Home Blog Page 90

Membangun Citra, Menumbuhkan Loyalitas

0

Memasarkan barang-barang bermerek super mahal tidak seperti menjual komiditi biasa.Tidak hanya kelas sosial, kondisi psikografis dan gaya hidup konsumen sebagai sasaran potensial pun penting untuk dipahami. Bagaimana strategi para distributor dan pemilik gerai merek eksklusif memasarkan produknya?

Giorgio Armani bukan sekadar merek, tapi juga citra eksklusif. Itu sebabnya, ketika fashion designer kondang itu turun tangan untuk merancang interior dan mencampur warna dua model Mercedes Benz yang dinamai CLK Cabriolet Giorgio Armani, yang diproduksi secara terbatas (hanya 100 buah) November 2004, efek yang ingin dimunculkan adalah eksklusivitas.

Simbiosis mutualisme, atau yang juga disebut sebagai cobranding dalam ilmu pemasaran, itulah kata kuncinya. Barangkali itu pula tujuan yang ingin dicapai dalam Mercedes-Benz Indonesia Fashion Festival beberapa waktu yang lalu di Jakarta. Acara itu juga ditandai dengan pemberian Mercedes-Benz Asia Fashion Award Indonesia di Jakarta Convention Center 8 Oktober lalu.

“Orang membeli Mercedes bukan karena butuh mobil sebagai alat transportasi. Mereka punya gaya hidup tertentu, selera mode tertentu, memakai merek tertentu,” ungkap Yuniadi H Hartono, Deputy Director Marketing Planning & Communication PT Daimler Chrysler Distribusi Indonesia. Indonesia memang bukan yang pertama, sebelumnya sudah dimulai di Australia, kemudian New York.

Berikutnya acara serupa akan digelar di sejumlah negara di Asia Tenggara. Menjual produk eksklusif seperti Mercy memang tidak sekadar memasarkan mobil kepada orang-orang berduit – harga Mercy rancangan Armani haragnya 75.000 dolar AS, belum termasuk pajak kalau dijual di Indonesia. Karena di dalam mobil mewah asal Jerman itu ada citra dan gaya hidup. Hal senada juga diungkapkan pemegang merek Versace di Indonesia.

“Membeli sebuah produk mode bukan hanya sekadar menikmati fungsinya, tetapi membeli gaya hidup itu sendiri,” ujar Anita Utama, PR, Advertising & Promotion Executive PT Busana Perkasa Abadi (BPA), yang selain Versace juga memegang Versus, GF Ferre, dan Ermenegildo Zegna.    

Jadi, kendati produk yang dipasarkan tergolong mahal, ia tidak khawatir dengan kehadiran produk serupa tapi tak sama dengan harga yang jauh lebih murah. Sebagai contoh, harga dasi Versace berkisar Rp 800.000 – 1,5 juta per potong, sedangkan tasnya berkisar Rp 4 – 20 juta, tergantung modelnya. “Kami memang mempunyai pembeli banyak, tapi kosumen khusus yang mempunyai buying power tinggi,” katanya sambil menambahkan bahwa tipe pemakai Versace adalah pria dan wanita dengan yang established, dan fashionable bahkan cenderung sebagai trend setter.    

Yang menarik, usia penggemar Versace rentangnya panjang, dari 22 tahun hingga 55 tahun. Yessy, 25 tahun, yang bekerja di bagian penjualan kendaraan Mitshubisi, misalnya, mengaku penggemar berat produk Versace. “Hampir setiap bulan saya membeli produk Versace, busana atau aksesoris, di gerainya Plaza Indonesia, Jakarta,” ungkapnya.    

Sementara usia yang lebih matang diwakili oleh para selebriti (ada Anwar Fuadi) dan eksekutif yang cenderung ingin tampil trendy, juga para pengacara yang ingin tampil beda (ada Hotman Paris Hutapea, Warsito Sastrowardoyo, dan lain-lain). Simbol kepala medusa dan corak baroco yang ‘’rame’’ sebagai ciri khas desain Versace menjadi semacam kebanggaan bagi pemakainya.

Photo by Birgith Roosipuu on Unsplash

Sementara Zegna diperuntukkan pria yang relatif konservatif meski masih mengikuti tren. Ikon yang pas adalah aktor Italia Adrien Brody. Sejumlah eksekutif pria, mulai lawyer hingga bankir, menjadi pelanggan setia merek ini. Yang unik, Zegna melayani pembelian dengan ukuran yang sesuai, tentu setelah diukur terlebih dahulu, dalam program Made to Measure, layaknya pembuatan jas (stelan) di tailor.

“Badan saya kan tidak seperti manekin di toko itu,” ujar seorang konsultan manajemen yang berkantor di segi tiga emas Jakarta yang biasa memakai Zegna selain Hugo Boss.    

The Soul of Bali

0

Begitu pesawat mendarat di bandara Ngurah Rai Denpasar, awal September lalu, yang terbayang langsung adalah keindahan alam dan keramahan penduduknya. Bali memang bukan destinasi yang asing, tapi selalu ada perasaan lega ketika menginjakkan kaki ke Pulau Dewata itu. Perasaan lepas dari rutinitas sehari-hari di Jakarta, sejenak terbebas dari tekanan pekerjaan yang bikin stres. Ke Bali memang dalam rangka sebuah pekerjaan, tapi everyday in Bali is a holiday, man!

Bali, pulau kecil yang panjangnya 140km (timur-barat) dan 80km (utara-selatan), seolah mempunyai daya tarik magis. Pemandangan alam yang indah, kesenian dan kebudayaannya yang khas, juga upacara keagamaan Hindu yang dianut sebagian besar penduduknya, serta keramahan masyarakat, mempunyai pesona tersendiri, yang membuat wisatawan ingin kembali dan kembali ke Bali.

Meski sempat dihantam bom dua kali (12 Oktober 2002 dan 1 Oktober 2005), yang gemanya sempat menciutkan nyali, tak membuat Bali terkapar. Ikon industri pariwisata Indonesia ini terus menggeliat. Menurut data Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, tak kurang dari 2,14 juta wisatawan asing yang berkunjung ke Bali pertengahan tahun 2007, naik 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tidak salah kalau majalah Travel + Leisure menobatkan Bali sebagai “The World’s Best Island in The World 2007”.

Kalau ada ungkapan “Tuhan menciptakan tanah Parahiyangan sambil tersenyum”, tentu berlaku bagi Bali. Tanah subur, pantai yang indah, danau yang luas, panorama alam yang asri, adalah buktinya. Siapa yang tidak kenal Pantai Kuta, Legian, Sanur, Tanah Lot, Uluwatu, Lovina, Tulamben, Dreamland, Nusa Dua, Nusa Lembongan, Sangeh Monkey Forest, Danau Bedugul, Danau Batur, Kintamani, Ubud, Manggis, dan lain-lain. (Burhan Abe)

Luxury Bali

0

Nusa Dua

Bali yang mewah. Itulah kesan pertama kalau kita memasuki kawasan Nusa Dua. Pulau di selatan Bali tapi masih menyatu dengan Pulau Bali ini dikenal sebagai kawasan mewah. Lautnya yang biru dengan ombaknya yang besar, serta garis pantai yang elok, membuat hotel-hotel jaringan internasional berbintang lima hadir di sini.

Kebetulan kami (saya, fotografer Ristiyono, dan marketing executive Edoy Sunarto) menginap di salah satu hotel mewah ini, The Laguna Resort & Spa. Resor yang ini dahulu bernama Sheraton Laguna Nusa Dua, tapi kemudan direnovasi total 1 September tahun lalu dengan menghabiskan dana tak kurang dari 7,5 juta US dollar. Hasilnya adalah resor mewah dengan gaya lagoon yang mempunyai penampilan baru dan mewah.

The Laguna merupakan bagian dari properti The Luxury Collection. Grup hotel mewah ini selalu memperhatikan keserasian bentuk bangunan resor dengan perpaduan budaya dan lingkungan setempat.

Kemewahan The Laguna sudah terasa sejak dari lobi yang didesain dengan gaya interior zaman Betawi tempo dulu dengan sentuhan gaya masa kolonial yang kental. Foyer dan lorong-lorong yang menghubungkan ke kamar-kamar yang jumlahnya 270 buah tak luput dari sentuhan desain yang menawan, seolah-olah kita siap menerima kejutan berikutnya di dalam kamar. Benar saja, kamar dengan sentuhan seni pahat kontemporer “Palimanan” di dindingnya menawarkan keindahan ala Bali.

Lantai kayu warna cokelat alami, lemari kayu, serta karpet lantai nan alami, melengkapi kamar resor bergaya tropis ini. Pojok bathtub yang luas memberikan keleluasan yang lebih saat menikmati guyuran air segar atau hangat serta kemewahan lantai marbel kamar mandi di setiap kamarnya. Salah satu keunikan yang ada di resor ini adalah pelayanan pribadi dari jasa butler selama 24 jam untuk semua tamu.

Ranjang nan mewah membuat tidur menjadi nyenyak. Well, sesudah bangun pagi kayaknya tidak perlu berlama-lama di kamar, meski ranjang yang empuk menjanjikan tetirah yang nyaman, termasuk sekadar menyalakan plasma TV 42 inch dan DVD.

Kami mengeksplorasi beberapa venue. Ocean Terrace adalah salah satu pilihan yang menarik untuk brunch. Terletak tepat di tepi pantai yang indah, kami menikmati berbagai hidangan. Juga variasi hidangan sup, beberapa pilihan pasta dan pizza seperti fettuccini, spaghetti, seafood, dan masih banyak lagi.

Ikan laut segar dapat dipilih langsung dari akuarium seperti Bali bamboo lobster, sweet water jumbo prawns, dan garoups. Dan saya memilih Fisherman’s Platter For Two, yaitu udang Bali besar yang di panggang. Hmm, benar-benar memanjakan lidah para penggemar fish and seafood.

Sayang, karena waktunya pendek, kami tidak sempat menjajal kolam renang, yang lokasinya tepat di depan kamar. Juga tidak sempat menikmati spa yang menjadi andalan hotel-hotel dan resor-resor kelas atas di Bali. Laguna Spa & Villa menyediakan perawatan yang eksklusif dengan menggunakan produk perawatan Thalgo® dari Perancis. Saat ini ada layanan Night Spa, yang cocok dilakukan menjelang tidur selepas melakukan berbagai aktivitas.

(Burhan Abe – Appetite Journey)

Golf Gateway

0

Kemewahan tidak hanya di Nusa Dua, Tanah Lot yang terletak di wilayah Tabanan, mempunyai Le Meridien, Nirwana Golf & Spa Resort Bali. Bak surga, resor ini dikelilingi panorama alam yang indah. Tebing yang dramatik, sawah trap yang tersusun rapi, serta suara deburan ombak Lautan Hindia. Lukisan alam tersebut masih dilengkapi dengan Pura Tanah Lot yang menjorok ke laut, membuat suasana benar-benar magis, membuat Anda merasa benar-benar “tinggal” di Bali.

Tentu, dengan view yang demikian unik, Le Meridien Le Meridien, Nirwana Golf & Spa Resort Bali, tidak bisa dibandingkan dengan resor mana pun di dunia. Resor ini memiliki 278 kamar, suite, dan vila, empat restoran, kolam renang termasuk waterslide sepanjang 54 meter, lapangan tennis, squash, gym, serta ruang rapat. Yang jadi unggulan apalagi kalau bukan lapangan golf.

Lapangan 18 lubang yang didesain oleh Greg Norman ini adalah salah satu golf course terindah di dunia. Berkali-kali menerima penghargaan, antara lain sebagai Best Golf Resort in Asia (versi Asian Golf Monthly 2005) dan Asia’s and Indonesia’s Leading Golf Resort 2006 (World Travel Award). Di sini para pegolf tidak sekadar bermain golf, tapi juga menikmati pemandangan yang indah. “Tidak heran, waktu yang disediakan untuk main golf sering molor hingga satu jam lebih,” ujar Henny Cristiani, Marketing Communication Coordinator Le Meridien, Nirwana Golf & Spa Resort Bali sambil tertawa.

Setelah bermain golf para tamu biasaya mencoba spa. Nirwana Spa menawarkan relaksasi yang sempurna, mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Pelayanan yang paling favorit adalah Boreh Bali alias pijat ala Bali, yang diikuti dengan luluran untuk seluruh tubuh dari bahan-bahan alami yang terbuat dari lombok, beras, kayu manis, clove, cardamon, galangal, jahe, dan merica. (Burhan Abe)

Exploring the East Bali

0

Karangasem memang tidak sepopuler Ubud, tapi kawasan Bali Timur ini tidak kalah eksotisnya. Beruntung kami mendapat kesempatan tinggal berkunjung ke wilayah ini dan tinggal di Alila Manggis, sehingga bisa menyaksikan dengan landskap tropis Bali, keindahan pantai, serta dan keberagaman kebudayaannya.

Alila adalah resor yang mempunyai arsitektur etnik modern, yang berdiri secara harmonis di tengah-tengah alam, di antara laut dan Gunung Agung yang terkenal itu. Paviliun-paviliun didesain dengan gaya minimalis meski tidak meninggalkan sentuhan unsur-unsur Bali. Comtemporary meets cultural, we stay in style.

Fasilitasnya standar resor mewah; kolam renang, restoran, dan spa. Yang disebut terakhir ini bahkan menjadi kebanggaan resor yang tergabung dalam grup Design Hotels ini. Dengan konsep “naturally from the heart” spa ini memakai bahan alami, yakni campuran sweet almond dan virgin coconut oil, yang kaya akan nutrisi dan berfungsi sebagai aromaterapi.

Tapi yang menyenangkan bagi kami adalah, bagaimana para tamu diajak utnuk berinteraksi dengan alam sekitar. Mereka tidak hanya diajari cara memasak masakan tradisional Bali, dalam program Alila Cooking School, tapi pihak hotel juga memasukkan menu lokal di restorannya. Di antaranya yang paling terkenal adalah menu “mengibung”, yang dalam khasanah tradisional Bali tidak hanya menu, tapi juga tradisi makan rame-rame dalam satu piring (yang terbuat dari daun pisang).

Tidak hanya itu, semua makanan di Alila berbahan baku organik, sebagai wujud kepedulian terhadap hidup sehat tanpa pestisida. Resor yang mendapat Green Globe Certified 2007, sebagai resor yang peduli terhadap standar lingkungan hidup tingkat tinggi ini mempunyai kebun organik sendiri.

Para tamu boleh mengunjungi kebun organik tersebut yang terletak sekitar 5-6 kilo meter dari resor dengan bersepeda. Perjuangan yang berat bagi “orang kota”, tapi setelah perjalanan yang melelahkan (sekaligus menyehatkan), imbalanya adalah, kami bisa melepas lelah di sebuah bale di tepi kebun dan sawah sambil menikmati herbal drink atau secangkir kopi Bali. Kenikmatan yang tiada duanya. (Burhan Abe)

Sensasi Rusia di Jakarta

0

Please join us for New Wave Retro Tuesdays @ Red Square! It’s a blast from de past. Corona Beer just Rp 20.000 net. Come party with us! Cheers!

Pesan pendek (SMS) itu datang Paul Counihan. Tokoh yang tidak asing di dunia gemerlap malam. Maklum, ia adalah hospitality consultant yang telah melahirkan beberapa kafe terkenal di Jakarta dan Bali, di antaranya Jalan-Jalan yang berlokasi di Menara Imperium, Jakarta. Kini, melalui Ellite Concept, ia menawarkan Red Square.

Kalau ingin tahu “lapangan merah” tidak perlu ke Rusia. Nuansa itu kini dihadirkan di Red Square, tempat hang out baru di bilangan selatan, Jakarta. Tidak hanya makanan tersedia khas Rusia, tapi juga berbagai jenis vodka, minuman yang sangat lekat dengan negeri itu.

Red Square dirancang sangat cozy, berdesain minimalis, dengan dominasi warna merah. Lukisan dekoratif di tembok bar menggambarkan pemandangan lapangan merah di Rusia. Bar seluas 191 meter persegi itu mempunyai dua sisi, dengan sisi terluar menghadap taman. Pemandangan outdoor yang asri tertangkap mata, tapi tetap dibatasi dengan kaca yang memungkinkan setiap pengunjung mendapat hawa dingin dari AC – hal yang mutlak diperlukan untuk udara Jakarta yang panas.

Berlokasi di lantai dasar Plaza Senayan Arcadia, Red Square memposisikan sebagai satu-satunya venue yang menyediakan makanan Rusia di Jakarta. Mau tahu yang dihidangkan di sini? Untuk appetizers ada Mushroom Chicken Caviar, Eggplant Beef Caviar, Red Caviar, dan Black Caviar, yang dari namanya saja sudah mengingatkan kelezatan telur ikan laut dalam, makanan paling prestisius di dunia.

Sementara menu utamanya bisa dipilih Beef Stroganov, Buntut Borscht, Chicken Kiev, atau Sauteet Salmon. Bahan utamanya memang dari ayam, daging sapi, dan ikan salmon, tapi cara memasaknya serta rasanya tentu saja, pasti berbeda dengan makanan Barat, misalnya.

Makanan sesungguhnya bukan suguhan utama, sebab tempat yang melakukan soft opening 20 Mei lalu itu justru menyebut sebagai bar yang mempunyai koleksi vodka – minuman spirit khas Rusia – terlengkap di Jakarta, yang sudah pasti di Indonesia. Tidak kurang dari 25 merek vodka di sini, tidak hanya Absolut yang berasal dari Swedia, tapi ada Skyy, Goose, Chopin, Belvedere, Smirnoff, dan lain-lain.

Minuman tersebut tidak hanya disajikan murni sebagai vodka on ice, tapi juga dalam bentuk flavoured vodkas, seperti infused vodkas, vodka martinis, dan vodka stick cocktails. Vodka memang banyak digunakan sebagai campuran cocktail, tapi yang disajikan Red Square adalah kreasi sendiri para bartendernya. “Kami membuat cocktail internasional dengan tidak meniru cocktail yang lain. Cocktail-cocktail itu menjadi minuman yang pertama dan hanya bisa didapatkan di Red Square saja, dengan presentasi dalam gelas-gelas eksklusif,” ujar M. Djukrunurdin, Club Manager Red Square.

Maka, jangan heran kalau nama-nama cocktail di Red Square tidak terdapat di bar lain. White Chocolate Martini, Vodka Tonic Fruit, Splashes, Dip, Suck & Bite Shots, Hypnotic Illusion, Red Island Iced Tea. Merasakan sensasi ala Rusia tidak berhenti di sini, sambil membuat minuman dan atraksi api, show bartender bisa membuat tamu tercengang. Wow! Tidak hanya pengalaman mewah, rasa minuman yang luar biasa membawa Anda melayang….

Menurut Paul, filsafat dan tujuan dari Red Square sendiri adalah memperkenalkan keroyalan minumannya. Juga didukung oleh staf yang ramah dan profesional. “Training staff difokuskan pada kepribadian, serta pengetahuan tentang minuman yang sesuai dengan standar pelayanan hotel bintang lima,”ujar mantan direktur After Dark, Hong Kong, serta managing partner dua kafe terkenal di Bali, Kafe Luna dan Q Bar itu.

Selain Paul, ide Red Square juga digagas bersama Eddy Cordisco dari Ellite Concept Indonesia, dan Yos Malelak, pemilik Behind Bar di Bali. Mereka berpengalaman sebagai konsultan di bisnis resto dan bar, bahkan Eddy adalah Chef Executive yang berpengalaman selama 25 tahun di dunia hospitality industry.

Rasa Oriental dalam Kemasan Barat

0

Dragonfly berarti capung, serangga kecil yang beterbangan ke sana kemari. Tapi ketika ketika nama itu dilekatkan pada sebuah bar & restaurant, yang terlihat adalah sebuah kemegahan. Venue yang baru melakukan soft opening September 2005, menambah alternatif baru tempat makan dan hiburan di Jakarta. Tidak hanya restoran yang menyediakan makanan dengan konsep fine dining, venue ini juga berfungsi sebagai music lounge dengan konsep hiburan yang kental.

Sejak di pintu masuk pengunjung sudah disuguhi pemandangan interior yang menakjubkan. Desainnya semi minimalis modern dengan sentuhan etnik Asia, yang dominan berbahan kayu, yang diwujudkan dalam bentuk bangku, balok memanjang di atas meja untu lampu, serta wine cellar yang menempel di dinding.

Mejanya onyx, sementara dindingnya gypsum yang berukir dan diperindah dengan sorot lampu dari dalam yang atraktif. Hiasan kaca besar di music lounge mempertegas ciri modern yang cenderung avant guard. Sementara dinding di ruangan resto dirancang seperti tebing dengan tekstur abstrak, yang konon diimajinasikan sebagai tempat hinggapnya si serangga terbang – yang di venue tersebut tidak tergambar, baik sebagai simbol maupun logo di ruang tersebut.

Ruangnya yang luas – 700 meter persegi dan langit-langit setinggi 7,5 meter – dirancang dengan fleksibel, yang bisa diubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan, bahkan kalau diperlukan panggung untuk live band.

Ada rotating door jumbo yang bisa dibuka atau ditutup untuk membatasi antara ruang resto dan lounge. Dragonfly buka untuk makan siang mulai jam 11.30 sampai 15.00 WIB. Sedangkan untuk dinner mulai jam 18.30 hingga 23.00 WIB. Lounge sendiri aktif pada malam hari, sejak jam makan malam hingga jam 24.00 pada hari biasa dan jam 02.00 WIB pada Rabu, Jumat dan Sabtu.

Lalu, apa menu yang disajikan resto yang terletak di bilangan di Wisma BIP, Jl. Jend. Gatot Subroto itu? “Kami menggabungkan menu Oriental, khususnya makanan ala Thailand, Vietnam, dan Kamboja, tapi penyajiannya ala Barat,” ujar Kiki Utara, Head of Public Relations Dragon Fly.

Untuk siang hari mungkin sedikit light, sebutlah bebek panggang andalannya yang disebut Juicy Roast Duck with Tamarind Dressing atau ikan goreng ala Bangkok yang disebut Deep Fried Bangkok Garoupa in Three-Flavoured Sauce.

Sedangkan pada malam hari boleh coba menu-menu yang unik ini – hasil kreasi tiga chef yang berasal dari Bangkok, Singapura, dan Jakarta. Untuk appetizer, mulailah dengan sup tom yum seafood ala Thailand yang terkenal itu, tapi di sini disajikan lebih creamy, karena ditambah santan. Masih di starter cobalah Fresh Komegrpwn Betel Leaves with Foie Grass, ikan salmon yang dibungkus dengan daun betel yang didatangkan dari Thailand, dan siap dimakan.

Menu utamanya, ada beberapa yang diunggulkan. Yang doyan makanan rasa Indonesia, cobalah sup buntut dengan saus karamel serta chilli vinegar, sehingga rasanya asam-asam manis. Yang suka seafood, sebaiknya pesan Fragrant Coconut Colossal Tiger Prawn, yakni udang gala yang dimasak dengan kelapa, mirip serundeng.

Dari Espresso hingga Cappucino

0

BANYAK orang yang menganggap belum semangat sebelum menghirup secangkir kopi di pagi hari. Tapi tahukah Anda bahwa kopi ternyata tidak selalu hitam pekat, tapi bisa juga disajikan ala cocktail atau bahkan dicampur dengan alkohol.

Berikut ini beberapa variasi kopi yang terkenal:

1. Decaffeinated biasa disebut decaf, kopi tanpa kafein

2. Disajikan dalam gelas atau cangkir (shot)

  • Espresso: Memiliki konsentrasi tinggi, rasanya pahit agak asam. Dimnium dalam jumlah sedikit dan diberi pemanis (gula).
  • Affogatto: Single espresso dengan krim.
  • Short Macchiato: Single espresso dengan susu. Disajikan dalam cangkir
  • Cappucino: Terdiri dari tiga bagian. Sepertiga bagian espresso, sepertiga susu panas, dan sepertiganya lagi foam (whipped cream). Ditaburi dengan bubuk coklat pahit, kayu manis atau pala, disajikan dengan gula. Russian Coffee
  • Flat White (biasa disebut kopi susu): Single espresso dengan susu.
  • Long Black: Single espresso dengan air panas.

3. Disajikan dalam gelas tinggi

  • Caffe Latte : Terdiri dari dua bagian. Setengah bagian espresso dan setangah bagian susu. Rasa susu yang lembut meredam rasa kopi yang kuat.
  • Coffee Mocca: Terdiri dari tiga bagian. Sirup coklat di bagian paling bawah, espresso, dan susu yang diberi foam dan ditaburi coklat.
  • Long Macchiato: Double espresso dengan susu.

4. Disajikan dengan alkohol

  • Irish Coffee: Espresso dengan Irish whiskey.
  • Italian Coffee: Espresso dengan Italian amaretto.
  • Jamaican Coffee: Espresso denganJamaican rum.
  • Russian Coffee: Espresso dengan Russian vodka.
  • Mexican Coffee: Espresso dengan Mexican tequila.

Source: Platinum Society

Inspirasi di Kedai Kopi

0

Melting pot itu bernama plaza, dan tempat mangkal favorit adalah coffee shop. Ngopi tidak sekadar minuman penambah semangat, tapi sebuah gaya hidup.

Plaza kini sudah menjadi semacam melting pot. Maklum, untuk kota-kota besar di Indonesia, plaza yang ber-AC ibarat oase di belantara kota yang beriklim tropis alias berhawa panas yang menyengat. Tidak sekadar gerai busana atau department store, salon, gedung bioskop, arena bowling, bahkan kafe yang oke pun berlokasi di dalam plaza. Apa pun bisa dilakukan di sini, mulai dari belanja, jalan-jalan, creambath, nonton film, atau sekadar ketemu teman.

Suka atau tidak, banyak eksekutif muda muda yang punya ketergantungan besar kepada plaza. Bukan sok trendy, tapi tempat yang paling masuk akal untuk dating saat ini ya di plaza, entah dengan teman, bahkan rapat informal dengan rekan bisnis. Tempat favorit saat ini adalah di coffe shop, karena tidak harus makan berat tapi bisa atmosfernya yang nyaman merangsang lahirnya ide-ide segar. Pemikiran-pemikiran penting para filosof konon lahir dari warung kopi.

Di Plaza Senayan, misalnya, tidak sudah menyebut gerai coffee shop karena keberadaannya makin dibutuhkan. Coffee Club, Tator, Starbucks, Tea Leaf & Coffee Bean, dan lain-lain, belum termasuk gerai yang tidak menyediakan kopi secara khusus tapi menjual kopi.

Kopi? Ya, kosa kata ini tidak asing. Bahkan minum kopi sudah menjadi gaya hidup yang melanda seluruh dunia. Tidak ada angka statisik di Indonesia, tapi di AS, untuk menyebut contoh, konsumsi kopi per kapita sudah mencapai tiga gelas per hari. Kini hampir semua kota-kota besar mempunyai tempat nongkrong untuk ngopi, bahkan tonggak yang bisa dicatat oleh sejarah manakala Starbucks berhasil membuka outlet yang ke 2000 di Amerika pada tahun 1998. Ekspansi jaringan coffee shop terbesar di dunia ini tentu tidak berhenti di sini, guritanya sudah meluas ke seluruh dunia, Eropa, Asia, termasuk Indonesia.

Photo by Mae Mu on Unsplash

Asal Muasal

Kopi adalah salah satu penemuan penting dalam sejarah peradaban manusia. Tapi siapa nyanya, penemuannya terjadi secara tidak sengaja. Alkisah seorang Ethiopia beranama Kaldi melihat kambing peliharannya berkelakuan aneh setelah memakan buah kecil yang berwarna merah dari semak-semak. Kaldi pun ingin mencobanya, dan betapa terkejutnya setelah makan biji yang kini disebut kopi itu ia merasa segar, dan letihnya pun sirna.

Kisah tersebut bukan rekaan, tapi memang terjadi pada sekitar abad 9. Pada saat itu kopi kemudian sempat menjadi monopoli bangsa Arab. Pada tahun 1616 seorang Belanda berhasil menyelinap ke komunitas pedagang Arab tersebut, mencuri, dan membudidayakan sendiri di Pulau Jawa.

Pada tahun 1650, Universitas Oxford membuka toko kopi pertama di Inggris. Toko ini kemudian menjadi terkenal dan menjadi tempat favorit para mahasiswa. Kini, tradisi rendez-vous di warung kopi tidak hanya monopoli Inggris, tapi sudah merebak ke seluruh dunia. Yang diujual pun tidkahanya kopi panas, tapi ada juga yang dimodifikasi dalam bentuk minuman dingin. Pun tidak harus kopi murni, ada yang dicampur dengan susu, krim, coklat bahkan alkohol.

Indonesia saat ini dikenal sebagai salah produsen biji kopi terbesar di dunia. Dari seluruh tanaman kopi, 90% adalah jenis Robusta. Sementara jenis Arabica, jenis kopi yang lebih eksklusif, berasal dari Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Selain jenisnya, struktur tanah dan iklim ikut memberi rasa yang berbeda. Hanya lidah yang terlatih saja yang bisa membedakannya. (Burhan Abe)

Sumber: Platinum Society

Aussie Wine

0

Australia mempunyai banyak sisi. Berbagai tema bisa dijual sebagai komoditi wisata. Menjajal makanan enak, dan mencicipi wine terbaik merupakan pengalaman yang mempunyai kesan tersendiri.

Australia dikenal sebagai salah satu negara penting yang menghasilkan buah anggur dan minuman anggur (wine). Jika Anda penggemar wine tidak ada salahnya pergi ke Sunshine Coast, salah satu wilayah penting di Queensland yang memproduksi wine, sekitar 112 km dari Brisbane. Wilayah pantai sekaligus pegunungan dengan iklim yang sejuk, sangat cocok bagi tumbuhnya tanaman anggur. Ada 10 perkebunan anggur sekaligus tempat produksi wine. Settlers Rise Vineyard & Winery yang berlokasi di Montville, adalah salah satu di antaranya.

Perkebunan dan pembuatan anggur ini dikelola seperti perusahaan keluarga. Pemiliknya adalah Peter Scudamore-Smith, ahli wine yang pandai mencampur berbagai jenis anggur sehingga bisa menghasilkan blended wines premium. Sebelum mendirikan perusahaan sendiri dan malang melintang di dunia wine selama 23 tahun, Peter adalah seorang Bachelor of Wine Science dan juga Master of Wine pada Institute of Masters of Wine di Inggris.

Di situlah pengunjung bisa mencicipi wine seperti yang dilakukan para sommelier (ahli wine). Untuk acara wine testing, ada pemandunya khusus. Beberapa jenis wine disiapkan, mulai dari yang ringan (sparkling wine, white wine, sweet wine) hingga yang berat (red wine). Tidak seperti cara minum biasa, karena hanya sedikit saja wine yang semestinya dicicipi. Cium terlebih dahulu aromanya melalui bibir gelasnya. Sedikit dikumur-kumur lalu dibuang ke tempat yang telah disediakan.

Ini memang pengalaman unik. Rupanya wine testing juga dijual sebagai paket wisata di wilayah ini, dengan harga 10 hingga 15 dolar Australia per kepala, tergantung dari jenis tur serta sedikit banyaknya jenis wine yang dicicipi.

Yang baru pertama kali mencoba mungkin tidak bisa membedakan rasa antara satu wine dengan wine yang lain. Tapi yang sudah terbiasa akan bisa menikmati wine yang masing-masing memiliki rasa dan aroma yang unik itu. Misalnya Verdelho, jenis white wine tahun 2001 mempunyai aroma seperti pisang. Sedangkan jenis merah Lake Baroon Cabernet/Merlot tahun 2000 terasa lebih pekat dengan rasa yang rada sepet. Yang terkesan dengan jenis wine tertentu bisa membelinya, dengan harga antara 11,5 hingga 26,50 dolar Australia per botol.

Selain wine di pegunungan, wilayah ini lautnya juga terkenal sebagai penghasil ikan, mulai dari salmon hingga baramundi. Coba menikmati “seafood extragavanza” di Terrace Seafood Restaurant, restoran yang berlokasi di tepi pantai sekaligus pegunungan ini sering memperoleh berbagai penghargaan, mulai dari The Best Torism Restaurant in Queensland & Sunshine Coast Award (1998, 1999, dan 2000), hingga The Best Torism Restaurant in Australia Award (2000).

Photo by Oscar Söderlund on Unsplash

Pilihan entre-nya bermacam-macam, mulai dari salad, sup tom yum, hingga fresh oyster (tiram segar). Yang terakhir ini disajikan dalam piring besar, sementara tiramnya ditaruh dalam rangka yang berbentuk seperti miniatur tangga memutar. Untuk menu utamanya saya memilih The Terrace Platters, yang terdiri dari Moreton Bay bugs (sejenis udang), prawns (udang besar), kepiting, cumi, dan oyster, dimasak dengan santan dan cabai, disajikan dengan buah-buahan tropis. Hm… (Burhanu Abe)

Settlers Rise Vineyard
249 Western Ave, Montville
Phone : 07 5478 5558
Email : http://www.settlersrise.com.au/

Terrace Seafood Restaurant
Cairncross Corner, Mountain View Rd, Maleny
Phone : 07 5494 3700
Email : http://www.terraceseafood.com.au/