Masa Depan Majalah Digital

PERTUMBUHAN majalah digital agaknya tidak merata. Ada nama-nama baru yang muncul di sejumlah digital news stand, tapi ada juga yang tutup. Tentu, ada hambatan untuk menaklukkan platform baru, tapi tidak sedikit yang memandang sebagai tantangan. Gregg Hano, CEO MAG+, menunjukkan fakta bahwa industri majalah digital saat masih dalam masa pertumbuhan. Majalah digital saat ini memang mewakili sebagian kecil dari total sirkulasi majalah, namun basis pelanggan mereka dua kali lipat.  

Hal ini sering dilupakan bahwa industri penerbitan digital dimulai sejak tahun 2010, tahun kelahiran industri tablet modern, dan dibutuhkan beberapa tahun ke depan untuk mencapai titik kematangan. Sebagai barang baru dibutuhkan kesabaran dan pengembangan keterampilan bertahun-tahun untuk berkembang. Kepemilikan tablet, di AS, misalnya, berawal dengan 3% dari jumlah populasi pada 2010, kini sudah menembus 40% (Pew Research Internet Project).  

Memang, kondisi di negara maju tidaklah sama dengan di negara berkembang. Apalagi, pada kenyataannya, perkembangan teknologi tablet tidak sepesat smartphone. Bahkan pertumbuhan jumlah tablet tertinggal jauh oleh populasi smartphone. Barangkali itulah hambatan terbesar majalah digital. Kendati demikian, kalangan optimis yakin, bahwa majalah digital adalah platform masa depan, bahkan penyebarannya bisa diperluas ke webdan smartphone.  

Memang, media digital juga harus berurusan dengan sejumlah kendala teknis dalam penerbitannya, yang secara teknologi masih dalam taraf perkembangan. Tidak seperti di media cetak, publikasi ini harus mematuhi penyerapan konsumen subset kecil dari perangkat digital. Tapi yang menarik, keuntungan memasuki publikasi digital adalah kemudahan dalam pendistribusian konten dan menangkap seperangkat unik data. Bergerak dari tata letak katalog tradisional menuju lookbooks, yang menawarkan pengalaman gaya hidup yang berorientasi lebih kepada konsumen.  

Tidak hanya publishersebetulnya, dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya produksi, merek-merek besar sudah mulai menggunakan publikasi digital untuk menampilkan produk barunya. Yang tidak disadari, pertumbuhan majalah cetak menurun, sementara pasar digital mulai membesar. Memang masih terlalu dini untuk berspekulasi apa yang jalur evolusinya akan terlihat seperti apa, dan ujungnya ke mana.  

Tapi apa pun, “Creativity, therefore, will reward digital magazine publishers well,” ujar Ryan Jones, co-founder dan CEO of Pixbi. Itu pula yang dihadirkan MALE setiap minggunya.

Sumber: Editor’s Note MALE 151

Related Stories

spot_img

Discover

Europe and North Africa Reawakening

With the arrival of spring with its warmer climes and the vibrant bloom of...

Lobo & Juno

Ketika Lobo dan Juno Bertemu untuk Menikmati Hidangan Lezat, Musik Meriah, serta Koktail dan...

Hidangan Mediterania Klasik ala Restoran Scusa di Ayana Segara Bali

Restoran baru di Ayana Segara Bali ini menghadirkan perjalanan kuliner ke kawasan Mediterania Bergabung dalam daftar restoran...

Journey Through Java with Aman

The cultural heartland of Indonesia, Java is studded with ancient treasures engulfed by pea-green...

30 Tahun Taman Air Waterbom Bali

Taman air paling berkelanjutan di Asia ini mengumumkan proyek perluasan berdesain arsitektur yang akan...

Rumari and Friends

Bergabunglah dengan four-hands dinner ‘East meets West’ yang dikuratori oleh Chef Gaetan Biesuz dari Rumari dan...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here