Home Blog Page 72

Flu epidemic

0

UNCERTAIN or changing weather conditions are often a prelude to a flu epidemic. Symptoms include a runny nose, watery eyes and fever. For the past few years a number of countries such as England and Belgium have been attacked by a flu epidemic. While in Europe it is caused by cold weather, in tropical countries where there is no winter season, the often deadly disease is rampant. In fact it is not a new disease as years ago there was a serious flu epidemic in the United States causing a death toll of about 40 million people in 1918; the worst case ever documented.

This means that a fifth of the world’s population died due to flu, most in the 20 to 40 age bracket. This is weird because usually the epidemic kills children, old people and those with serious health problems. Another shocking fact is that many US soldiers involved in the war in Europe died not because of the war but due to influenza. While the United States was hit the hardest by flu in the same year the epidemic swept other parts of the world, such as North America, Europe, Asia, Africa, Brazil and Spain.

The flu virus named H1N1, which spread among humans was a mutation of H1N1 bird flu. It experienced an antigenic drift to become the most pathogenic strain for humans killing millions more than the victims of World War I which had almost ended at the time. Flu victims in Indonesia were almost one million at the time.

That’s why in a number of countries in early 1919 everyone had to wear a face mask to reduce the risks of flu contagion. Funerals had to be completed in 15 minutes to avoid a gathering of people through which the virus could spread. Train passengers had to show a health certificate indicating they were in good health before they could buy a ticket.

An epidemic is a general term to describe the spreading of a disease in a large area, affecting a lot of people and also for the disease itself.  An epidemic is also a new case of a disease attacking a certain human population for a certain period of time with a higher incidence than previously recorded.

The world has never experienced another flu epidemic on a scale similar to the one during 1918-1919. Now we know more about the flu virus and its prevention is based on their experience. In 1957 the United States and other parts of the world in Asia also experienced a flu epidemic. This Asian flu came from North China and was caused by the H2N2 virus strain, which was again believed to be a transmutation of bird flu and the existing human flu virus.

The death toll — almost one million — was not as many as the one during 1918-1919 due to the advanced production of vaccines. Next was the Hong Kong flu in 1960, caused by the H3N2 virus strain which was not as vicious as the other previous two, but spread in Hong Kong, India, North Australia, Europe, California, Africa and South America.

Dr. Richard Shope from the United States was the first to introduce the terminology “swine flu”. In 1932 he wiped the snot off pigs’ noses and succeeded in spreading the virus to other pigs.

He proved that the people who survived the Spanish 1918-1919 flu epidemic (after World War I) had antibodies against the pigs’ virus, but the children born after 1920 did not have such antibodies. So, he concluded that the Spanish epidemic was caused by the “swine flu virus”.

Diskon Gokil: Menjawab Era Baru Bisnis Online

0

Let’s Party! Have Fun Gokil! Sebuah Peluncuran Web Fenomenal yang Memahami Kebutuhan Shopaholic Anda.

KABAR gembira bagi pemburu diskon! Jumat 16 Desember 2011 dilaksanakan launching portal fenomenal yang akan melengkapi gaya hidup belanja Anda, Diskon Gokil, yang dilaksanakan di Aperitivo Resto & Lounge, Jakarta. Event ini dimeriahkan oleh penampilan Storia Band, serta menjadi ajang bertemunya merchant dan member Diskon Gokil.

Diskon selalu menjadi hal yang menarik bagi semua orang. Setiap kali menggelar program diskon, omset sebuah toko selalu meningkat. Bahkan, demi mendapatkan diskon, orang rela untuk menunggu hingga larut malam. Ini bisa dilihat dari membludaknya pengunjung sebuah pusat perbelanjaan, setiap melakukan promo night sale.

“Kami melihat itu sebagai sebuah peluang yang sangat besar, saat ini belanja online sudah menjadi gaya hidup,” ujar HB Naveen, CEO Falcon Interactive, holding company dari Diskon Gokil.

Karena itu, pada kuartal keempat 2011, Falcon meluncurkan situs diskongokil.com, sebuah web yang memberikan informasi seputar diskon, serta bergerak di bidang e-commerce dengan menawarkan berbagai produk dengan harga diskon yang “gokil” (hingga 90%).

Di bisnis new media, selain mengelola Diskon Gokil, Falcon juga mengelola dua portal lainnya, yaitu www.lipstik.tv (portal video infotainment) dan www.cekskor.com (portal olahraga).

Diskon Gokil yang resmi lahir  11 September 2011 (11-11-11) memang bukan yang pertama ada. Tren belanja atau diskon online ini sudah terlebih dahulu berkembang di luar negeri dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia ada sekitar 30-an web sejenis, namun Diskon Gokil tetap optimis dapat menjadi salah satu pemain utama dalam bidang ini. Diskon Gokil hadir dengan diferensiasi dan keunggulan dari website sejenis.

Kelebihan Diskon Gokil yakni memberikan informasi seputar diskon yang cepat, tepat, lengkap dan akurat. Setidaknya ada 50 informasi diskon terkini dari berbagai merchant dan merk produk ternama setiap harinya yang ditampilkan oleh Diskon Gokil. Selain info diskon Diskon Gokil juga melakukan Twitter Live Report di event-event yang berkaitan dengan diskon.  

Untuk saat ini, Diskon Gokil memfokuskan informasi diskon di wilayah Jabodetabek dan Bandung, yang akan diperluas ke kota-kota besar Indonesia lainnya. “Jadi, kami tidak hanya menjual kupon diskon, tapi ke depan Diskon Gokil akan menjadi direktori informasi diskon yang ada di Indonesia,” tukas Burhan Abe, Head of Content Diskon Gokil.

Tak bisa dimungkiri bahwa online adalah media masa depan. Pengguna internet dewasa ini semakin bertambah cukup signifikan. Data dari Google Ad Planner, ada 35 juta unique user (bisa lebih dari satu user) Indonesia di internet. Satu unique user bisa lebih dari satu user. Artinya, pengguna Internet Indonesia sedikitnya 35 juta orang!

Sementara itu, pengguna social media berbasis online, seperti Facebook dan Twitter di Indonesia semakin eksis. Data Check facebook.com tahun 2010 menunjukkan, Indonesia merupakan peringkat ke-7 di dunia yang paling banyak menambah pengguna Facebook dengan lebih dari 700.000 pengguna per minggu. Sedangkan Twitter sudah melampaui melebihi 8 juta akun. Gokil!

Beli Kupon “Gokil” Gratis Info Diskon

0

PENGGEMAR belanja kini punya lebih banyak pilihan untuk menikmati diskon dalam bentuk kupon melalui dunia maya. Meski begitu, kebutuhan gaya hidup belanja online tak hanya berhenti pada penawaran diskon saja. Pemburu diskon juga membutuhkan informasi diskon, untuk memberikan lebih banyak pilihan sebelum akhirnya memutuskan berbelanja.

Situs layanan gratis, Diskon Gokil, menjadi satu lagi pilihan berbelanja dalam bentuk kupon dengan diskon 50-90 persen. Tampil sebagai pembeda, Diskon Gokil, tak hanya menjual kupon namun juga memberikan informasi gratis seputar diskon atau program promosi dari berbagai merchant. Tak hanya itu, pemburu diskon juga mendapatkan informasi terkini dengan fitur Twitter Live Report dari berbagai kegiatan terkait diskon.

Sejak diresmikan 11 September 2011, situs diskongokil.com, menjaring 6500 anggota. Situs ini juga mencatat, terjadi transaksi belanja kupon 300-600 transaksi per minggunya, dengan pertumbuhan 30 persen hingga peluncuran Diskon Gokil pada 16 Desember 2011.

“Saat ini produk gadget masih menduduki posisi pertama, dengan kebanyakan profil pembelinya adalah laki-laki. Nantinya, Diskon Gokil ingin menjaring 60 persen pebelanja perempuan dan 40 persen laki-laki, karena gaya hidup belanja online cenderung menyasar perempuan,” jelas Burhan Abe, Head of Content Diskon Gokil, kepada Kompas Female seusai jumpa pers di Apertivo Resto & Lounge di Kuningan, Jakarta, Jumat (16/12/2011).

Menurut Abe, dari 11 kategori belanja, empat besar yang paling digemari pemburu diskon di situs ini di antaranya gadget, makanan dan minuman, fashion, travel.

Meski berjualan kupon melalui internet, transaksi yang dilakukan masih menggabungkan sistem online dan offline, kata Abe. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap belanja online, dan belum teredukasinya publik dengan baik menjadi faktor penyebabnya, lanjutnya.

“Saat ini pemesanan atau pembelian kupon dilakukan online. Untuk pembayaran, pembeli melakukannya melalui mobile banking, debit, dan transfer melalui ATM. Secara bertahap, nantinya pembayaran dilakukan melalui transaksi online dengan menggunakan kartu kredit misalnya,” jelas Abe.

E-commerce dengan transaksi online menjadi target 2012 bagi Diskon Gokil. Salah satunya dengan mengaplikasikan e-voucher. “Saat ini, pembeli masih mencetak voucher, sebelum menukarkannya ke merchant yang dipilihnya. Ke depan, voucher elektronik akan menggantikan voucher cetak ini, dan dapat diaplikasikan melalui semua jenis ponsel,” lanjutnya.

Rencananya, Diskon Gokil juga memperluas layanan tak hanya di Jabodetabek saja, namun juga di beberapa kota lainnya. Seperti Bali, Medan, Surabaya, Yogyakarta, Jawa Tengah. “Nantinya, masing-masing kota akan ada 20 kupon baru yang di-upload setiap minggunya,” tukasnya.

Pentingnya info diskon

Selain membeli kupon dengan diskon gokil, situs ini juga menyediakan informasi diskon. Nantinya, info diskon dan berbagai kegiatan promo ini menjadi direktori yang memudahkan onliner untuk menentukan pilihan berbelanja. Saat ini, kata Abe, Diskon Gokil meng-update 50 info diskon per harinya untuk kawasan Jabodetabek dan Bandung.

Spanish Wine Dinner @ Four Seasons Hotel Jakarta

0

LAMAT-LAMAT irama Latino itu terdengar di The Steak House di Four Seasons Hotel Jakarta. Pas benar dengan acara malam itu, Spanish Wine Dinner, Sabtu 26 November 2011.

Spanyol, lebih luas lagi Latin, tidak hanya musik dan gitar, juga wine, dan tapasnya yang khas tentu. Musik yang dinamis berpadu dengan aroma wine Spanyol, yang tidak kalah dengan Prancis. Yang jelas, anggur Spanyol memang populer di dunia, apalagi berberapa kota yang ada di Spanyol sejak 1877 sudah mampu memproduksi wine yang menyebar di berbagai negara. Faktanya, negara tersebut juga tercatat sebagai penghasil wine terbesar di dunia, bahkan dibandingkan dengan Prancis, misalnya.

Wine Spanyol adalah wine yang diproduksi di Spanyol tentu saja. Terletak di Semenanjung Iberia, Spanyol memiliki lebih dari 2.900.000 hektar lahan anggur dengan 600 lebih varietas, yang mampu menghasilkan wine terbaiknya.

Anggur – yang diminum manusia sejak 5.000-an tahun yang lalu, adalah minuman yang populer di banyak negara. Negara-negara yang penduduknya meminum wine paling banyak adalah Perancis, Italia, Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, Argentina, Britania Raya, Republik Rakyat Cina, Rusia, dan Rumania.

Malam itu berkumpul para wine lovers, setidaknya dari tiga klub pecinta wine di Jakarta: Evergreen, Gran Cru Club, dan Sayang Bordeaux. Makan malam yang elegan itu menampilkan produk wine dari Spanyol, antara lain Juve y Camps Reserva de la Familia, Juve & Camps Vina Escarlata Merlot, danCasa Vella d’ Espiells Cabernet Sauvignon Reserva 1999.

Tidak semua orang memang berkesempatan mengikuti wine dinner, bersama dengan para pecinta wine yang sesungguhnya. Beruntung saya, satu-satunya peserta yang bukan member, bisa mengikuti acara tersebut, tak lain berkat undangan T. Marlene Danusutedjo, Director of Public Relations Four Seasons Hotel Jakarta.

Tapi saya tidak terlalu asing dengan komunitas pecinta wine ini, sebab sebagai wartawan bisnis dan gaya hidup, juga wine writer, saya cukup sering bertemu beberapa dari mereka.

Malam itu The Steak House di Four Seasons Hotel Jakarta bekerjasama dengan PT Sarana Tirta Anggur, distributor wine yang cukup besar di Indonesia. Acara yang mengusung hidangan yang bertemakan Spanyol ini menghadirkan Chef Alex Arcas Relanzon yang berasal dari Barcelona, Spanyol.

Spanish Wine Dinner diadakan dalam rangka memadukan cita rasa anggur khas Spanyol  dengan makanan yang dibuat dengan sentuhan spanyol ala Chef Alex Arcas Relanzon yang telah mendapatkan gelar tiga bintang Michelin, didampingi oleh senior master sommelier dari Four Seasons  Hotel Jakarta, Suyanto.

Mengakui bahwa ide kreatifnya lebih mengarah ke ‘eklektik’, Chef Alex membuka makan malam dengan menghidangkan Trio of Gazpacho yang terdiri dari Classic tomato cured prime tenderloin, white Gazpacho prawn tartar, dan manggo gazpacho marinated tuna.

Kalau Prancis mempunyai Champagne, yang menghasilkan sparkling wine dengan nama wilayah tersebut. Spanyol juga memproduksi sparkling wine, yang malam itu diwakili oleh Sparkling Juve y Camps Reserva de la Familia, untuk menemani makanan pembuka.

Hidangan berikutnya adalah Squid ink rice, aioli, crispy calamariyang unik, dipadukan dengan anggur merah Juve & Camps Vina Escarlata Merlot. Menu utama adalah Lamb shank 18hrs, sweet potato puree, lamb jus yang dihidangkan dengan Casa Vella d’ Espiells Cabernet Sauvignon Reserva 1999. Hidangan unik kreasi Chef Alex disajikan dalam bentuk Spanish Tapas Style.

Memang, malam itu yang muncul hanya tiga course saja, tidak seperti tren belakangan ini, yang dalam sebuah makan malam bisa terdiri dari sembilan course. Tapi meski hanya tiga course, ukurannya ternyata luar biasa, terutama main course yang menghadirkan daging kambing ukuran jumbo. Hmmm…

Tapi yang luar biasa adalah padu padannya yang pas, antara makanan dan wine, yang tentu kreasi sang sommelier dan chef. Malam itu saya, dan tentunya para tamu yang hadir, mendapat kesan yang mendalam. (Burhan Abe)

Loe Gue End!

0

ZARA Zettira, siapa yang tak kenal. Saya sendiri memang penasaran, bukan hanya karena dia penulis kondang, tapi jauh sebelum itu, mungkin di era 1990-an sedikitnya saya mewawancarinya dua kali ketika saya bertugas sebagai reporter Majalah EDITOR. Belakangan, wanita kelahiran kelahiran Jakarta 5 Agustus 1969 ini juga sering berkeliaran di lini masa Twitter saya dengan akun @ZaraZettiraZr. 

Di BlackBerry saya sebetulnya sempat berkomunikasi, tapi tanpa pernah bertatap muka. So, ketika Yaya, demikian panggilan akrabnya, mem-broadcast undangan peluncuran buku terbarunya ke ke BB saya, saya tidak menyia-nyiakannya. 

I cordially invite you to celebrate my new novel Loe Gue End! At Liquid Exchange, Epicentrum Walk, Taman Rasuna Kuningan, Jakarta, Monday, 28 November 2011, 3-6pm. Sincerely awaiting, Zara.

Terus terang, saya ingin melihat lebih dekat penulis selebriti ini, sambil ingin membandingkan di usia yang ke 42 tahun dengan dua anak dengan ketika masih remaja belia dulu. Meski bukan pembaca setia novel-novel Yaya, saya mengagumi keseriusan wanita ini dalam bidang tulis-menulis, yang bukan hanya sudah menjadi passion-nya, tapi mungkin sudah mendarah daging dalam hidupnya.

Biodata Yaya cukup menarik. Ayahnya berdarah Minang–Jawa dan Ibu berdarah Tionghoa–Belanda. Ia dibesarkan di Menteng Jakarta, menimba ilmu sejak TK hingga SMA di Sekolah St. Theresia Haji Agus Salim serta menamatkan SMA di Ora Et Labora Pondok Indah kemudian meneruskan kuliah di Fakultas Psikologi, UI.

Menulis awalnya adalah otodidak. Pada masa yang masih belia, ia sudah rajin menulis cerpen di beberapa majalah remaja. Ia juga menulis Catatan Si Boy yang marak di era 1980-an radio Prambors Rasisonia sampai ke layar perak. Di era yang sama ia melahirkan banyak novel remaja, antara lain di diterbitkan Gramedia, seperti Mimi Elektrik, Jodoh Kelana, Jejak Jejaka, dan Rasta Bella yang ditulis bersama Hilman “Lupus” Hariwijaya.

Sempat mengikuti mengikuti short course produksi film dan penulisan skenario di Los Angeles selama delapan bulan. Sekembalinya ke Indonesia ia menulis sinetron pertamanya dengan judul Janjiku yang masuk dalam jajaran sinetron Indonesia ber-rating tertinggi pada masa itu. Selanjutnya menulis ratusan judul sinetron mengalir dari tangannya, seperti sinetron Ramadhan (di antaranya Hikmah, Ikhlas, dan Zahra) dan Legenda Malin Kundang, bahkan Dia bertahan selama tiga tahun masa penayangan atau lebih dari 150 episode.

Tahun 2008 adalah tahun kembalinya Zara ke dunia penulisan buku. Terus terang saya kurang intens mengikuti sinetronnya, juga novel-novelnya yang lahir di era 2008, setelah Yaya kembali ke dunia penulisan buku, setelah sibuk mengurus keluarganya di Toronto-Kanada. Sebutlah Every Silence Has A Story, Samsara, Kebaya Wungu, Prahara Asmara 1 dan 2, Cinta Maya, dan Menentukan Hati. Tapi tentulah, cara penulisannya pasti berbeda dengan zaman remaja, juga dengan pengalaman batin yang berbeda pula sebagai ibu dua anak, Alaya dan Zsolti Zsemba. 

Lalu, mengapa ia tiba-tiba menulis novel remaja lagi, dengan judul yang sangat alay: Loe Gue End!? “Itu adalah pengalaman fans saya, yang dikirim bertubi-tubi seperti catatan harian, satu setengah tahun yang lalu,” ujar Yaya pada saat peluncuran bukunya di Liquid Exchange, Epicentrum Walk, Taman Rasuna Kuningan, Jakarta, 28 November 2011.

Rasa penasaran saya terjawab sudah. Yaya tidak berubah, masih cantik dan sangat humble. Dan yang penting, wanita yang kini bekerja di sebuah stasiun televisi Jakarta, dan menikah dengan David Henderson seorang dosen bisnis dan marketing berkebangsaan Inggris itu masih tetap produktif. Bahkan ia sekarang tidak hanya penulis profesional, tapi juga writerpreneur, novel Loe Gue End! adalah novel pertama yang diterbitkannya secara self publishing.

Adventure and Fun in the Lion State

0

SINGAPORE is only a stone’s throw away from Indonesia, being a mere two hours from Jakarta. This explains why many Indonesians visit the city-state which has an area of only 710.3 square kilometers.

Singapore is a lively cosmopolitan city full of skyscrapers and large parks, where the quality of life rivals any other city in the developed world. Known as “the little red dot” its presence now looms much larger than its name. One interesting aspect about Singapore is its diverse culture, various ethnicities and religions that coexist in peaceful harmony.

Many people are amazed with Singapore’s beauty and dynamic progress. Not too long ago it was just a simple fishermen’s kampong, while today Singapore has transformed into a modern cosmopolitan city. Currently Singapore has a population of about five million with English as the main language while the other three languages are the mother tongue of the three major ethnicities. Singapore takes pride in its ethnic harmony between the Chinese, who are the majority, the Malay and Indian communities.

As a multiracial nation Singapore is a reflection of diversity and unity. There are so many things to see and to do here, so it is better if you get to know the local people. You can also explore its historical places or take historical tour. Explore the ethnic enclaves like Chinatown, Little India and Kampong Glam.

If you prefer the bright lights and the city crowds there are so many malls, museums, restaurants and entertainment centers. Just visit Orchard Road which is famous for its malls or party all night long at Clarke Quay or Boat Quay.

Yes, when the sun sets Singapore takes on a different face with its dynamic nightlife and entertainment. Indeed Orchard Road and Clarke Quay draw the largest number of visitors, while Orchard Road is one of the world’s most popular shopping destinations.

However, Marina Bay Sands (MBS) has also become one of the hottest destinations here. MBS is one of the two integrated resorts officially opened at the end of April 2010. MBS is in Marina Bay, close to other famous Singapore icons like the Merlion statue, Esplanade and Singapore Flyer.  

MBS is truly an integrated resort with a mall, hotel, a grand convention and exhibition hall, art and science museum as well as a theater. club, and restaurants plus a casino that draws many local and international visitors. This casino complements the existing one on Sentosa Island.

Photo by Joshua Ang on Unsplash

The MBS casino is owned and managed by Las Vegas Sands Corp, a company specializing in casino business and also the owner of Sands Macau Casino in Macau, China. MBS also has shopping centers or malls, so you can shop till you drop and enjoy yourself by sampling delicious fare at its many restaurants. Or treat yourself to a relaxing spa here.

Museum of Modern Pop Art in Pullman Jakarta

0

SEBUAH lukisan kontemporer tergantung di sebuah dinding, menggambarkan sepeda motor dengan roda depan memanjang ke depan yang dekonstruktif sekaligus futuritik. Di sudut yang lain adalah lukisan seorang bocah berkaus Superman, dilukis secara surealistik.

Lukisan-lukisan bergaya pop art itu hampir memenuhi setiap dinding. Patung-patung dan hiasan layaknya seni instalasi juga bertebaran di sana-sini. Ditambah dengan interior ruang yang berani, bahkan meja dan kursi yang tidak sekadar fungsional tapi juga artistik, menjadi pemandangan yang menawan mata. Museumkah? 

Bukan. Ini adalah sebuah hotel baru, yang berlokasi Podomoro City Super Block, Jakarta. Pullman, nama hotel berbintang lima ini, tidak hanya artistik, tapi hampir menyerupai museum seni modern. Lukisan dan instalasiala Andy Warhol mewarnai hampir semua sudut. Di lounge-nya, yang dinamai BUNK, misalnya, kita menemui gaya tersebut, termasuk cover buku menu bergambar Marilyn Monroe.

Menurut Fabrice Mini, General Manager Pullman Jakarta, gaya unik Pullman itu memang dari sono-nya. Artinya, prinsipal mempunyai grand design soal artistik, yang kemudian diterjemahkan di masing-masing negara. “Desain Pullman Jakarta adalah ultra contemporary, tapi pengerjaannya oleh seniman lokal yang debutnya memang tidak kalah di tingkat global, sekitar 15 seniman,” ungkapnya.

Pullman Jakarta mengadopsi desain bergaya urban kontemporer sebagai ciri khasnya di kamar-kamar hotel untuk menciptakan suasana yang tenang. Satu-satunya upscale hotel di Jakarta Barat ini menawarkan konsep keramahtamahan yang unik melalui pusat perbelanjaan, perkantoran dan wisata hiburan yang terintegrasi.

Yup, Accor, operator hotel terbesar di Asia Pasifik, mengukir sejarah baru dengan membuka Pullman kedua di Indonenesia, tepatnya di Jakarta Central Park, setelah sebelumnya di Bali, Februari 2011. Hotel ini menargetkan pelancong bisnis, serta lokasi Jakarta sebagai ibu kota negara dan pusat bisnis Indonesia sejalan dengan visi brand Pullman untuk berkembang di kota-kota besar.

Menurut Accor Asia Pacific Business Traveller Research 2011 yang melakukan survei terhadap lebih dari 10.000 responden yang melakukan perjalanan bisnis di semester pertama 2011, Jakarta dan Bali adalah dua tujuan di Indonesia yang paling sering dikunjungi para pelancong bisnis dari Asia Pasifik dengan 73% dan 32% responden. Untuk perjalanan bisnis domestik, hampir tiga perempat dari perjalanan bisnis di dalam negeri bertujuan ke Jakarta.

“Pembukaan Pullman Jakarta Central Park sangat penting bagi kami karena brand Pullman adalah inti dari portofolio brand upscale Accor sekaligus brandyang tumbuh paling cepat di Asia Pasifik,” ujar Gerard Guillouet, Vice President Accor Malaysia, Indonesia, Singapore, pada pembukaan Pullman Jakarta, 16 November 2011.

Terletak di lokasi strategis, hanya 25 menit dari Bandara Soekarno-Hatta, hotel ini terintegrasi dengan pusat perbelanjaan Central Park (Pemenang Highly Commended Award untuk kategori Best Retail Development dalam Asia Pacific Property Awards 2011, yang merupakan The International Property Awards 2011 tingkat regional, salah satu ajang penghargaan properti paling bergengsi di dunia) dan dengan akses yang mudah dari Sudirman Central Business District, hotel ini ideal bagi para pelancong bisnis internasional dan domestik serta wisatawan.

Pullman Jakarta juga memiliki fasilitas lengkap dan cocok bagi para pelancong wisata maupun pelancong bisnis. Untuk memanjakan selera para tamu hotel, restoran Collage menyediakan beragam hidangan internasional yang komprehensif, baik hidangan prasmanan ataupun hidangan a la carte. Dengan konsep dapur terbuka dan suasana yang didesain dengan baik, tim kuliner Pullman yang handal akan menyajikan berbagai hidangan Timur dan Barat yang menggugah selera.

Ephicure, A Person with Great Taste

0

Dear Mas Abe,

You are cordially invited  to attend the soft opening of Ephicure Wine Lounge (at fX lifestyle X-nter F2 #2, Jl. Jendral Sudirman, Pintu Satu Senayan, Jakarta) on Thursday, November 10th, 2011 and enjoy our free flow wines from 7 to 9pm.

Regards,

Adriantomo

Marketing Coordinator, Ephicure Wine Lounge

UNDANGAN tersebut  tentu tidak saya sia-siakan. Pertama, karena saya kenal secara pribadi dengan pengundangnya, yang memang sudah lama bergerak di bidang hospitality. Kedua, nama “Ephicure” mengundang keingintahuan saya, yang dalam ejaan aslinya “epicurean”, berarti “the enjoyment of good food and drink”.

Menurut pengundangnya sendiri, “ephicure” berasal dari kata “epicurus” yang artinya “a person with great taste, especially in food and wine”. Ya, sebelas dua belas, ungkapan yang menunjuk kepada gaya hidup seseorang yang mempunyai selera tinggi dan kemewahan hidup.

Wine saat ini memang diposisikan sebagai minuman untuk kalangan atas – paling tidak di Jakarta harganya masih tinggi, bahkan digolongkan sebagai barang mewah, sehingga untuk mengimpornya pun terkena PPn BM.

Begitulah, tapi orang-orang Jakarta kini sudah tidak asing dengan wine. Kendati bukan tradisi asli Indonesia, nyatanya kini wine sudah menjelma menjadi bagian dari gaya hidup warganya. Yup, kalangan elite di perkotaan makin banyak yang mengonsumsi wine, baik diminum tersendiri maupun melengkapi hidangan makan. Mulai dari pengusaha, profesional, politikus partai, bahkan pasangan anak muda.

Lounge-lounge yang khusus menyediakan wine juga makin banyak. Di luar lounge khusus wine, banyak kafe, restoran, maupun hotel yang menyediakan wine, dan tempat-tempat itu tak pernah sepi pengunjung. Ini indikasi bahwa wine adalah bagian dari gaya hidup pergaulan kelas menengah ke atas kota-kota besar, yang apa boleh buat, diadopsi dari budaya Barat, terutama Amerika dan Eropa.

Berbeda dengan minuman berlkohol lainnya, wine memang lebih ditekankan sebagai pendamping makan, yang katanya akan menambah kelezatan rasa saus dari makanan-makanan tersebut. Tidak heran kalau sejumlah hotel, bar, dan restoran pun kini kerap menyajikan wine. Bahkan mereka mempunyai agenda khusus menggelar wine dinner untuk pelanggan mereka.

Itu memang aturan utamanya yang tidak tertulis. Tapi belakangan, menjadi aturan yang tak tertulis juga, wine pun tidak harus dipandang sakral, yang semata-mata untuk menemani makan malam yang romantis saja. Tapi wine bisa juga dinikmati di lounge atau bar dengan ditemani dengan canape, bahkan hanya sepiring kentang goreng atau tortila chips. Setidaknya, itulah pengalaman kami di Ephicure Wine Lounge @ fX, Senayan pada saat soft opening lalu.

Wine adalah minuman beralkohol yang dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera yang biasanya tumbuh di area 30 hingga 50 derajat lintang utara dan selatan. Berdasarkan penelitian, manusia telah membuat minuman anggur sejak sekitar 5.000 tahun yang lalu.

Leila Lopes and National Asset

0

WHEN Leila Lopes, Miss Universe 2011, visited Indonesia she acknowledged that she was impressed with Indonesian culture. She expressed her admiration when she visited Living World Alam Sutera in North Serpong district, South Tangerang some time ago. Here the beautiful lady from Angola learned to make batik. “Indonesian batik is very beautiful,” she said.

Leila also tried her hand at making the ancient batik design called Ceplok Gondo Madu originating from Central Java. Accompanied by Putri Indonesia 2011 (Indonesia Lady 2011), Maria Selena, Leila visibly enjoyed making batik although it was the first time she had tried her hand at it.

After trying out her artistic skills, Maria and Leila were shown batik from various regions, such as Cirebon, Garut, Yogyakarta, Surakarta, Lase, Sidoarjo, Madura, Surabaya, Pemalang, Medan, Pekalongan and Bali. Each of them received a batik bolero from Surakarta.

Batik has traveled a long way in Indonesia, starting from ornamental motifs on the walls of ancient temples up to modern designs that have put batik on a par with foreign made haute couture. Batik is a method of making cloth for garments. First, it is a coloring technique that uses wax to prevent the color from spreading on the entire piece of cloth and this technique is called wax-resist dyeing. Second, batik can also be described as a piece of cloth or a dress that is made using the technique mentioned earlier, including the use of specific motifs.

Indonesian batik, embracing its techniques, technology, motifs and the culture of the art, was designated as a Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity by UNESCO on Oct. 2, 2009.

But of course Indonesia has more to offer than just batik. Indonesia is the largest archipelagic country in the world with 17,508 islands. And, with 1,128 ethnic groups indeed Indonesia is a nation rich in varied cultures, art and crafts.

Each region has its own craft industry, while some regions, such as Yogyakarta and Bali, are virtual handicraft hubs. Here you can easily explore thousands of handicraft and furniture collections.

Indonesian handicrafts are generally made from natural materials, such as wood, rattan, batik, leather and metal that are made into souvenirs or home decorations.

In Indonesia you can find handicrafts throughout the entire archipelago from east to west. In East Nusa Tenggara, for example, besides watching the giant Komodo lizards you can find a rich heritage of traditional woven cloth.

The woven cloth of each tribe in East Nusa Tenggara is passed on from generation to generation to preserve the art. The motif denotes the tribe or the originating island and everyone is proud to wear the woven cloth indicating his or her tribe.

Some tribes, like the East Sumbanese, use animal or human motifs, such as horses, deer, shrimp, dragons, lions, scarecrows, trees and so on while in Central South Timor you will find motifs such as birds, lizards, crocodiles and kaif (hooked diamond). Other areas have flowers and leaves for their motifs while animals are additional.

Unique to Aceh is the nepa, a kind of earthenware vessels or pottery, which are popular among foreign tourists. The word nepa in Gayo language means flattening the clay. You can find most of this type of pottery in Central Aceh regency. The nepa is used by the Gayo people for daily utensils, such as a rice and vegetable cooking pot plus its lid, dishes, cups, jars and so forth.