Home Blog Page 43

Conrad Bali Showcases Wayang Shadow Puppet Masters

0

Second installment of Living Lobby Art Exhibition Series pays tribute to Indonesia’s ancient artistry

Award-winning luxury beachfront resort, Conrad Bali, has launched the second edition of its Living Lobby Art Exhibition Masters Series 2015 that showcases the ancient shadow puppet art of wayang with an exhibition and workshop by two master puppeteers.  

Lighting the way: Conrad Bali launches the second in its Masters Series of exhibitions and workshops, introducing the ancient art of Wayang to guests.   The wayang series marks the second of four quarterly exhibitions and workshops this year at Conrad Bali highlighting masterful works that represent the cornerstones of Indonesia art and culture.  

Conrad Bali general manager Jean-Sébastien Kling said: “It is a privilege to provide an outlet for this deeply traditional art form to be seen by a wider audience. Wayang originated in Indonesia and we are delighted to connect our guests to an important part of the history, heritage and everyday life of the country. With this series we are able to provide visitors with greater understanding of unique customs and beliefs through the eyes of true masters of their craft.”                          

Wayang Exhibition

From now until June 30, I Ketut Sudiana, also known as Sudiana, one of Indonesia’s most respected shadow puppet masters and performers, will display his artworks in the resort’s East Lobby Lounge. The exhibition which is open to the public, features some of Sudiana’s best puppet masterpieces.  

Born into a family of puppet makers, Sudiana studied puppet art under the guidance of his legendary father, I Wayan Nartha, since he was 13 and is credited for creating a new wayang art form called the ‘Golek Gede’, a three-dimensional puppet.  

Wayang Workshop

On Friday May 22, I Wayan Wija, a Balinese master puppeteer and puppet maker, will conduct a workshop at his home near Ubud, Bali. Combining different materials from calfskin to glass, Wija will provide guests with behind-the-scenes insights into the ancient art.  

Wija, studied wayang under his father at a young age of 11, performing and making shadow puppets for 50 years.  

The workshop costs for US$50++ per person including refreshment and a day trip to Ubud.     

About Conrad Bali

Conrad Bali is a luxury beachfront resort located on the southern coast of Bali, an island in the Indonesian archipelago with an alluring blend of natural beauty and timeless traditions. Contemporary in design, the resort boasts panoramic views to the ocean, pools and gardens and features 353 guest rooms and suites, inspired dining options, extensive meeting, event, and leisure facilities including the Jiwa Spa. The resort is also home to a beachfront wedding venue, Infinity. The exclusive Conrad Suites is located on a private wing and offers enhanced privacy with personalized service.  

Coffee Break

0

COFFEE isn’t just warm and energizing, it may also be extremely good for you. In recent years and decades, scientists have studied the effects of coffee on various aspects of health and their results have been nothing short of amazing.

Kopi di Indonesia sudah menjadi minuman sehari-hari, bahkan di kota-kota besar di seluruh dunia menjadi bagian dari gaya hidup kaum urban. Beruntunglah jika Anda termasuk coffee addict. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pria yang mengkonsumsi kafein setiap hari, 42 persen lebih kecil berkemungkinan menderita impotensi. 
Khasiat kafein bahkan disinyalir dapat menjadi Viagra alami. Kafein juga ditengarai dapat membantu orang yang mengalami kelebihan berat badan atau memiliki tekanan darah tinggi. Selain itu, kafein membantu mengendurkan pembuluh darah di penis sehingga meningkatkan aliran darah. Pria yang meminum satu atau dua cangkir kopi per hari memiliki kemungkinan lebih kecil menderita disfungsi ereksi. 
Berdasarkan data National Health Service di London, Inggris, secangkir kopi instan mengandung sekitar 100 mg kafein, sedangkan secangkir kopi tubruk mengandung sekitar 140 mg kafein. Adapun secangkir teh mengandung 75 mg dan sekaleng kola mengandung 40 mg kafein. 
Para peneliti menemukan pria yang sehari-hari meminum 85-170 mg kafein, 42 persen lebih kecil berkemungkinan menderita impotensi dibanding yang tidak meminumnya. Yang meminum 171-303 mg kafein memiliki kemungkinan 39 persen lebih kecil. 
Dulu kafein banyak disalahkan karena dipercaya sebagai penyebab obesitas, kelebihan berat badan, dan peningkatan tekanan darah. Ketiga kondisi ini diketahui merupakan faktor pemicu terjadinya disfungsi ereksi. 
Kini para ilmuwan dari University of Texas menemukan kafein dapat memicu serangkaian efek yang membantu mengendurkan pembuluh darah di penis sehingga meningkatkan aliran darah. Mereka mempelajari data dari hampir 4.000 orang, dan menggunakan catatan diet 24 jam serta menilai jumlah kopi, teh, minuman bersoda, dan minuman pembangkit tenaga yang rata-rata dikonsumsi per hari.
Dr David Lopez, penulis utama dalam studi tersebut, mengatakan, “Meskipun kami melihat penurunan prevalensi disfungsi ereksi pada orang yang mengalami obesitas, kelebihan berat badan, dan hipertensi, tidak demikian yang terjadi pada penderita diabetes.” Hal itu dianggap tidak mengejutkan karena diabetes merupakan faktor terkuat penyebab terjadinya disfungsi ereksi.
Kopi telah lama dikaitkan dengan penurunan risiko serangan jantung dan terbukti dapat melindungi seseorang dari ancaman terkena demensia, diabetes tipe 2, dan kanker kulit. Namun efek tersebut didapat dari kopi yang diproses secara alami, bukan kopi dalam kemasan. Kopi juga mengandung sejumlah antioksidan dan bahan kimia alami yang bersifat menyehatkan tubuh. 
Sumber: MALE 135 http://male.detik.com

Mexican Food Fiesta

0

Bekerjasama dengan Kedutaan Meksiko, pada Rabu, 20 Mei 2015 Gran Melia Jakarta menyelenggarakan acara pembukaan “Mexican Food Fiesta” yang bertempat di Lobby Lounge. Acara tersebut sekaligus menjadi sarana pertunjukan kebudayaan Meksiko dengan penampilan mahasiswa S2 Institut Seni Surakarta, di mana mereka menampilkan tarian dan teatrikal seni tentang budaya Meksiko dan budaya Jawa.  

Victorhugo Hidalgo mahasiswa asal Meksiko bersama dengan penampilan mahasiswa asing dari Meksiko lainnya, yang saat ini mereka semua tengah menempuh pendidikan S2 tentang Seni di Surakarta tersebut, berhasil memukau para tamu yang terdiri dari Ambasador dari berbagai negara terutama negara-negara Amerika Latin.  

Dibuka oleh General Manager Gran Melia Jakarta, Gilberto Mayen dan Ambasador Meksiko untuk Indonesia, H.E. Federico Salas, beserta pemilik hotel Gran Melia Jakarta, Johannes Suriadjaja, diperkenalkan pula Chef asal Meksiko yaitu Julio Ortega didampingi Executive Chef Hotel Gran Melia Jakarta, Gerald Prinz.  

Acara pembukaan Mexican Food Fiesta ini diawali dengan tarian medley: Jarabe Tapatio, El Son De La Negra, El Huizache yang dilanjutkan dengan tarian dengan musik hidup yang menggambarkan perpaduan budaya Meksiko dan Jawa berjudul Yaqui Meet Java. Team Chef Hotel menyiapkan makan malam spesial berupa set menu untuk seluruh tamu kehormatan yang hadir pada malam itu, sekitar 150 orang dengan konsep fine dining a la Meksiko.

Club Med Bali Resort: The Ultimate Destination

0

Fun for kids, relaxing for mum and dad: renovated Club Med Bali Resort, a ‘Heaven on Earth’ for families.

Club Med is delighted to unveil its renovated resort in Bali, with the new dedicated Children’s Clubs for kids of all ages and upgraded deluxe rooms, following the successful launch of a new Zen Pool and gourmet lounge restaurant in 2014. “For anyone looking for the ultimate destination to spend a family holiday on one of the world’s most truly magical islands, then the Club Med Bali Resort really has it all,” says Bruno Courbet, Country Director, Club Med Indonesia.

The new family space gives kids of all ages the opportunity to enjoy activities with other children under the careful supervision of Club Med’s famously friendly staff – known as G.Os from the French term Gentils Organisateurs.  

The facilities cater for children of all ages from four months to 17 years and give kids the opportunity to discover Bali’s enchanting culture – as well as a sense of freedom – while having fun with other youngsters from around the world. Designed by renowned French architect Marc Hertrich, who has designed high-end boutiques, restaurants and resorts around the world as well as Club Med Bali, the family space is spread over two levels and features wooden structures adorned with traditional Balinese carpentry.  

The Baby Club Med, on the ground floor, offers facilities for little ones aged between four months and 23 months. Decorated in such a way as to whisk babies into a magical world, way up in the sky surrounded by clouds and kites, Baby Club Med is run by specially trained G.Os. They pay close attention to the tots’ biological rhythms, adapting their nutritional, sleep and play schedules and balancing their activities to ensure the kids always leave in good spirits.  

The Petit and Mini Club Med, between them offering educational and entertaining activities for kids aged two to 10, are brightly and freshly decorated with graphics and drawings depicting Bali’s rich wildlife and its traditional puppets, creating an energizing and vibrant space for fun and learning.  

The wide range of activities on offer includes flying trapeze, bungee bouncing, arts & crafts, dance lessons and much more. The Children’s Clubs allows kids to discover new things about themselves, other people and the world. It is a stimulating and natural environment that provides them with a window onto the rest of the world. While mixing with other nationalities and forming new friendships, they also get to discover the natural diversity and local culture of Bali. The family space also includes a Splash Park area where parents and children can have fun in a water play area together.  

“We put a lot of thought into creating a family-friendly environment to ensure that everyone has the dream holiday. Mum and dad can enjoy peace and quiet by the Zen Pool while the kids are having the time of their lives in our new dedicated family space,” added Courbet.  

The breathtaking design of the adults-only Zen space is based around a grand staircase entrance that gives way to the pool area featuring loungers on the water, four-poster beds on the lawn and the welcome shade of overhead canopies suspended from imposing stone columns; all in a perfectly landscaped setting with spectacular views over the ocean. It provides the quintessential atmosphere to soak up the ambience and enjoy a truly zen experience in absolute harmony with the surroundings.  

Pop Music

0

Pop music bisa mewarnai berbagai jenis musik lain yang digemari oleh publik penikmatnya. Ini merupakan genre musik yang lahir di Barat pada 1950-an dan 1960-an, yang berawal dari kehadiran rock ‘n’ roll. Namun, jangan salah, pop music tidak sama dengan popular music.   

Memang, hingga kini belum ada kesamaan tentang definisi pop music. David Hatch dari BBC dan Stephen Millward, penulis buku From Blues to Rock, misalnya, menyatakan music pop merupakan kesatuan yang berasal dari musik populer, jazz, dan folk. Adapun Peter Seeger menyebut pop music berasal dari musik folk dan fine arts.  

Yang jelas, pop music sering dikaitkan dengan penggambaran tangga lagu single, dengan sumber musik bergenre klasik, jazz, rock, dan sebagainya. Istilah pop, yang dikenal dengan pop song, pertama kali muncul pada 1926, yang menggambarkan lagu yang memiliki popularitas luas. Hatch dan Millward mengungkapkan, rekaman kala itu menjadi penanda kelahiran industri musik modern, seperti country dan blues.  

Istilah pop music, menurut Grove Music Online, berasal dari Inggris sekitar pertengahan 1950-an, yang menunjukkan adanya pengaruh rock ‘n’ roll dan jenis musik lainnya yang digemari anak-anak muda. Sementara itu, menurut The Oxford Dictionary of Music, istilah tersebut pada awalnya dipakai untuk menggambarkan pertunjukan musik yang memiliki jumlah penonton yang banyak.   

Pada 1960-an, di Inggris, penggunaan istilah pop music dan beat music tumpang-tindih, seperti halnya di Amerika Serikat dengan rock ‘n’ roll. Namun perubahan terjadi pada 1967. Istilah pop music digunakan untuk membedakannya dengan rock music.   

Pembedaan tersebut tidak berhubungan dengan kreativitas bermusik, tapi menyangkut karakteristiknya. Rock dinilai memiliki karakter yang otentik dan jauh lebih populer, sedangkan pop lebih komersial, mudah diakses, serta cepat berlalu.

Simon Frith, sociomusicologist asal Inggris, yang mengatakan bahwa pop music dibuat sebagai hasil produksi industri, didesain untuk semua orang, dan tak berasal dari tempat atau selera tertentu. Jenis musiknya termasuk konservatif, tapi dibuat di kalangan atas, bukan berasal dari bawah. Pop music pun dianggap tidak memiliki karakter do it yourself, tapi dibuat dan dikemas secara profesional.   

Pemanfaatan Teknologi Baru

Pada 1980-an, MTV, yang sedang naik daun, dimanfaatkan sebagai jaringan televisi yang mengalami perkembangan cukup pesat. Saat ini, dengan teknologi digital, pop music berkembang jauh semakin luas.  

Pemanfaatan televisi sudah dilakukan sejak 1950-an, yang membuat bintang pop music tak hanya dikenal suaranya, tapi harus menunjukkan sosoknya. Sebelumnya, pada 1940-an, mikrofon berkembang lebih baik sehingga menghasilkan suara yang lebih sempurna.   

Bergerak pada 1960-an, radio transistor portabel tak lagi mahal. Hal itu membuat setiap orang dapat mendengarkan siaran radio, terutama musik, tak lagi hanya di rumah. Pendengar radio ini terutama kalangan remaja kala itu.  

Pemanfaatan teknologi terbaru termasuk dalam proses produksinya. Teknologi rekaman selalu berkembang, yang sejak masa analog hingga saat ini memanfaatkan kecanggihan teknologi digital. Selain itu, rekaman, yang hanya dengan dua kanal, berkembang menjadi empat kanal, dan kini menghasilkan banyak kanal, sehingga menjadikannya lebih baik.   

Pemanfaatan teknologi dengan jaringan yang lebih luas seolah menjadi keharusan bagi pop music. Jaringan Internet dengan teknologi digital yang semakin berkembang membuat pop music memasuki level berikutnya. Media sosial yang bisa menampung kebutuhan pop music seolah tak mengenal batas.   

Sebut saja YouTube, yang dapat membawa audio dan visualisasi artis sampai ke ruang pribadi penikmatnya. Bahkan tak diperlukan peralatan besar untuk melihat si artis. Hanya dengan alat yang digenggam, di mana dan kapan saja musik pop dapat dinikmati.   

Sumber: MALE 134

Prostitusi

0

TERUNGKAPNYA praktek prostitusi kelas atas, yang melibatkan artis, yang juga model panas, pemain sinetron, serta seorang disc jokey, seolah menegaskan bahwa bisnis esek-esek tidak bisa terhapus dari kehidupan manusia (kota). Cuma, kali ini melibatkan kehidupan selebriti, maka gaungnya menjadi luas dan berkepanjangan.  

Sebetulnya, transaksi esek-esek di Jakarta, misalnya, sudah ada sejak awal Batavia berdiri. Wilayah Kota Tua dan sekitarnya tak hanya menjadi saksi bisu cikal bakal berkembangnya peradaban masyarakat Ibu Kota, tapi juga telah menjadi saksi penjualan jasa seksual sejak zaman kolonial.  

Tak mengherankan bila kawasan Red Light District Jakarta ini hingga kini masih menjadi surga bagi pencari kesenangan. Sebab, sebetulnya akar budaya hedonisme itu sudah menancap sejak berabad lalu. Maka munculnya praktek prostitusi ibarat setua umur manusia di bumi. Karena kebutuhan seks, sama halnya dengan kebutuhan biologis yang lain, seperti makan dan minum, perlu dipenuhi.   “Fakta tertua yang pernah ditemukan di Batavia, yaitu sekitar tahun 1600, Belanda pernah melegalkan pelacuran. Tapi jauh lebih tua dari itu sebetulnya pelacuran diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa,” ujar Asep Kambali, pemerhati sejarah, sekaligus pendiri Komunitas Historia Indonesia.  

Dengan kalimat lain, prostitusi yang terjadi di Jakarta saat ini merupakan sisa-sisa dari masa kolonial. Pada 1600-an, orang Belanda memulai perbudakan di Batavia. Dalam prakteknya, mereka sekaligus memperlakukan budak perempuan sebagai pemuas kebutuhan seks.  

Asep Kambali, sejarawan, sekaligus pendiri Komunitas Historia Indonesia, mengatakan, “Fakta tertua yang pernah ditemukan di Batavia, yaitu sekitar tahun 1600, Belanda pernah melegalkan pelacuran.”   Mengenai pelegalan prostitusi di Batavia, Jakartapedia.net memuat, prostitusi pernah mendapat ruang hidup secara legal dalam masyarakat kolonial. Pada saat Hindia Belanda Timur berada dalam kekuasaan Prancis, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (menjabat pada 1808-1811) mengeluarkan aturan tentang prostitusi.  

Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte turut membidani lahirnya aturan itu. Dia melihat daya tempur tentara Prancis mengendur akibat penyakit kelamin. Sumber penyakit kelamin berasal dari perempuan pekerja seks. Maka Napoleon mewajibkan mereka mengikuti pemeriksaan medis secara rutin. “Ini berarti prostitusi dibolehkan,” kata Liesbeth Hesselink dalam “Prostitution: A Necessary Evil”, yang dimuat dalam Indonesian Women in Focus suntingan Elsbeth Locher Scholten dan Anke Borkent-Niehof.  

Tidak berlebihan kalau dikatakan, prostitusi yang terjadi di Jakarta saat ini merupakan sisa-sisa dari masa kolonial. Pada 1600-an, orang Belanda memulai perbudakan di Batavia. Dalam prakteknya, mereka sekaligus memperlakukan budak perempuan sebagai pemuas kebutuhan seks. “Pada saat datang ke sini, mereka belum menemukan yang namanya tempat pelacuran. Tempat lokalisasi saat itu belum ada. Mereka hanya membeli budak, yang sekaligus juga melayani urusan seks,” Asep menjelaskan.  

Red Light District Batavia

Prostitusi pada masa kolonial memiliki wilayah sendiri. Ada beberapa wilayah pada masa kolonial yang menjadi arena pemuas pria hedonis. Saat ini wilayah itu termasuk kawasan Kota Tua, Jakarta.  

Macao Po

Konsentrasi pelacuran pertama di Batavia adalah Macao Po, yang kala itu berdekatan dengan hotel-hotel di depan Stasiun Beos (Jakarta Kota). Lokalisasi ini hanya ditujukan untuk kalangan atas. Sebab, pelacurnya didatangkan dari Makau oleh jaringan germo Portugis dan Cina. Pelanggan di Macao Po adalah para petinggi VOC yang dikenal korup dan orang-orang kaya keturunan Cina.  

Gang Mangga

Di wilayah Kota Tua dan sekitarnya disebut-sebut sebagai awal menyebarnya prostitusi di Batavia, di antaranya, Gang Mangga. Dilansir dari Lembagakebudayaanbetawi.com, jika kita berjalan melintasi Jassenbrug—sekarang Jembatan Batu—menuju timur, akan tiba di jalan kampung bernama Gang Mangga. Inilah lokalisasi kelas menengah ke bawah pertama di Batavia.  

Sampai abad ke-19, Gang Mangga masih ramai didatangi lelaki pencari kesenangan. Namun di antaranya ada yang terkena penyakit kelamin sifilis. Kala itu pemuda yang terkena sifilis disebut terserang sakit mangga. Karena saat itu belum ada obatnya, sering kali penderita sakit mangga meninggal dan dikubur di sebelah timur Gang Mangga, yang di kemudian hari dikenal dengan Gang Mangga Dua. Pada pertengahan abad ke-19, bekas kompleks pelacuran itu dijadikan permukiman penduduk, dan nama Gang Mangga pun lenyap.  

Selain itu, kawasan di Batavia yang sangat terkenal sebagai pusat prostitusi, madat, dan perjudian adalah Jilakeng. Saking terkenalnya, pada 1800 Jilakeng dijuluki Las Vegas Batavia. Lokasinya terletak di belakang Pasar Pagi Asemka.  

Dari Cabo hingga Peh Cun

Ada banyak istilah yang digunakan untuk menyebut pekerja seks, yang berbeda-beda dalam setiap era. Dulu dikenal sebutan cabo, peh cun, atau mondjie. Saat ini kita menyebut perempuan penghibur sebagai wanita tuna susila atau pekerja seks.  

Asep menyatakan istilah cabo terkenal pada era peralihan komoditas perdagangan pada 1890-1930-an. Dikatakan dalam Jakarta.go.id, orang Betawi menyebut pekerja seks sebagai cabo, yang diadaptasi dari bahasa Cina, caibo, atau kupu-kupu malam.

Para cabo selalu beroperasi di dekat kawasan niaga dan perhotelan. Istilah cabo masih populer pada 1970-1990-an, bukan di Batavia, melainkan di daerah-daerah Jawa Barat. Di Cianjur, misalnya, dikenal istilah cabol, dari kata cabul. Sementara itu, ada pula perempuan panggilan yang disebut mondjie. Perempuan ini tinggal di tangsi atau di sekitar tangsi khusus untuk melayani serdadu Belanda.  

Kalau Anda pernah mendengar istilah pecun, kata itu berasal dari bahasa Cina, peh cun, yang makna sesungguhnya bukanlah pekerja seks. Peh cun asal mulanya adalah pesta lempar makanan bacang dalam perayaan 100 hari setelah Imlek.  

“Sementara 15 hari setelah Imlek disebut Cap Gomeh, 100 hari setelah Imlek ada Peh Cun. Dalam pesta Peh Cun, para pemuda Tionghoa menyusuri sungai menggunakan sampan, atau perahu naga bagi kalangan berada, lalu mereka melempar bacang. Barang siapa ada perempuan yang menangkap lemparan bacang tersebut, akan menjadi pasangannya. Jadi seperti perayaan mencari jodoh. Namun belakangan pesta itu menjadi ajang mencari pasangan, yang sayangnya, belum tentu dinikahi, bisa saja hanya untuk sesaat. Lalu lama-kelamaan perayaan lempar bacang itu terjadi setiap hari untuk mendapatkan perempuan,” Asep menguraikan.  

Pascakemerdekaan

Pascakemerdekaan segalanya berubah, baik politik, ekonomi, maupun pertahanan keamanan, termasuk juga dunia prostitusi. Kompleks pelacuran pascakemerdekaan berada di Gang Hauber, di daerah Petojo, yang oleh Wali Kota Sudiro, pada pertengahan 1950-an diganti menjadi Gang Sadar. Sampai awal 1980-an, tempat itu masih beroperasi.  

Lalu di Sawah Besar pun terdapat kompleks pelacuran, yaitu Kaligot. Nama itu diambil dari judul sandiwara Prancis, Aligot, yang pada 1930-an manggung di Batavia.  

Selain itu, di daerah Senen terdapat kompleks pelacuran Planet, yang diambil dari peristiwa terjadinya persaingan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam peluncuran Sputnik ke luar angkasa pada 1960-an. Di Planet Senen, pelacuran kelas bawah berlangsung di gerbong-gerbong kereta api antara Stasiun Senen dan Jalan Tanah Nyonya (Gunung Sahari), yang panjangnya beberapa ratus meter.  

Praktek prostitusi itu berlangsung di bilik-bilik di rumah kardus, di dekat rel kereta api. Tempat pelacuran yang setiap hari didatangi ribuan orang ini dibersihkan pada masa Gubernur Ali Sadikin (1971) dan pekerja seksnya dipindahkan ke lokalisasi Kramat Tunggak, Jakarta Utara.  

Adapun cerita mengenai bongkaran Tanah Abang, lokasinya mirip yang terdapat di Pasar Baru. Tanah Abang berdiri sejak 1735 saat dibangun sebagai pasar kelontong, lalu berubah menjadi pusat tekstil. Di bongkaran, karena ada lahan kosong, ada demand dari masyarakat kelas bawah, seperti buruh pasar, kuli angkut, sama seperti di pelabuhan atau Proyek Senen. Maka terjadilah transaksi seks yang murah meriah. Fenomena ini terjadi pada era 1970-1990an.  

Terkait dengan dihilangkannya lokalisasi, saat ini prostitusi justru dapat terjadi di mana pun, termasuk secara online via media sosial. Asep juga sepakat dengan ide adanya lokalisasi pelacuran dan perjudian di Jakarta saat ini, karena keduanya tidak bisa dipisahkan.  

Berabad sudah berlalu, terbukti hingga kini prostitusi tak pernah mati. Hanya zaman dan medianya yang menjadikannya tampak berbeda. Padahal semuanya tetap sama, kembali pada kebutuhan biologis manusia: seks.  

Sumber: Feature by R. Anandita – MALE 133

Cooking Classes and Traditional Market Tour

0

Beginning in May and continuing throughout 2015, Swiss-Belinn Legian will be offering an exclusive opportunity to take interactive Cooking Classes that will start with a Traditional Market Tour. The classes will cover topics from “Cook like a Chef” to seasonal offerings in Balinese/Indonesian exotic foods such “Pepes ikan wrapped in banana leaves”.  

Chef Mustika has more than 10 years’ experience so will offer something for every ability level when he leads a series of cooking classes.  He will share his original Indonesian/Balinese recipes and provide hands-on instruction, where class members involved will prepare all ingredients,  beginning with an overview of the recipes then cook and to finish, sit down to eat while discussing the meal they have prepared.  

In addition to his cooking expertise, Chef Mustika will demonstrate the importance of selecting quality ingredients.  He will teach guests to use their sense of smell, touch and sight in order to pick the perfect ingredients for each of these time-honoured dishes. Sit back and relax as he demonstrates cutting-edge cooking techniques you can use in your own kitchen.

All are warmly invited to sign up for classes, which start with “Pepes, Kare Ayam, and Onde – Onde.” This is a casual, fun class with no previous cooking experience required.  

Classes are $25 per person and include all ingredients, recipes, and plenty of tasting. Classes are limited to 6 people each session and advance reservations are necessary.  

For further information, stay tuned to our Facebook Fan Page or call (62-361) 760 300 or send enquiries to [email protected] to reserve a spot. Gift certificates available.  

About Swiss-Belinn Legian

Swiss-Belinn Legian located in the heart of Legian, close to the beach and within walking distance of Kuta and Seminyak. The hotel offers 123 rooms, Chadis Rooftop Bar and pool, BaReLo Restaurant and MICE facilities that can accommodate up to 100 guests in standing reception. Great Location, service and stay.  

Swiss-Belinn Legian boasts 123 well-appointed guestrooms, comprising 81 Superior Rooms, 40 Deluxe Rooms and 2 Junior Suite Rooms. All guestrooms are designed to ensure guests enjoy comfort and convenience during their stay in Bali. The hotel offers 24 hour room service, laundry and dry cleaning, Wi-Fi Internet connection in all rooms and public areas, parking space and valet parking service, and 24 hour security with CCTV.  

For relaxation, enjoy a cooling dip in the rooftop swimming pool. Why not pamper yourself with our selection of in-room massage treatments? It will do wonders for both your mind and your body!

1st Anniversary Sana Sini

0

Sana Sini, sebuah restoran dengan konsep “four in one” yang terletak di lantai lobi Pullman Jakarta Indonesia telah menyiapkan perayaan ulang tahun pertamanya dengan beragam promosi menarik mulai dari 1 sampai 17 Mei 2015. 

Pada perjalanan satu tahun ini, Sana Sini ingin berbagi kebahagian dengan para tamu dan memberikan tawaran spesial seperti minum sepuasnya, kue ulang tahun secara cuma-cuma bagi mereka yang berulang tahun pada tanggal yang sama, 5 ekstra voucher gratis bagi para tamu yang bersantap di Sana Sini sebanyak 10 orang, dan juga berbagai hadiah menggiurkan dalam program lucky draw dan kompetisi media sosial seperti; menginap satu (1) malam dengan spa treatment, makan malam dan Sunday brunch gratis di Sana Sini; menginap dua (2) malam di Pullman Legian Bali; dan juga makan gratis selama satu bulan penuh di Sana Sini.  

“Sana Sini merupakan restoran yang menawarkan sebuah perjalanan kuliner yang sangat unik.  Sebuah konsep empat restoran mini yang didukung dengan ciri khas makanan dengan kualitas terbaik merupakan kunci kesuksesan kami selama satu tahun ini. Sana Sini telah memberikan pelayanan yang membanggakan. Oleh karena itu, kami ingin merayakan kegembiraan ini dengan apresiasi yang tinggi terhadap para chef dan para tamu yang setia berkunjung disini” ungkap Philippe Le Bourhis, General Manager Pullman Jakarta Indonesia.  

Sana Sini adalah tempat bagi para pencinta makanan untuk berkeliling dunia lewat indera pengecap. Berbagai pilihan prasmanan untuk makan siang dan malam berasal dari empat dapur terbuka yang menyajikan menu Khas Cina, Jepang, Barat dan Indonesia. Sana Sini juga menyajikan jalanan kue-kue lokal dan Barat ala rumah sendiri. Para tamu yang bersantap di Sana Sini akan dapat melihat langsung kepiawaian koki berbakat yang tengah beraksi. Setiap area dapur dipimpin oleh koki lokal dan luar negeri dan berasal dari manca negara seperti Perancis, Cina, Jepang, dan Amerika. Selain itu, Sana Sini ditata dengan dekorasi unik ala makanan yang disajikan. Para tamu dapat merasakan suasana hangat dan gaya, sekaligus nyaman.

“Sana Sini telah menjadi pilihan para tamu dalam merayakan berbagai hari spesial mereka. Ini adalah waktunya kami untuk berterimakasih. Kami berharap perjalanan satu tahun ini menjadi awal yang baik untuk masa yang akan datang,” lanjut Philippe.  

Sejak resmi dibuka pada tahun 2014, Sana Sini telah memenangkan berbagai penghargaan bergengsi seperti “Best Buffet Variety” dari Now! Jakarta Best Restaurant, Bar and Cafe Awards dan Indonesia Tatler’s Best Restaurant Award.  

Akun Sosial Media: Twitter: @SanaSiniPullman Instagram: @ SanaSiniPullman Facebook: Sanasini Pullman Hashtag: #SanaSiniPullman

Tim Ho Wan, Resto Bintang Michelin Paling Terjangkau Hadir di Jakarta

0
  • Berlokasi di Pantai Indah Kapuk, inilah gerai Tim Ho Wan pertama di Indonesia.
  • Disebut sebagai “restoran berbintang Michelin paling terjangkau di dunia”.
  • Membawa hidangan otentik dim sum Hong Kong, terkenal dengan hidangan “Big Four Heavenly Kings”.
Pendiri & Pengelola

Para pencinta dim sum di Jakarta tak perlu lagi jauh-jauh ke Singapura atau ke Hong Kong untuk menikmati hidangan istimewa di restoran berbintang Michelin, Tim Ho Wan. Kini restoran sederhana asal Hong Kong dengan cita rasa bintang lima itu telah hadir di Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Ini merupakan gerai Tim Ho Wan yang pertama di Indonesia. “Kami hadir di Jakarta untuk mendekatkan Tim Ho Wan dengan para penggemarnya di Jakarta,” jelas Michael Goh, Direktur Tim Ho Wan Jakarta.

Chef Mak Kwai Pui & Chef Leung Fai Keung

Gerai Tim Ho Wan pertama di Hong Kong adalah sebuah restoran kecil dengan peralatan makan sederhana. Meski tampil apa adanya, cita rasa hidangan terbaik yang mereka suguhkan membuat restoran ini dibanjiri pengunjung yang rela antri. Meski tampil tidak bergelimang kemewahan, restoran ini berhasil memperoleh bintang Michelin karena hidangannya yang tak kalah mewah dengan yang disuguhkan di hotel berbintang. Harganya yang amat terjangkau membuat pemrakarsa restoran ini menyebut Tim Ho Wan sebagai “restoran berbintang Michelin paling terjangkau di dunia”.

Bolu Kukus

Michelin Guide merupakan sebuah lembaga pemeringkat restoran terpercaya dan bergengsi di dunia. Inspektur Michelin melakukan review atas restoran secara anonim. Mereka tidak boleh memperkenalkan diri sebagai inspektur Michelin. Makanan dan semua biaya ditanggung oleh Michelin, bukan oleh restoran yang sedang di-review.  Para inspektur Michelin ini juga tidak boleh berbicara dengan para jurnalis dan hasil review mereka dilaporkan di pertemuan tahunan untuk mengkategorikan restoran ke bintang tiga, bintang dua, bintang satu atau tidak ada bintang.

Kaki Ayam Saus Abalone

Tim Ho Wan diprakarsai oleh Chef Mak Kwai Pui, seorang mantan Chef di Four Seasons Hong Kong yang memang piawai membuat dim sum, bersama dengan Chef Leung Fai Keung. Berbekal pengalaman sebagai chef di hotel berbintang, Mak Kwai Pui mendirikan Tim Ho Wan, spesial menyuguhkan dim sum. Untuk menjamin kesegaran, dim sum hanya dimasak sesuai pesanan. Tim Ho Wan menerapkan sistem siapa-yang-datang-lebih-awal akan dilayani terlebih dulu. Peminatnya yang banyak telah menciptakan budaya antri yang unik di setiap outlet Tim Ho Wan di seluruh dunia. Selain Hong Kong, saat ini Tim Ho Wan sudah merambah Singapura, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Australia.

Tim Ayam
Cheng Fun Isi Saus Wijen Manis

Restoran yang menyuguhkan hidangan otentik dim sum Hong Kong ini populer dengan empat hidangan terbaiknya yang berlabel “Big Four Heavenly Kings yaitu roti manis bakar dengan daging barbekyu, steamed egg cake, vermicelli roll, dan pan fried carrot cake. Hidangan lainnya yang tak kalah populer adalah steamed chicken feet yang dihidangkan dengan saus abalone dan sejumlah hidangan otentik ala Hong Kong lainnya yang siap membuat pelanggan di Jakarta antri untuk sebuah cita rasa yang unik.

Kue Mediar & Osmanthus

“Saat ini Tim Ho Wan baru membuka lantai 1 untuk menerima pengunjung. Namun mulai Mei, Tim Ho Wan akan membuka reservasi untuk ruangan khusus di lantai 2 dan acara di lantai 3,” jelas Michael.

Jangan pernah lewatkan Tim Ho Wan dalam daftar kuliner “must go” kita di Jakarta!

Keliling Dunia a la “Sana Sini” @ Pullman Jakarta Indonesia

0

Empat restoran dalam satu tempat – inilah konsep yang diusung restoran paling anyar di Pullman Jakarta Indonesia, menyeruak di antara restoran-restoran lain yang terus bermunculan. “Sana Sini” adalah tempat yang tepat bagi Anda yang ingin berkeliling dunia lewat indera pencecap. Pilihan prasmanan untuk makan siang dan malam berasal dari empat restoran mini yang menyajikan menu khas Cina, Jepang, Barat dan Indonesia. Juga ada toko kue yang menyajikan aneka jajanan lokal, kue-kue ala Barat serta sorbet segar ala rumah sendiri yang menggiurkan.  

Setiap sisi prasmanan ditata dengan dekorasi dan peralatan makan yang unik. Bahkan tempat gula pun disesuaikan dengan jenis makanan yang disajikan. Ketika Anda berada di sini, Anda seperti punya tanda masuk khusus untuk berpindah di antara empat restoran yang ada. Restoran ini terletak di lantai dasar Pullman Jakarta Indonesia. Dikelilingi lantai dan langit langit kaca, tempat ini terasa begitu penuh energi dan segar dengan pencahayaan yang natural.  

Setiap restoran mini di sini menerapkan konsep dapur terbuka. Anda bisa melihat langsung bagaimana hidangan Anda disiapkan sembari terkesima dengan kepiawaian koki penuh bakat yang tengah beraksi. Anda pun bisa berbincang langsung dengan koki tentang hidangan yang disiapkan untuk Anda.  

Setiap area restoran ini dipimpin oleh koki handal dari luar negeri. Total ada 5 koki internasional – dari Perancis, Cina dan Amerika – serta dua koki asal Jepang yang bekerja berdampingan dengan koki terkemuka Indonesia. Executive Chef Pullman Jakarta Indonesia adalah Ingo Oldenburg, yang berasal dari Jerman. Kecintaannya pada makanan sangat menular dan dia tak segan menghabiskan berjam-jam untuk menjelaskan berbagai makanan yang disajikan. Dia juga kini menghabiskan waktunya dengan menyajikan menu-menu baru yang unik untuk para pengunjung. Sana Sini juga memiliki kebun rempah-rempah di dalam restoran.

“Kami memiliki pot rempah-rempah ini di penjuru restoran dan pengunjung bisa memetik rempah mereka sendiri,” kata Adeza Hamzah, Director of Marketing Communications Pullman Jakarta Indonesia. “Kami juga mengimpor keju dan daging terbaik dunia,” lanjutnya.  

Begitu Anda tiba di Sana Sini, Anda akan disajikan dengan satu keranjang roti gandum berisi kacang hazelnut, kismis dan zaitun hitam yang keharumannya merebak seperti baru keluar dari oven nenek Anda. Roti ini adalah roti “signature” dari Sana Sini.  

“Hotel ini memiliki warisan dari Jepang dan dikenal luas antar generasi dengan menu makanan Jepang yang luar biasa lezat,” kata Philippe Le Bourhis, General Manager Pullman Jakarta Indonesia. Menurut dia, warisan ini tidak diabaikan ketika renovasi dilakukan dan makanan Jepang mendapat tempat terhormat di restoran Sana Sini.  

Di bagian prasmanan makanan Cina, salah satu koki tengah menyiapkan mi buatan sendiri sementara yang lainnya tengah mengiris bebek panggang dengan sangat hati-hati. Juga ada mapo tahu untuk mereka yang vegetarian dan area mi yang baru saja rampung dibuat. Di area makanan Indonesia, Anda akan disambut dengan aneka kaleng kerupuk yang berwarna-warni. Makanan yang jadi bintang di sini datang dari kios sate “Seperti di pinggir jalan,” kata Adeza, ”tapi di sini Anda tak perlu khawatir soal kualitas dan kebersihannya.” Juga ada aneka rupa sambal yang luar biasa menggugah selera bagi si penyuka pedas.  

Di area Makanan Barat, Anda akan menemukan daging Australia dengan kualitas terbaik, menu sayuran khas Eropa yang menggugah selera serta pilihan salad yang melimpah. Semuanya disajikan dengan wadah makanan yang terasa seperti Anda tengah berkunjung ke dapur keren milik teman Anda.  

Meski restoran ini berkonsep terbuka dan terang, tempat ini dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berisik ketika seluruh meja terisi penuh. Ada juga pilihan semi-privat dengan sofa dan pojok-pojok yang akrab, menjanjikan suasana makan dilingkungan yang hangat dan gaya sekaligus nyaman.  

Buka setiap hari dengan kapasitas kursi: 262 orang

Breakfast 5:30 am – 10:30 am Rp. 266,200 net/orang

Lunch 11:30 am – 3:00 pm Rp. 350,000 net/orang, Rp. 175,000 net/anak kecil

Dinner 5:30 pm – 11:00pm Rp. 390,000 net/orang, Rp. 195,000 net/anak kecil

Sunday Brunch 12:00 pm – 3:00 pm Rp. 459,800 net/orang

Dengan Wine Rp. 798,600 net/orang

Tentang Pullman

Pullman adalah brand hotel upscale internasional jaringan Accor, operator hotel terkemuka di dunia, yang beroperasi di 92 negara dengan lebih dari 3.600 hotel dan 160.000 karyawan. Terletak di kota-kota penting di tingkat regional dan internasional, serta di tempat-tempat wisata utama, Pullman Hotels & Resorts dirancang untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan yang dinamis yang bergaya hidup kosmopolitan, baik ketika mereka sedang bepergian sendiri maupun dengan kolega.

Hotel Pullman menciptakan standar baru bagi industri perhotelan upscale. Jaringan hotel Pullman telah mencapai lebih dari 80 hotel di Eropa, Afrika, Timur Tengah, Asia Pasifik dan Amerika Latin dimana ide-ide, sejarah dan kebudayaan berpadu. Akan terdapat 150 hotel Pullman di seluruh dunia hingga tahun 2015-2020, dan seperti brand hotel-hotel Accor lainnya, Pullman juga dengan bangga menawarkan program loyalitas Le Club Accorhotels. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi www.pullmanhotels.com.  

Pullman Jakarta Indonesia Jl. M.H. Thamrin 59, Jakarta 10350 Tel: +62 21 31 92 11 11 Fax: +62 21 31 92 33 33