua ponsel. Jangkauan layanan pun akan diperluas tidak hanya di Jabodetabek, namun juga di beberapa kota besar lainnya.  

Sementara disdus.com selain menawarkan pilihan berbelanja di merchant yang menarik, juga memberikan diskon untuk aktivitas unik sebut saja pengalaman menaiki wahana hot air balloon, kelas membuat cake dan pastry, kelas perpajakan, belajar menjahit, scuba diving, dan sebagainya. Yang membuat daily deals diburu memang karena dianggap menjadi jalan untuk membeli barang-barang atau paket impian tanpa harus khawatir kantong jebol.  

Menurut Chief Executive MarkPlus Consulting Iwan Setiawan dalam sebuah seminar bertajuk Customer Insight Tools, Practical Way to Get Creative Product, Services, and Branding Ideas, pada Februari lalu, hal pertama yang sangat menonjol dari konsumen di Indonesia ialah mereka senang berburu diskon. Menurut Iwan, hal ini berkaitan dengan cara kerja otak manusia yang melakukan justifikasi.  

Salah satunya adalah diskon yang mendorong orang melakukan justifikasi. Ini tampaknya yang bisa menjelaskan mengapa seorang mahasiswa, seperti Intan Anisa Latifah, begitu terbantu dengan adanya daily deals. Sebagai seorang mahasiswa yang belum memiliki penghasilan sendiri, berbelanja, dan nongkrong bersama teman-teman adalah kegiatan yang jarang dilakukan. Kalaupun ada keinginan kuat untuk melakukannya, harus ditahan sedemikian rupa karena bujet bulanan yang tidak mendukung.  

Sensasi Wine

0

BUKAN sekadar minuman, wine mengajak penikmatnya bersosialisasi. Setiap wine memiliki cita rasa berbeda yang bisa berbicara banyak soal sejarah, geografi, dan sebagainya. Seperti kata ahli kimia Louis Pasteur, a bottle of wine contains more philosophy than all the books in the world.

Sambil mengisap sebatang rokok dalam-dalam, Billy sesekali menyesap Sauvignon di tangan kanannya. Sore itu dia tengah menikmati wine andalannya di sebuah wine lounge di kawasan Senayan, Jakarta. Mengaku menjadi penikmat wine lantaran terdorong gengsi, pria yang berprofesi sebagai karyawan swasta ini justru berani memilih wine jenis full body. “Soalnya saya enggak suka wine yang manis,” kata Billy.

Penikmat wine amatir seperti Billy, belakangan ini semakin merebak. Berbanding lurus dengan kemunculan wine lounge di Ibu Kota. Ya, penikmat wine saat ini memang semakin meningkat, bagaikan cendawan yang tumbuh subur di musim hujan.

Kalau dulu wine lounge atau wine store hanya disesaki kaum ekspatriat, kini mereka yang berkulit sawo matang mulai keranjingan menyambangi butik-butik wine. Tak hanya itu, penikmat sejati wine di Jakarta pun mulai membuat wine club.

Dimulai dari Wines and Spirit Circle yang awalnya beranggotakan kalangan ekspatriat, Sayang Bordeaux Indonesia Wine Club, Grand Cru, Jalan Sutra yang juga sempat membuat wine club, hingga Evergreen Wine Club. Klub-klub wine ini secara berkala mengadakan wine tasting, wine dinner, serta food and wine pairing.

Pakar kuliner William Wongso mengatakan, pionir klub wine di Indonesia sebenarnya adalah Jakarta Wine Society yang berdiri pada 1993. Klub ini dia dirikan bersama rekannya, John Read. Ada pula Jakarta Wine Circle yang dimotori penggemar wine asing yang tinggal di Jakarta, beranggotakan 1.000 orang lebih.

“Tapi, kemudian aktivitasnya menurun karena ketatnya peraturan impor wine. Asosiasi ini adalah cikal bakal berkembangnya penggemar wine dan menjadi bagian dari lifestyle,” kata mantan Presiden International Wine& Food Society cabang Jakarta (1991–1994) itu.

Dalam setiap pertemuan, para anggotanya tak segan merogoh kocek hingga puluhan juta rupiah. Kendati para penikmat wine jumlahnya masih kalah jauh ketimbang di Singapura dan Jepang, namun Indonesia telah memiliki beberapa sommelier andal. Sommelier atau ahli wine ini mendirikan Indonesia Sommelier Association tiga tahun silam.

Adam, salah seorang sommelier dari Loewy Bar & Restaurant di Kuningan, Jakarta, mengatakan, saat melakukan pengujian wine dibutuhkan identifikasi sedikitnya dari tiga indera. Mata untuk membedakan warna red atau white wine, hidung bekerja membaui aroma wine, dan mulut untuk mengetahui varietas anggur.

Sommelier bertugas membeli wine, menentukan wine yang akan dijual, memberi training kepada staf lain, dan yang paling penting merekomendasikan wine yang cocok untuk para tamu,” kata juara nasional Indonesia Best Sommelier 2010 itu. Apa sebenarnya yang membuat sebotol wine begitu mahal?

Wine Pairing

0

Memadukan keju dengan wine memang sudah pakemnya. Termasuk memadukan wine dengan steak ataupun main course lain. Lantas, bisakah memadankan wine dengan makanan lokal?

WINE and cheese is a good marriage, while beer is the mistress. Begitulah pernyataan yang dilontarkan maestro keju Neil Willman dalam kunjungannya ke Jakarta tahun lalu. Dikatakan Neil, hal yang perlu diperhatikan saat memadankaan wine dengan keju, jangan memilih keju berkarakter strong dengan segelas wine yang full body. “Sebab, karakter keduanya berbeda, perlu perpaduan yang harmonis,” kata Neil.

Sebagai contoh keju cheddar, cocoknya dengan Chardonnay atau Semillon. Bisa juga dengan Cabernet Sauvignon. Di sisi lain, blue cheese akan terasa pas disantap dengan Riesling atau Gewurztraminer. Pada dasarnya, ide menyerasikan wine dengan keju ini semata-mata untuk keseimbangan rasa dan tekstur.

“Kuncinya adalah bereksperimen sendiri untuk mencari pilihan winedan keju yang sesuai dengan selera,” kata Neil. Bukan hanya aturan dalam memadukan keju dengan wine, rupanya untuk menikmati berbagai jenis keju pun ada rambu-rambunya. Semakin “kuat” rasa atau karakter keju, maka sebaiknya Anda memilih wine yang lebih manis.

Dengan begitu, karakter asli keju ataupun wine yang dipilih sama-sama bisa tetap terasa. Taruhlah di hadapan Anda ada camembert, cheddar, blue cheese, dan parmesan. Mana yang akan dinikmati dulu?

Menurut Neil, jika ada beberapa pilihan keju di depan Anda, mulailah dengan keju yang berkarakter lebih lembut dahulu, kemudian meningkat ke keju yang lebih strong. Jadi, sebaiknya Anda memilih camembert, parmesan, cheddar, dan terakhir blue cheese. Ya, keju dan wine memang sudah pakemnya.

Termasuk memadukan wine dengan steak ataupun main course lain. Pertanyaannya sekarang, bisakah memadankan wine dengan makanan lokal? Bisa. Beberapa penikmat wine melakukan padu-padan makanan ini atau dikenal dengan wine pairing, sebagai pengalaman tersendiri.

Burhan Abe misalnya, mencoba menyandingkan masakan khas Padang seperti gulai kambing dengan jenis yang light seperti riestling. “Rasanya yang segar matching dengan karakter gulai yang kaya bumbu,” kata penikmat wine itu.

Dia bahkan berani mengatakan, semua makanan pada dasarnya bisa dipadankan dengan segelas wine selama makanan tersebut tidak terlalu strong karakternya. Benang merahnya adalah daging merah disantap bersama red wine, sementara daging putih seperti ikan dan ayam dengan anggur putih. “Yang penting, antara makanan dan wine rasanya tidak saling bertentangan,” kata Abe lagi.

Sebaliknya, William Wongso malah berpendapat wine tidak diciptakan sebagai padanan masakan Asia, apalagi Indonesia. Bila masakan Indonesia dipadankan dengan wine mahal, rasanya amat mubazir, kecuali mengejar gengsi.

“Tapi, karena selama ini wine sudah menjadi bagian dari gaya hidup, ada keinginan dari penikmat wine kalau makan harus dengan wine,” kata pakar kuliner Indonesia itu.

Alhasil, terjadilah eksperimen memadankan wine dengan masakan tradisional. Dia mencontohkan, white wine yang tidak terlalu dry cocok untuk menemani bersantap gulai, kari, atau makanan lain yang tidak terlalu pedas. Sementara Champagne cocok untuk makanan yang digoreng karena gelembung gasnya seolah menyapu residu minyak. Adapun red wine yang juga tidak terlalu pekat, bisa dinikmati dengan aneka jenis sate.

Minuman yang Perlu Diapresiasi

0

DIKENAL di Indonesia pada sekitar 1980-an, keberadaan wine kini semakin populer di semua kalangan, mulai anak muda, eksekutif, sosialita, hingga komunitas wine di Jakarta.

Mendengar kata wine, yang tebersit di benak adalah sebuah minuman berkelas. Kenyataan ini memang tak bisa dipungkiri. Selain karena harganya yang tak dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, wine pun tidak bisa dinikmati sembarangan. Ada teknik menikmati segelas wine hingga cara memadupadankannya dengan makanan. Ini karena penikmat wine tidak sekadar mencicipi wine, lebih dari itu juga harus mengapresiasi wine dengan benar.

Misalkan melalui wine dinner atau wine tasting di mana para peserta bisa saling membandingkan rasa wine yang mereka cicipi. Teknik yang harus dikuasai mulai dari penggunaan gelas khusus, cara membuka botol, hingga menuangkan wine. Dan seperti disebutkan sebelumnya, untuk menikmati wine ada teknik tersendiri.

Ketika wine  sudah dituang ke dalam gelas, hal pertama yang harus dilakukan adalah memutar-mutar gelas tersebut agar alkohol yang terdapat dalam wine menguap. Nah, udara yang mendorong penguapan itulah yang akan membawa aroma wine ke hidung kita dan selanjutnya hidung membiarkan kita menikmati cita rasa wine.

Lalu, dekatkan hidung kita ke ujung gelas dan mulailah menghirup aromanya. Kita akan dapat mengidentifikasi lebih spesifik aroma wine tersebut dengan mengira-ngira dari jenis buah anggur apakah wine itu dibuat. Misalkan dari jenis cabernet sauvignon atau chardonnay dengan hanya menghirupnya beberapa kali. Apabila menemukan aroma lain yang kita rasakan, hal itu sangat baik untuk menjadikan poin referensi guna ditambahkan lagi sebagai informasi dari jenis wine tersebut.

Tapi, jangan khawatir apabila kita tidak bisa persis mengidentifikasinya karena wine bukanlah sesuatu hal yang dapat didikte. Orang lain mengatakan jenis chardonnay memiliki rasa lemon, sedangkan kita bisa saja mengatakan memiliki rasa buah apel.

Sekarang mulailah mencicipi wine. Reguk wine hingga memenuhi rongga mulut, kemudian lakukan seperti orang yang sedang berkumur-kumur, tahan sekejap, lalu telan, maka indera kita bakal menemukan tekstur, cita rasa, keseimbangan, dan kualitas pada wine tersebut.

Tapi kenyataannya, masih ada segelintir orang yang kurang memberi apresiasi pada minuman premium ini. Satu contoh ketika ada sebuah wine lounge yang mengadakan promosi wine free-flow selama dua jam dengan membayar jumlah tertentu. Pengunjung datang dan menikmati wine seperti layaknya meminum air putih.

Menikmatinya tanpa jeda demi waktu yang dibatasi hanya sampai dua jam. Istilahnya, tidak mau rugi karena telah membayar ratusan ribu, maka sebisa mungkin mereka menikmati wine sebanyak-banyaknya dalam waktu dua jam tersebut.

Alhasil, ketika pulang ada seorang pengunjung yang jatuh tersungkur setelah muntah dan harus dibopong oleh kawan-kawannya!

Dari namanya, red wine, sudah pasti dibuat dari anggur merah. Di kalangan peminum wine Indonesia, jenis-jenis red wine yang terkenal adalah Merlot, Cabernet Sauvignon, Shiraz, dan Pinot Noir.

Diskon Gokil, Menjanjikan Segudang Produk Harga ‘Gokil’

0

DISKON selalu menjadi hal yang menarik bagi semua orang. Setiap kali menggelar program diskon, omset sebuah toko selalu meningkat. Bahkan, demi mendapatkan diskon, orang rela untuk menunggu hingga larut malam. Ini bisa dilihat dari membludaknya pengunjung sebuah pusat perbelanjaan, setiap melakukan promo midnight sale.

Karena alasan itu, maka pada kuartal keempat tahun 2011, Falcon meluncurkan situs diskongokil.com, sebuah web yang memberikan informasi seputar diskon, serta bergerak di bidang e-commerce dengan menawarkan berbagai produk dengan harga diskon yang “gokil” alias sangat murah.

Situs-situs pemberi diskon belanja memang bukan yang pertama kali eksis. Setidaknya di Indonesia sudah ada sekitar 30-an situs sejenis. Namun Burhan Abe, Head of Diskon Gokil, tetap optimis bahwa  Diskon Gokil dapat menjadi salah satu pemain utama dalam bidang ini.

“Kelebihan Diskon Gokil adalah memberikan informasi seputar diskon yang cepat, tepat, lengkap dan akurat. Selain memberikan info, Diskon Gokil juga melakukan Twitter live report di event-event yang berkaitan dengan diskon. Ke depannya, kami tidak hanya menjual kupon diskon, tapi akan menjadi direktori informasi diskon yang ada di Indonesia,” ujarnya di sela konferensi pers yang dilangsungkan di Aperitivo, Jumat (16/12) lalu. (Agung Rachmadi)

POPULAR, December 21, 2011

‘Diskon Gokil’, Solusi bagi Penggila Belanja

0

DISKON selalu menjadi hal yang menarik bagi semua orang. Setiap kali menggelar program diskon, omset sebuah toko selalu meningkat. Bahkan, demi mendapatkan diskon, orang rela untuk menunggu hingga larut malam. Ini bisa dilihat dari membludaknya pengunjung sebuah pusat perbelanjaan, setiap melakukan promo ‘night sale’.

Adalah ‘Diskon gokil’ sebuah situs layanan belanja online yang berbentuk kupon diskon belanja mulai dari 50 hingga. 90 persen, khusus dipersembahkan bagi peggila belanja tanpa harus antri hingga larut malam.

Diskon Gokil, tak hanya menjual kupon namun juga memberikan informasi gratis seputar diskon atau program promosi dari berbagai merchant. Tak hanya itu, pemburu diskon juga mendapatkan informasi terkini dengan fitur Twitter Live Report dari berbagai kegiatan terkait diskon.

Sejak diresmikan 11 September 2011, situs ini sudah menjaring 6.500 anggota. Selain itu diskon gokil juga mencatat telah terjadi transaksi belanja kupon mulai dari 300 hingga 600 transaksi per minggunya, dengan pertumbuhan 30 persen hingga peluncuran Diskon Gokil pada 16 Desember 2011. “Kami melihat itu sebagai sebuah peluang yang sangat besar, saat ini belanja online sudah menjadi gaya hidup ujar HB Naveen, CEO Falcon Interactive, holding company dari Diskon Gokil di Jakarta.

Karena itu, sambung Naveen, pada kuartal keempat 2011, Falcon meluncurkan situs diskongokil.com, sebuah web yang memberikan informasi seputar diskon, serta bergerak di bidang e-commerce dengan menawarkan berbagai produk dengan harga diskon yang gokil (hingga 90%).

Naveen menjelaskan, pada bisnis new media, selain mengelola diskon gokil, Falcon juga mengelola dua portal lainnya yang bergerak di bidang entertainment dan olahraga.

Menurut Naveen, diskon gokil memang bukan yang pertama ada. Tren belanja atau diskon online ini sudah terlebih dahulu berkembang di luar negeri dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia ada sekitar 30an web sejenis, namun Diskon Gokil tetap optimis dapat menjadi salah satu pemain utama dalam bidang ini. “Diskon gokil hadir dengan diferensiasi dan keunggulan dari website sejenis,” ungkap Naveen.

Hadir dengan informasi yang cepat

Sementara itu kelebihan Diskon Gokil yakni memberikan informasi seputar diskon yang cepat, tepat, lengkap dan akurat. Setidaknya ada 50 informasi diskon terkini dari berbagai merIchant dan merk produk ternama setiap harinya yang ditampilkan oleh Diskon gokil. “Jadi, kami tidak hanya menjual kupon diskon, tapi ke depan Diskon Gokil akan menjadi direktori informasi diskon yang ada di Indonesia,” tukas Burhan Abe, Head of Content Diskon Gokil.

Gaya Belanja Online 2011

0

BOLEH dibilang, 2011 adalah tahunnya belanja online. Berbagai situs yang menyediakan tempat belanja melalui dunia maya, baik sebagai mal online atau departement store online, juga media sosial yang bergerak ke arah e-commerce, gencar menggaet pembeli dan mitra bisnisnya di tahun ini.

Department store online
Semakin banyak pilihan situs belanja online menjadi daya tarik bagi pebelanja. Apalagi dengan adanya penawaran khusus. Di toko online Lojai misalnya, tersedia sistem pembayaran dengan cicilan 12 kali, dengan adanya kerjasama dengan sejumlah bank dan penerbit kartu kredit. Gadget, elektronik, jam tangan, peralatan rumah tangga, dan fashion merupakan lima besar produk terfavorit yang dibelanjakan secara online melalui Lojai.

Mal online
Sementara sejumlah situs penyedia diskon dengan voucher online juga tak kalah giatnya. Sebut saja Deal Keren dan Diskon Gokil yang memiliki karakter serupa menyediakan kupon diskon untuk pemenuhan kebutuhan dan gaya hidup masyarakat urban.

Bekerja sama dengan berbagai merchant, seperti restoran, hotel, pusat hiburan seperti karaoke, watersport, tiket konser, dan lain sebagainya, situs kupon atau voucher diskon ini semakin mahir menggaet pembeli. Penawaran diskon hingga 80-90 persen menjadi daya tarik utamanya.

Masing-masing memiliki karakter khas, meski secara umum penawaran yang diberikan nyaris serupa. Lagi-lagi, menjamurnya berbagai situs belanja ini adalah untuk memberikan pilihan kepada pembeli. Kepercayaan dan kualitas pelayanan menjadi kunci sukses menggaet sebanyak mungkin pelanggan setia.

Lain lagi social e-commerce yang menggabungkan situs belanja dengan blog atau situs jejaring sosial. Seperti situs Blibli.com dan Multiply Commerce. Masing-masing memiliki karakter khas yang unik. Sebagai situs jejaring sosial, keduanya masih mempertahankan fungsinya sebagai media sosial, namun mulai memperluas fitur dengan mengajak anggotanya untuk juga bertransaksi melalui situsnya.

Blibli mengajak anggotanya lebih cerdas berbelanja dengan bantuan rekomendasi belanja dari blogger. Untuk memberikan rekomendasi produk bagi pelanggan, Blibli.com menghadirkan “experts” untuk berbagai bidang, seperti fashion, kecantikan, ibu dan anak, gadget, dan lain sebagainya. Selain itu, mereka juga mengundang beberapa blogger yang bertindak sebagai penasihat pada para pelanggan, sekaligus saling bertukar informasi mengenai apapun.

“Soalnya tidak semua barang ituk layak dibeli, banyak yang harus dipikir-pikir dulu agar sesuai budget dan kebutuhan. Lagipula nggak semua barang yang mahal itu bagus. Misalnya, BlackBerry itu ada kekurangannya, ponsel Android juga ada kekurangannya. Jadi bisa dibahas satu-satu (kelebihan dan kekurangannya). Kami bisa memberi saran mana yang layak dibeli,” jelas Ario Pratomo, blogger gadget yang menyandang predikat “Asia’s Best Entrepreneur Under 25” saat memperkenalkan tampilan baru situs ini di The Canteen, Pacific Place, Jakarta, Kamis (15/12/2011) lalu.

Sementara Multiply Commerce mengandalkan kekuatan jaringan dunia maya sebagai pasarnya, selain juga mengajak anggotanya untuk turut berwirausaha secara online melalui situsnya. Fitur Mutiply Commerce, yang merupakan bagian dari media sosial Multiply.com, resmi dirilis 11 Mei 2011. Tak hanya berbelanja online, Multiply Commerce juga mengajak pengguna internet untuk menambah pendapatan melalui jualan online.

Multiply pun sukses menjaring penjual online. Sehingga akhirnya menelorkan pebisnis belanja online yang berhasil mandiri. Online shopping Belowcepek.com yang fokus pada produk fashion dalam negeri buktinya. Pada awalnya, Below Cepek “menumpang” di situs e-commerce Multiply.com.